Mekar di Tengah Kehidupan IV

5 3 0
                                    

🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
---------------------------

Hari itu, matahari bersinar cerah, menandakan dimulainya liburan sekolah yang dinanti-nantikan. Hasana, yang selalu penuh semangat, merencanakan kunjungan ke rumah Nenek Usmika. Dia merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya dan membiarkan Kesyaira, adik tercintanya, menikmati suasana liburnya di desa yang tenang.

"Kesyaira, ayo siap-siap. Kita akan pergi ke rumah Nenek Usmika hari ini," kata Hasana sambil menggoyang-goyangkan bahu adiknya yang masih setengah tertidur.

Kesyaira menggerakkan tubuhnya perlahan dan mengusap matanya. "Hari ini? Tapi kan ini libur. Aku ingin tidur lebih lama, Mbak," keluhnya dengan suara serak.

Hasana tersenyum dan menggelengkan kepala. "Justru karena libur, kita harus menikmati hari ini. Lagi pula, Nenek pasti akan sangat senang melihat kita."

Setelah beberapa saat meyakinkan Kesyaira, akhirnya mereka berdua siap untuk berangkat. Perjalanan ke rumah Nenek Usmika ke kota Ranggasari menggunakan transportasi umum bus antar kota antara Mitrawangi-Ranggasari, memakan waktu kurang lebih sekitar setengah jam. Rumah Nenek terletak di sebuah desa yang asri dan tenang, dikelilingi oleh pepohonan hijau dan ladang yang luas. Di sepanjang jalan, Hasana bercerita tentang masa kecilnya yang penuh petualangan di desa tersebut, membuat Kesyaira semakin penasaran.

Setibanya di sana, mereka disambut dengan senyuman hangat oleh Nenek Usmika. Wanita tua itu, dengan kerutan-kerutan yang menunjukkan usianya, tetap memancarkan aura kebijaksanaan dan kasih sayang yang tulus. Nenek Usmika merangkul kedua cucunya dengan erat. "Ah, Hasana, Kesyaira! Baru beberapa minggu Nenek tidak melihat kalian rasanya seperti bertahun-tahun. Dan entah mengapa Nenek merasa jika kalian jadi semakin cantik," kata Nenek Usmika dengan suara lembut.

"Nenek, kami juga kangen sekali sama Nenek," jawab Hasana sambil memeluk Neneknya lebih erat.

Di halaman rumah, mereka melihat Paman Aditya sedang duduk di teras sambil membaca buku, "Paman, itu buku apa?" tanya Hasana dengan sangat antusias jika melihat sebuah buku lantas berlari mendekati Paman Aditya.

"Dasar maniak buku" Kesyaira mengeluh melihat Mbak-nya.

"Aku akan memberikannya kepadamu setelah selesai membaca buku ini. Judulnya Shadow Work Journal, sangat menarik untuk di baca" Paman Aditya tersenyum melirik Hasana yang mendekat ke arahnya.

Bibi Ratri yang tadinya tengah mengurus tanaman-tanaman di kebun kecil samping rumah langsung menghentikan aktivitasnya kemudian Bibi Ratri mencuci tangan dan kakinya. "Kalian pasti lapar karena perjalanan kemari? Bibi sudah masak untuk kalian," ia tersenyum lalu memasuki rumahnya.

"Aku akan membantu menyiapkan makanannya" kata Kesyaira yang kemudian menyusul Bibi Ratri ke dalam rumah

Hasana melihat kembali ke arah Neneknya. "Nenek sehat kan?" tanya Hasana dengan perasaan peduli.

"Iya, Nenek sangat sehat. Segar bugar" jawabnya Nenek Usmika dengan semangat, ia tersenyum merasa bahwa semakin lama Hasana terlihat mirip dengan Bapak Jaya, ketika ia melihat kepada Kesyaira Nenek Usmika merasa bahwa Kesyaira mirip dengan Ibu Melati. "Hasana, semuanya baik-baik saja kan? Jika kamu butuh sesuatu atau bantuan kamu bisa mengatakannya kepada Nenek, Paman Aditya, atau Bibi Ratri" kata Nenek Usmika yang mengkhawatirkan kehidupan Hasana.

"Tenang saja Nenek. Semuanya aman!" jawab Hasana meyakinkan Nenek Usmika.

"Oh iya Hasana, minggu depan Bibi Ratri dan Paman Nandana akan menikah" sahut Paman Aditya.

Hasana tersenyum lebar mendengar kabar bahagia itu. "Sungguh? Oh, senang sekali mendengarnya! Aku akan berdoa agar semuanya diberikan kelancaran dan kebahagiaan." jawab Hasana dengan semangat, matanya berbinar penuh kegembiraan.

Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang