"Ay!" Sapa bara yang terengah-engah karena dia berlari dari parkiran menuju ruang icu.
"Bar. Aro." Kata aya sambil menangis.
"Kenapa aro ay?" Tanya bara.
"Tadi dia henti nafas. Gue takut bar." Kata aya. Bara langsung membawa aya untuk masuk kedalam pelukannya. Dalam hatinya dia juga sangat sedih dan takut memikirkan keadaan sahabatnya itu.
"Please ro, bertahan lebih lama"
Nova dan mark pun juga berada disana. Mereka berdua juga harap-harap cemas menunggu dokter yang sedang mengusahakan keadaan aro.
Ini adalah hari ke 5 aro tak sadarkan diri. Tadi seperti biasa setelah kursus, aya datang untuk menjenguk aro. Karena om mark masih didalam, jadi aya dan tante nova menunggunya diluar. Tak lama om mark keluar dan bergantian dengan aya yang mengjenguk aro. Namun setelah aya masuk, tiba-tiba alat yang berada di tubuh aro berbunyi. Petugas pun datang meminta aya untuk menunggunya diluar. Aya, nova, dan mark pun sangat panik. Air mata ibu aro, yaitu nova sudah mengalir deras. Pikiran buruk berkecambuk di otak mereka. Aya langsung menghubungi bara yang saat itu memang sudah menyelesaikan kelasnya. Dengan kecepatan yang lumayan cepat, dia mengendarai motornya menuju rumah sakit. Hanya 10 menit berkendara, dia sampai ditujuan.
Dokter sudah keluar, alhamdulilah aro sudah melewati masa kritisnya. Kini nova dan mark diperbolehkan masuk untuk melihat aro. Kali ini mereka diberi kesempatan untuk masuk berdua. Seselesainya nova dan mark, sekarang giliran bara dan aya yang masuk kedalam ruangan aro.
"Ro. Sorry ya baru dateng lagi." Kata bara.
"Kuat ya ro. Lo masih jadi satu-satunya sahabat gue sampe saat ini." Lanjut bara.
"Gue minta maaf ya ro. Selama berteman sama lo gue selalu gak dengerin omongan lo. Bangun ro, sembuh ya." Kata bara dengan tangisan yang ditahan.
"Ro. Kita udah bertiga lagi nih. Bangun ro. Debat lagi sama bara. Lo tau kan gue suka liat lo debat sama bara" kata aya.
"Jangan tinggalin kita ro. Gue gak mau jagain bara sendirian" kata aya bercanda.
"Bener ro, gue juga gak mau jagain aya sendirian. Belum lagi harus jadi tumbal masakan dia" kata bara, aya yang mendengar hanya tersenyum, dia tak marah karena ada benarnya juga dipikir.
"Ro, hidup lama ya. Gue beneran butuh sahabat kaya lo dihidup gue" kata bara.
"Iya ro, jangan tinggalin kita. Jangan tinggalin gue. Kayanya gue belum sanggup kalo gak ada lo. Gue juga sayang ro sama lo. Bangun ya" kata aya. Ucapannya sukses membuat hati bara tercubit. Entah apa, tapi mendengar aya berbicara seperti itu, bara merasa ada sedikit kesakitan dihatinya. Beruntungnya dia bisa bersikap biasa saja.
"Yaudah ro, gue cabut ya. Besok gue kesini lagi, lo harus udah sadar ya." Kata aya.
"Iya ro, besok gue juga kesini deh bareng aya. Sampe ketemu besok ya ro" kata bara.
Lalu aya dan bara keluar dari ruangan itu. Sebelum pulang mereka menemui nova dan mark guna berpamitan dengan mereka.
"Parkir dimana ay?"
"Gue gak bawa kendaraan" kata aya
"Loh ay? Kok gakbilang gue? Kan bisa gue jemput." Tanya bara.
"Lo kan kuliah. Gue gak mau ganggu lo. Lagian kan deket bar gak jauh banget."
"Mobil lo kemana?" Tanya bara.
"Overheat. Kipasnya rusak. Tadi mau pake motor gakboleh sama papah. Jadi dianter supir. Nah pulangnya gue mau minta jemput disini aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisa
Teen FictionJangan lupa baca Roney Salva karena ini adalah sequelnya. Thankyou!