39 : Racun Yang Sesungguhnya

254 27 10
                                    

Hai, hello annyeoooong~ ada yg nungguin gak nih? Pede bgt, deh
🤭🤭🤣🤣

Hepi riding, dekadeeeekk~ 😘

Typo maklum, yes 😂

..

..

..

Jia langsung merubah posisinya menjadi duduk begitu terbangun. Saat membuka mata, Jia sangat terkejut kamar yang ia tempati bukan kamarnya.

Oh, shit! Bagaimana bisa aku tertidur?! Jia menjambak rambutnya dengan kedua tangannya.

Ditengah kebingungannya, sebuah tangan melingkar di perutnya hingga tubuh Jia kembali ambruk di ranjang.

Bruk.

"Oppa, aku harus pulang!" Jia hendak bangkit lagi, namun Jeno kembali menahannya.

"Nanti."

Jia melirik jam dinding digital di tembok kamar itu. Ini masih cukup pagi, jadi Jia harus cepat-cepat pergi sebelum mereka semua bangun.

"Oppa, aku harus pulang sekarang." Jia berusaha bangun dari kukungan Jeno.

"Ayo, ku antar." Jeno melonggarkan tangannya.

"Aku bisa pulang sendiri."

"Susah mencari taksi jam segini."

Jia terdiam sejenak, lalu mengiyakan saja.

"Geundae ... 5 menit saja."

Jia tergagap panik ketika tubuhnya di tindih oleh pria itu. Bibirnya tidak sempat mengeluarkan suara karena lebih dulu di bungkam olehnya.

5 menit yang berujung 15 menit.

Ah, Jia tidak bisa memegang kata-kata lelaki.

🍁🍁🍁

"Desainnya terlalu berlebihan." Jia menolak rekomendasi dress yang kesekian kalinya dari Misoo. Semua yang temannya tunjukkan sama sekali bukan seleranya.

"Aku suka yang simpel." Jia kembali memilih dress yang akan di kenakan untuk undangan ulang tahun anak Direktur. Dress code-nya berwarna putih.

"Aigoo, Jia-ya, semua yang ku tunjukkan cantik-cantik, loh."

"Haish!" Jia menjambak rambutnya frustasi. "Ini membuatku pusing! Aku tidak suka memakai dress. Apalagi warna putih."

"Sudahlah. Aku lelah." Jia duduk di sofa yang disediakan disana. Tidak ada yang cocok dimatanya, semuanya tampak heboh baginya.

"Aku juga lelah." Misoo mendengus. Hanya Jia saja yang belum menemukan dress pilihannya, sedang dirinya telah mendapatkan lebih dulu. Tidak sulit mendapatkan dress yang cocok untuk dirinya.

"Baiklah. Kali ini Aku menurut padamu. Pilihkan saja yang paling sederhana."

Misoo tersenyum senang. Akhirnya Jia menyerahkan semuanya padanya.

"Oke."

Selesai berbelanja pakaian dan sepatu ber-hak, keduanya berjalan-jalan menghabiskan waktu sore mereka. Dari menjajah jajanan street food, sampai menonton penyanyi jalanan serta dance in public di jalanan.

Keduanya bersenang-senang menontonnya. Badannya turut bergerak santai mengikuti dance yang di tampilkan oleh para dancer. Biasanya mereka dari club yang memiliki canel di media sosial.

"Woah, mereka keren." Puji Misoo.

"Eoh," Jia mengangguk setuju. "Kapan-kapan kita main ke one-millions dance."

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang