Wkwkwk baru sempet updet. Habis sick di tambah sibuk bgt di rl 😂 Hbs ini jg gak janji bisa up cpet , masih lumayan sibuk... Moga bisa cpt deh bsok 😀
Kira" ini cerita mau sampe chapter berapa ya?🤔 60,70, atau 80 kek Nuna Asrama? 😀
Entahlah....😂
Hepi riding 😉
.......
Jia bangun pagi buta sebelum semua orang rumah bangun. Haechan bahkan baru naik ke dalam kamarnya dan kembali melanjutkan tidurnya. Jia bangun begitu pagi hanya untuk mencuci sprei dan selimutnya yang kotor akibat permainan mereka yang berlanjut semalam.
"Jia-ya, kau sedang mencuci?"
Jia terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba menyapa dibelakangnya. Badannya lalu berbalik dengan kaku. Di ambang pintu loundry room, Seungyeon berdiri di sana.
"Ah, iya." Ringisnya.
Seungyeon mengangkat satu alisnya. Mau di lihat bagaimana pun, wajah Jia tampak sangat mencurigakan. Dia tampak menyembunyikan sesuatu yang besar di belakangnya.
"Tidak biasanya kau mencuci di pagi buta seperti ini?"
"Ah, i-itu ... " Jia menggaruk sisi rambutnya yang tidak gatal. Alasan ini sudah ia persiapkan sebelumnya dan ia praktekkan sebagai bukti. "Tadi aku membuat ramyeon cup. Aku memakannya di kamar, tapi aku tidak sengaja menumpahkannya di ranjang." Katanya menyengir.
Seungyeon kontan mengangkat dua alisnya. "Aigoo, tidak biasanya kau ceroboh seperti ini."
"Haha, iya ..." Tawanya sangat canggung.
.......
Di rumah Haechan, Jia tidak banyak melakukan apapun. Dua adik laki-laki Haechan telah kembali bersekolah, sedangkan Seungyeon kembali bekerja. Jia banyak menemani Ibu Haechan saat membuat kimchi dan memasak. Haechan juga tidak berani mengganggunya karena ia terus bersama Ibunya.
Sore harinya, Jia dan Haechan pergi berbelanja bersama Mama Lee. Haechan bertugas mendorong troli sementara Ibunya dan Jia, memilih barang bersama.
Mungkin jika ada penggemar yang melihat, Jia akan disangka Seungyeon adik Haechan. Dengan penampilannya yang memakai topi yang di bungkus oleh tudung hoodie dan masker, mereka tidak akan menyadari bahwa dirinya bukanlah adik Haechan. Perawakan badan mereka juga tidak beda jauh.
"Eomma, ini terlalu banyak." Jia melongo melihat beberapa box berisi stroberi yang Ibu Haechan belikan untuknya.
"Ini bisa untuk stok beberapa hari, sayang." kata beliau.
Setiap pulang ke rumah Haechan, Mama Lee pasti akan membawakan banyak makanan untuknya, seperti kimchi, daging siap panggang, acar lobak, buah-buahan, dan banyak lagi makanan yang bisa di stok sampai beberapa hari ke depan. Jia hanya perlu menghangatkan saja setiap ingin memakannya.
Jia yang sedari tadi sibuk berbelanja dengan Ibu Haechan, berusaha mengabaikan Haechan yang menekuk wajahnya sejak tadi.
Sebelumnya, ia sempat berdebat dengannya. Haechan meminta Jia pulang bersamanya sampai hari liburnya habis, namun Jia menolak itu karena tidak bisa cuti terlalu lama. Haechan bahkan ingin mengajukan sendiri ke perusahaan agar Jia bisa cuti lebih lama lagi, akan tetapi Jia melarang itu. Haechan seharusnya tahu, setiap kali dia mendapat libur, Jia tidak pernah bisa berlibur penuh dengannya. Haechan tidak pernah menahan dirinya sejak dulu setiap kali pulang lebih dulu darinya, kenapa sekarang dia jadi begitu kekanakan?!
"Oppa, aku membeli ini tadi." Jia menunjukkan gantungan Shincan pada Haechan.
Haechan hanya menatapnya saja. "Tidak mempan, Jia-ya,"
![](https://img.wattpad.com/cover/369412788-288-k147153.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POISON [LEE HAECHAN]
Fanfiction"Bagaimana mungkin aku membiarkan tubuhku disentuh oleh dua pria? Bukankah itu gila?" "Eoh. Kau sangat gila." sahut Jisung. "Percayalah, itu hanya tahap awalnya saja. Lama-lama kau pasti akan terbiasa." "Tidak akan! Aku masih memiliki sedikit hati...