48 : Sudah, Main Petak Umpetnya.

179 25 17
                                    

Pada jam pulang, Jia berjalan memasuki mobil milik Jeno. Kunci miliknya telah ia bawa setelah sempat mengambilnya dengan diam-diam.

Jia duduk di kursi penumpang dengan nyaman.

Ah, sangat melelahkan. Mungkin Jeno akan datang terlambat, dia masih memiliki urusan di sana. Tubuhnya yang lelah perlahan merasa rileks hingga akhirnya kesadarannya melayang.

Tik

Tik

Tik

Jia membuka matanya perlahan ketika mendengar suara mesin mobil. Samar-samar pandangannya menangkap seseorang yang sudah duduk di kursi kemudi. Lantas kedua matanya langsung mengerjap cepat dan membenarkan posisi duduknya saat lelaki itu yang tengah menyalahkan mesin mobil.

"Oh, Oppa, kau sudah datang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, Oppa, kau sudah datang?"

Jeno yang hendak melajukan mobilnya, menoleh pada Jia yang terbangun. "Kau sudah bangun?" ujarnya, mematikan kembali mesin mobilnya.

"Eoh," Jia menggaruk lehenya dengan ringisan kikuk. Bisa-bisanyaa ia menunggunya sampai tertidur seperti ini.

Entah mengapa keduanya sama-sama tidak mengeluarkan suara, hanya mata mereka yang saling memandang dalam diam.

"Sepertinya Jisung menyukaimu." Jeno membuka suaranya lebih dulu yang bagaikan lemparan bom di siang bolong.

Uhuuk!

Jia reflek terbatuk keras. Sangat terkejut dengan ucapan tiba-tiba lelaki itu.

Ini gawat, Jeno telah menyimpulkan itu. Meskipun Jia tidak yakin Jisung menyukainya, tapi dari caranya dia memandangnya malam itu, seakan telah menjelaskan semuanya.

Jia tertawa bodoh. "Ha ha, mana mungkin." bantahnya.

Jeno masih menatapnya dengan pandangan yang tidak berubah, "Aku tidak pernah melihat Jisung menatap perempuan seperti dia menatapmu."

Jia menggeleng dengan senyum kaku, "a-aniyo~ tadi hanya gimmick. Dia bisa melakukan dengan siapapun."

Jeno menggeleng dengan sunggingan miring. Dari gestur Jia menanggapi soal ini, sepertinya ada sesuatu yang aneh. Atau memang ada sesuatu diantara mereka berdua? Dari yang ia tahu, mereka hanya kenal layaknya teman biasa, tidak seperti teman dekat.

"Baiklah, itu gimmick." Jeno membuang wajahnya sekilas, tersenyum yang mengandung sedikit cibiran.

Netra gelapnya kemudian menghunus pada Jia, membuat Jia sedikit tersentak olehnya. "Aku tetap tidak menyukainya." desisnya datar.

Heol. Menakutkan.

Jia menggigit bibirnya dengan pandangan berkeliling. "Geurae, a-aku tidak akan melakukannya lagi."

Jeno hanya diam saja memandangnya.

"Oppa, ayo pulang saja." Jia membasahi bibirnya, gugup di tatap seperti itu.

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang