Ending Point

11 2 0
                                    



Malam hari yang indah dan sejuk, mereka menghabiskan waktu untuk menceritakan satu sama lain agar semakin dekat, dan ada yang malamnya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas.. terutama tugas ini sangatlah darurat. Malam kali ini bagi Dallen adalah malam yang terburuk untuk esok harinya. Ia sungguh panik apa yang harus ia lakukan sekarang. Tahanan yang baru saja ia dapat 2 bulan lalu malah lepas kendali. 


Sedari tadi ia berjalan bolak-balik depan pintu kerjanya. Itu membuat asistennya bingung. "Apa karena ini anda menjadi tidak  baik-baik saja?", Dallen mengangguk dan tetap melakukan gerakan yang sama. Walaupun tadinya ini tugas dari Professor OTA untuk menangkap Arthur, kali ini niatnya berbeda. Melainkan sebuah kemenangan. 


Hasrat ingin menjatuhkan seseorang dan mencari kesalahan, terulang kembali pada Cattergirn. Itulah mengapa kakaknya Dallen sangat ingin menjaga nama baik Cattergirn agar tidak mengulang kesalahan masa lalu itu. TOK TOK TOK....


"Tuan Dallen, kakak anda datang kemari", mendengar asistennya berkata begitu, jantungnya langsung berdegup kencang. Biasanya Dorlle mengecek kerja Dallen setiap 1 bulan sekali, sayangnya kali ini sepertinya mengecek 3 kali. "Ka-kakak.. a-ada apa?", ia sungguh gegalapan menghadapi kakaknya. "Kau tau masalah baru kali ini kan, Dallen Cattergirn?", mendengar kakaknya memanggil hingga nama belakang sudah merinding saja.


"Maafkan kecerobohan saya", 

"Apa kau ingin bertanggung jawab?",

"Te-tentu! Saya akan berusaha keras menangkap buronan itu dan menjaga nama baik keluarga",

"Ku tunggu seminggu ini untuk laporan yang bagus", Dorlle memberi kesempatan pada adiknya untuk bertanggung jawab semuanya. 


Ketika Dorlle sudah keluar dari ruang kerja adiknya, Dallen langsung terlihat tambah pucat. Kali ini ia akan serius mengirim semua pasukannya untuk menangkap sekaligus membunuh Arthur. Dengan segala persiapan pun sudah ada. Tanpa menunda-nunda, Dallen bersiap besok untuk berangkat ke negara yang Arthur tempati, yaitu Jepang. 


Ia juga sudah menduga bahwa Arthur berada di rumahnya kali ini. Jadi tidak perlu repot-repot mengilingi tempat di Jepang. "SEMUA SIAP UNTUK BESOK!", "SIAP!!", tegas mereka menjawab pemimpinnya. 




Semua senjata dan berbagai perlengkapan siap. Perjalanan mereka pun hampir tiba. Raut wajah Dallen terlihat jelas sangat serius. Ia mengerutkan alisnya tanpa henti. Suara helikopter yang bising membuatnya semakin tegang sambil memikirkan janjinya pada Dorlle. Dallen memutuskan untuk menyerang keluarganya agar Arthura Ree terpancing. 


Beberapa orang-orangnya Cattergirn turun dari kendaraannya dan mulai mengendap masuk ke dalam bangunan 3. Dilanjutkan mulai memasuki bangunan 4 sudah lumayan ada beberapa pelayan yang bolak-balik. Senjata rahasia mereka adalah pistol tanpa suara. Mereka menembak 5 pelayan tanpa ada jeritan yang terdengar. "Bersihkan barang bukti hingga tidak terkecuali", perintah Dallen kepada bawahannya. 


Dallen mulai memasuki ruangan tengah bangunan 4. Disana ada Mantan kepala keluarga Ree dan Leree sedang membicarakan sesuatu. Tanpa ragu, ia menembak bagian belakang kepala mantan keluarga Ree, Torante Degmon Ree. Leree sungguh terkejut karena ayahnya tiba-tiba terjatuh tergeletak dengan banyak darah keluar dari kepalanya. "A-ayah..?", ia menepuk badan pria itu untuk mengecek. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Choose! Fairly Together!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang