38 : Dorm

256 28 12
                                        

Acara telah selesai, Jia kini telah berganti pakaiannya sendiri dan bersiap akan pulang.

Semua idol pun telah bersiap akan pulang. Mereka berbondong-bondong keluar dari gedung itu dengan di sambut oleh para fansnya yang telah menunggu di sekitar parkiran.

Jia sendiri keluar lewat jalan lain yang tidak di lewati oleh idol bersama Misoo dan teman yang lainnya. Mereka akan langsung mencari taksi setelah ini.

"Yederaaaa~ aku duluaan yaa!" satu persatu temannya pergi lebih dulu. Beberapa dari mereka mendapat taksi lebih dulu, lalu juga mendapat jemputan dari pacar-pacar mereka.

Jia tidak bisa gabung dengan mereka karena berbeda arah.

"Aku pergi dulu, babe!" Misoo mencium pipi Jia dengan cepat sebelum pergi.

"YA!" Jia mendelik terkejut pada temannya. "Sialan! Kau menjijikan!"

Misoo hanya terbahak dan melambai pada Jia di jendela mobil. Dia mendapat jemputan dari partner kencan buta barunya.

Temannya itu benar-benar parah. Dia berganti pacar kencan buta seperti berganti pakaian.

"Eonni!"

Jia baru saja akan melangkah ketika sebuah suara menghentikannya. Tubuhnya otomatis memutar ke sumber suara. Pandangannya langsung menangkap seorang gadis dan anak laki-laki yang tampaknya seumuran, tengah berjalan ke arahnya.

Apa-apaan?! Jia terperangah selama beberapa saat. Tidak menyangka akan bertemu dengan bocah itu disini. Malas meladeninya, Jia melengos dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Eonni, tunggu!" Yoon Sia berlari dan berhenti tepat di depan Jia. Menghentikan paksa langkah kakaknya.

Jia terpaksa berhenti. Ia bersedekap dada menatap bocah itu dengan malas.

"Eonni, sejak kapan kau menjadi dancer di SM?" tanyanya dengan nafas terengah.

"Apa urusannya denganmu?!"

"Pliiis, tolong jawaab!"

Jia tergelak kesal. "Apa-apaan ini, kenapa kau jadi sok kenal denganku?" kekehnya, heran. "Kau bilang malu memiliki kakak seperti ku yang jual diri——"

"Eonni!" Jia memotong cepat ucapan Jia.

"Jual diri?" suara seorang laki-laki muncul di belakang Jia. Membuat Jia seketika memutar kepalanya ke belakang.

"Kau siapa?" tanya Jia.

"Maaf Nuna, apa bocah ini mengatakan kalau Nuna jual diri?" dia berjalan sampai berhenti di hadapan Jia.

Jia mengangguk santai. "Eoh."

"Eonni! Kapan aku bilang begitu? Jangan asal bicara."

Jia berdecih miring. "Masih muda, sudah pikun."

"Dasar bocah sinting! Bagaimana bisa kau mengatakan seperti itu pada kakakmu sendiri?!" bocah laki-laki itu memarahi Sia.

"Aku tidak bilang seperti itu!" elaknya.

"Haish, sudahlah." Jia mengibaskan tangannya, malas. "Pergi sana! Ganggu orang mau pulang saja."

"Nuna tunggu!" Lee Seonho segera menahan Jia yang hendak pergi.

"Ada apa?" tanya Jia heran.

"Nuna, apa kau tidak mengingatku?"

"Hah?" Jia mengerutkan keningnya menatap bocah laki-laki itu.

"Kau siapa?" tanyanya bingung. Jia sama sekali tidak mengingat wajah itu.

Seonho tersenyum getir. Apa dirinya memang hanya seperti angin lewat saja baginya, sampai-sampai dia sama sekali tak mengingatnya?

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang