3.

1.2K 96 4
                                    

"Non ica, dipanggil bapak" kata bibi.

"Oke bi, makasih"

Ica langsung menuju ruang kerja papanya yang terletak dibawah.

"Ya pah??"

"Jadi gimana ca?" Tanya papa ica.

"Di indo aja pah. Sama aja ko. Papah mau ica dimana? UI? Ayo ica pasti bisa! Apa papah mau ica di UPH? trisakti? Untar? Ica bisa. Tapi gak usah di luar. Ya pah???"

"Apa alesan kamu? Papah tuh mikir kalo kedokteran diluar pasti lebih baik ca. Kalo disini kan standar aja. Makanya papa tu maunya ica kuliah di luar."

"Oke gini, ica cari kampus yang fasilitasnya terbaik dan terlengkap dijakarta ya? Yang penting ica mau disini aja." Katanya sambil membujuk.

"Kamu bantu ngomong sama mamah ya. Papah sebenernya juga gak mau kamu jauh-jauh dari kita. Tapi kan mamah yang ambis banget buat kamu kuliah di luar" ucap papah ica.

Risa Talita Mandaya, anak dari bapak Dony Mandaya dan ibu Gita Nindya. Biasa dipanggil Risa, ica. Jika dirumah dia akan di panggil ica. Nama itu adalah panggilannya saat kecil. Sedangkan teman-teman sekolahnya memanggil dia Risa. Hanya 2 kawan pintarnya itu yang memanggilnya dengan Aya. Ya siapa lagi kalo bukan Bara dan Aro. Bahkan Laihan, kekasihnya saja memanggilnya dengan sebutan Risa.

"Mah, ica mau ngomong" kata ica yang menghampiri mamahnya yang sedang berkebun. Alias menata tanaman bunga-bunganya.

"Ngomong apa sayang? Serius banget sih?" Katanya.

"Iya serius. Makanya mamah stop dulu. Duduk disitu yuk" ucap ica mengajak mamahnya ke gazebo pinggir kolam renang tempat biasanya dia bersantai.

"Oke. Sebentar. Kamu duluan aja" kata mamahnya yang langsung diangguki ica dan pergi menuju gazebo.

Mamah papah ica adalah pemilik dari supermarket terkenal yang tersebar di seluruh indonesia. Dari kecil memang bu Gita selalu memberikan yang terbaik untuk ica. Dia selalu mengikuti berbagai Les pelajaran tambahan dan Les bakat lainnya, seperti musik dan berenang. Tapi ica tak pernah protes, dia selalu mengikuti itu dengan senang hati tanpa merasa terpaksa.

"Mau ngomong apa sayang?" Tanya bu Gita dan langsung duduk di sebelah ica.

"Mah, boleh gak ica kuliah di sini? Gak usah diluar" katanya to the point.

"Hmm.. ica kamu tau kan daridulu mamah selalu ngasih kamu yang terbaik. Jadi keputusan mama buat kirim kamu kuliah diluar negri ini ya buat kamu juga. Mamah gak yakin ca, disini ada kampus kedokteran yang fasilitasnya lengkap. Makanya karena kamu minta kuliah kedokteran, mama mau kamu langsung ke Harvard. Biar sekalian ca. Ilmu itu gak main-main." Katanya.

"Mah, ica paham. Makasih ya mah udah selalu pilihin ica yang terbaik. Tapi mah, ica belum bisa juga jauh dari mama papa. Ditambah lagi ica akan sendirian disana. Boleh ya mah ica disini? Please" katanya memohon.
"Ica bakal cari kampus kedokteran terbaik disini. Kalo emang nanti masih kurang juga, ica siap deh dipindahin. Tapi please mah, biar ica coba dulu ya kuliah disini"

"Hmm.... ini bukan karena laihan kan?"

Iya mamah papah ica sudah tau tentang keberadaannya laihan. Sebenarnya mereka pun kurang suka dengan laihan. Karena menurut mereka, laihan anak yang kurang ber attitude. Sudah hampir 10 bulan mereka berpacaran, sampai saat ini belum pernah melihat laihan mampir kerumah untuk sekedar bersilaturahmi. Malah setiap mereka jalan, ica lah yang harus menjemput dia kerumahnya. Tapi mereka berfikir ya namanya anak SMA pasti kan masih cinta monyet juga. Jadi dibiarkan saja, yang penting masih dalam pantauan.

"Bukan mah. Beneran deh" katanya.

"Yaudah kalo gitu. Tapi bener ya? Kalo kampus kamu kurang oke langsung bilang sama mama? Janji?" Ucap bu gita sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

BarisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang