62 : Massage 🖤

208 26 10
                                    

Wkwkwkkw rawwwrrr 🤣🤣❤️‍🔥

Lg kangeun"an maklum. 🤣

Typo maklum lah yaa. 🤭

..

..

..

..

Haechan kembali membungkam bibir Jia sementara tangannya bergerak mengangkat tubuh gadis itu. Kakinya terus melangkah menuju sofa tanpa melepaskan pagutan mereka.

Bruk.

Bibir mereka bahkan masih menaut dalam saat mereka ambruk di sofa. Merasa nafas mereka semakin menipis, keduanya melepaskan bibirnya dengan nafas naik turun.

Oh, damn. Jia mengais nafas perlahan menatap pria di atasnya yang telah di kuasai oleh kabut gairah.

"Oppa, bukankah kau terlalu terburu-buru?" Jia menatapnya dengan seringaian kecil. Jarinya menari-nari di bahu pria itu sampai ke dadanyan yang masih terbungkus kaus. "Ini masih siang," imbuhnya dengan suara yang mampu membuat siapa saja terpedaya.

Haechan terkekeh pelan. "Orang gila mana yang mengatakan itu dengan pakaian seperti ini?" tangannya meremas dadanya, membuat gadis itu merintih kecil. "Kau memang suka bercanda, ya?

Jia tertawa. "Siapa tahu Oppa lelah dan ingin tidur dulu?"

"Aku hanya ingin menidurimu." Haechan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu. Menikmati leher indah itu yang mengeluarkan aroma menenangkan.

"Aku sudah menahannya cukup lama. Aku tidak bisa bersabar lagi, Jia-ya."

"Hhhhh," Jia memejamkan matanya merasakan cumbuan panas di lehernya. Gaun licin itu telah melorot dengan indah setelah Haechan menarik tali kimononya.

Haechan memandang tubuh yang berbalut gaun tipis di bawahnya dengan penuh damba. Pakaian ini sangat cocok untuknya. Haechan ingin lebih sering melihat Jia mengenakan pakaian ini.

Haechan kembali merendahkan wajahnya. Mengendusi dari bahu hingga ke pangkal lengannya, sementara kedua tangannya, melebarkan pahanya. Kemudian menyusupkan tangannya ke dalam pakaian tipis itu. Meraba kulit lembutnya yang bersembunyi di balik gaun tipis itu.

Gila.

Mungkin karena lama tubuhnya tidak disentuh, Jia merasa tubuhnya menjadi lebih sensitif. Setiap sentuhan kecilnya, mampu membuat tubuhnya serasa melayang.

"Ssshhhh~"

Haechan tersenyum mendengar desahan indahnya. Tali spagetti yang menggantung di bahunya, ia turunkan menggunakan giginya. Haechan kembali menciumi bahunya dengan agresif sampai ke dadanya. Tali tersebut terus turun dan semakin turun sampai tangannya bisa menangkap bongkahan dadanya yang indah.

"Ahhhh, Oppa~" Jia mendesah lirih. Energinya seakan di sedot merasakan hisapan kuat di dadanya.

"Ssshhhhh," Jia merambatkan tangannya dari bahu hingga ke tengkuk Haechan. Bibir mereka kembali menyatu dengan panas.

"Kau sudah meminum itu?" tanya Haechan disela ciumannya.

"Heuummhhh, su-sudahh,"

"Bagus," Haechan tersenyum dan kembali membungkam bibirnya dengan panas. Perlahan, dia mulai menyatukan tubuhnya hingga menyatu dengan sempurna.

"Ahh, Jia-ya~ kau membuatku gila." bisik Haechan dengan wajah meringis menikmati gairah yang menggebu-gebu.

"Aku senang mendengarnya, Oppa." Jia balas berbisik dan menggigit kecil telinga pria itu yang berjarak dekat dengan bibirnya.

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang