"Bagaimana mungkin aku membiarkan tubuhku disentuh oleh dua pria? Bukankah itu gila?"
"Eoh. Kau sangat gila." sahut Jisung. "Percayalah, itu hanya tahap awalnya saja. Lama-lama kau pasti akan terbiasa."
"Tidak akan! Aku masih memiliki sedikit hati...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa baru datang?" Jeno tersenyum ketika Jia mendekat padanya.
"Tadi sempat belanja bersama Misoo."
"Ah, begitu..." Jeno menarik kursi di sebelahnya. "Duduklah."
"Ne, gomawoyo." Jia tersenyum dan duduk di sebelah Jeno.
Jeno menatap perubahan gadis itu. "Kau mewarnai rambut?"
Jia mengangguk.
"Cantik," pujinya.
Jia tersenyum. "Gomawo,"
Jeno balas tersenyum. "Mau makan apa?"
Semua hidangan telah tertata di meja. Dari daging, sayuran, ramyeon, kimchi jiggae, pasta, pizza dan masih banyak lagi, telah tertata rapih di meja. Hidangan tersebut terlihat sangat menggoda.
"Ini saja." Jia mengambil pizza.
"Apa ini? Tampaknya kalian sudah dekat?" Doyoung terkejut melihat kedekatan Jia dan Jeno. Keduanya lebih mirip seperti pasangan.
"Kita memang dekat," balas Jeno dengan senyumnya.
"Atau kalian sudah berkencan?" Kun menyahut dengan godaan.
"Kita beri selamat untuk kalian." sambung Jungwoo. Pacar laki-laki itu sangat cantik seperti namanya --Jasmine.
Pacarnya tertawa, setuju . "Kalian cocok."
"Ha, ha, ha, aniyo~" Jia menggeleng dengan tawa kering.
Ditengah kecanggungan itu, Haechan datang dan duduk di sebelah Jia. Begitu pula dengan Asha yang duduk disebelah Haechan.
"Hyung, diamlah. Tidak ada hubungan apa-apa." potong Haechan.
"Nih, makanlah." Haechan memberikan daging hasil panggangannya pada Jia.
"Heum," Jia bergumam menerimanya. Mencoba mengabaikan Asha yang terus menatapnya.
"Woah, Haechan-ah, kau benar-benar." Mark menggeleng geli. Haechan selalu membatasi hubungan adiknya dengan teman-temannya.
Sementara Jeno disampingnya, hanya bisa tersenyum saja. Sesuai permintaan gadis itu, dia tidak ingin hubungan mereka tercium oleh siapapun. Meski begitu, tanpa menjelaskan sekalipun, kedekatan keduanya yang terang-terangan telah menjelaskan hubungan mereka.
"Omong-omong, aku masih tidak menyangka kau mahir mengendarai motor besar itu. Itu berbahaya, loh." Jisung berkomentar.
Jia tertawa sopan dan menggeleng. "Aniyo, aku sudah biasa."
"Kau keren dan cantik," Yangyang menyahut. Dia mengedipkan satu matanya menggoda.
"Ya, ada apa dengan mata mu?" Jeno menatap temannya itu dengan gerutuan.