34.

894 123 17
                                    

Seperti biasa, pagi ini aya berangkat ke tokonya. Ya selama jerry pergi, dia menghandle toko ini sendirian. Karyawannya belum banyak hanya 8 orang saja. 3 untuk produksi, 2 untuk packing, 1 untuk kasir, dan 2 untuk handle customer. Menurut aya, tokonya belum begitu ramai. Jadi, dia masih konsen untuk memasarkan produknya dulu ke orang-orang. Makanya dia selalu rutin untuk ke toko guna melakukan quality control produknya sendiri.

Ruko yang aya sewa memang  bertingkat 2, namun di lantai paling atas terdapat area luas namun tak beratap yang bisa dibangun lagi. Maka dari itu, aya membuat ruangan untuk dirinya di lantai 3, serta ruang istirahat untuk karyawannya yang bekerja. dan di Lantai 1 untuk serve penjualan produk, lantai 2, untuk pembuatan roti dan kue serta packing.

"Pagiii semua" sapa aya yang baru datang dan masuk ke dalam tokonya.

"Pagi mba risa" kata pekerja itu. Ya memang semuanya memanggil aya dengan sebutan mba karena aya tidak mau dipanggil ibu. Terkesan lebih tua katanya.

"Gimana pagi ini?" Tanya risa seperti biasa.

"Baru 2 pelanggan bu, ambil roti tawar sama bolu chiffon." Katanya.

"Alhamdulilah. Tante salva belum pesen?" Tanya risa. Ya biasanya pagi-pagi sekali orderan yang masuk adalah dari salva. Dia menepati janjinya yang akan membeli produk aya setiap pagi hari.

"Hmm belom mba" jawabnya.

"Tumben ya. Eh itu sebelah mau dibangun apa?" Tanya risa. Mengingat ruko disebelahnya kosong tapi sekarang dia melihat sedang dalam pembangunan.

"Kurang tau mba. Coba nanti saya tanya" katanya.

"Eh gak usah biarin aja" kata risa.

Risa kesal, karena sebenarnya dia sudah sepakat dengan pemilik ruko akan menyewa ruko yang disebelah untuk memperbesar tokonya ini di bulan depan. Tapi pikirnya, mungkin sudah ada yang mau menggunakan lebih awal. Dan ya otomatis si sang pemilik memberikan itu karena menguntungkan untuknya.

"Yaudah saya ke atas dulu. Kalo ada apa-apa telfon kaya biasa ya mba" kata risa kepada pekerjanya.

"Siap mba risa."

Aya langsung keatas, sampai dilantai 2 dia mengecek semua pembuatan roti dan kue yang sedang diproses, serta di packing. Setelah selesai dia pun langsung menuju ruangannya.

"Selamat pagi mba risa"

"Astagfirullah. Kaget banget!" Kata aya sambil mengusap dadanya.

"Bara lo ngapain?!" Tanya aya.

Iya bara yang sudah menunggu aya sedari tadi. Pagi-pagi sekali dia bahkan sudah di rumah aro. Meminta tolong untuk bertemu dengan aya, karena dia malu jika harus datang lagi kerumah aya dan meminta tolong pada orang tuanya. Akhirnya aro punya ide untuk bara bisa menemui aya di tokonya. Jadilah tadi, aro datang ke toko aya dan bersekongkol dengan pekerja yang ada disana supaya bara bisa masuk ke ruangan aya. Karena, semua pekerja aya mengenal aro, sebagai sahabat aya sekaligus pelanggan karena aro setiap pagi mampir untuk membeli roti aya sebelum dia berangkat ke kampus.

"Makan donat. Enak banget ay. Gue udah abis 3" kata bara yang masih sambil mengunyah.

"Terus kenapa lo diruangan gue? Kok bisa lo dibolehin masuk??" Tanya aya yang bingung.

"Bisa ay. Apa sih yang gue gak bisa. Jadi pacar lu doang yang gak bisa" katanya dengan percaya diri.

"Orang gila. Jahat lo!" Ucap aya. Dia lalu duduk di sofa yang berada di ruangannya karena bangkunya sedang diduduki oleh bara.

"Gue jahat kenapa? Ada juga lo yang jahat. Gak bilang kalo gue diselingkuhin. Malah diem aja" kata bara yang membuat aya tersentak.

"Loh udah tau ternyata? Tapi kok kemaren...."

BarisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang