Di Balik Tatapan Sunyi

2 1 0
                                    

🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
----------------

Pagi itu, di rumah Pak Nehan, suasana tampak sibuk dan penuh aktivitas. Pak Nehan, yang baru saja beristirahat sejenak di sofa panjang, terlihat kelelahan namun tetap energik. Jari-jari tangannya yang lincah baru saja berhenti mengetik di keyboard, setelah semalam tidak tidur karena tenggelam dalam pekerjaannya sebagai programer. Namun, energi yang mengalir dalam dirinya tidak hanya berasal dari pekerjaan.

"Mas Nehan, aku kira Mas Nehan sudah pergi," sapa Bu Analeah dengan nada lembut, memasuki ruangan dan melihat Pak Nehan terbaring di sofa.

Pak Nehan, merasa lelah dan penuh semangat sekaligus, menarik napas dalam-dalam dan kemudian duduk di sofa. "Ah, Analeah. Aku masih di sini," katanya, sambil tersenyum.

Dia memandang ke arah jendela, merasakan dorongan semangat yang tidak biasa, seolah ada sesuatu yang menggerakkan jiwanya. "Hasana, apa yang membuatmu semangat hari ini? Aku bisa merasakannya loh," batin Pak Nehan sambil tersenyum sendiri, tidak bisa menahan rasa bahagianya meskipun masih kelelahan.

Analeah, adik perempuan Pak Nehan, memerhatikan perubahan sikap kakaknya yang menurutnya agak aneh. "Pergi kemana, An?" tanya Pak Nehan, mencoba mengalihkan perhatian dari rasa kantuknya.

"Mas bilang mau menerbitkan buku lagi kan?" tanya Analeah, sambil menyusuri ruangan dengan tatapan penasaran.

"Iya, tapi masih berantakan. Aku tidak yakin penerbit akan menerimanya," jawab Pak Nehan, berusaha bangkit dari sofa dan mempersiapkan diri untuk memulai hari.

"Sesibuk-sibuknya, Mas Nehan masih punya waktu untuk menulis ya," kata Analeah, memberi pujian ringan.

Pak Nehan menatap adiknya dengan sedikit senyum, lalu melanjutkan, "Jadi apa yang membuatmu kemari sepagi ini? Kamu tidak akan mau membuang waktumu begitu saja dari asrama datang ke rumahku tanpa alasan yang jelas kan?" tanyanya dengan tatapan serius.

"Aku mendengar gosip dari staf dapur, dan beberapa pengurus serta Usada. Mereka berkata bahwa sikapmu belakangan ini agak berbeda dari sebelumnya. Susah dijelaskan," jelas Analeah, berusaha memahami perubahan yang ia lihat.

Pak Nehan tertawa terbahak-bahak, seolah mendengar sesuatu yang lucu. "Hahahahaha, kalian ini... aku mau mandi dulu," katanya sambil tertawa, sebelum meninggalkan Analeah di ruangan.

Analeah hanya bisa menggelengkan kepala, merasa semakin bingung dengan sikap kakaknya yang semakin tidak bisa dipahami. Sementara itu, Pak Nehan pergi ke kamar mandi, membiarkan energi yang mengalir dalam dirinya menenangkan suasana. Koneksi twinflame yang kuat tidak hanya mempengaruhi Pak Nehan dan Mbak Hasana, tetapi juga memengaruhi orang-orang di sekeliling mereka, menciptakan dinamika yang penuh warna dalam kehidupan mereka.

----

Hari itu, Mbak Hasana memulai hari pertamanya bekerja di Aksara Veritas, sebuah kantor percetakan dan penerbitan buku yang terkenal di Indonesia. Gedung yang megah dan modern ini terletak di pusat Kota Mitrawangi, dengan desain yang elegan dan suasana yang profesional.

Sesampainya di kantor, Mbak Hasana disambut oleh Bu Liana, yang merupakan kepala departemen editorial. "Selamat datang, Mbak Hasana. Kami sangat senang Anda bergabung dengan tim kami," ujar Bu Liana dengan senyum hangat. "Hari ini, kami akan memperkenalkan Mbak Hasana pada beberapa proyek yang sedang berjalan dan memberikan gambaran umum tentang bagaimana proses editorial di sini."

Mbak Hasana, dengan semangat dan rasa ingin tahunya yang tinggi, mengikuti Bu Liana ke ruang kerjanya. Kantor ini dipenuhi dengan buku-buku yang tertata rapi di rak-rak, meja-meja kerja dengan komputer, dan suasana yang sibuk namun teratur.

Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang