AYA RISA POV.
Aya telah mengalami hal terburuk dalam hidupnya, saat ini adalah waktunya dia melupakan semuanya. Menata hidupnya kembali. Walaupun harus mengubur 1 mimpi dia, yaitu menjadi dokter. Tapi dia masih bisa mempunyai mimpi yang lain.
Saat kemarin bara menemuinya, dia sangat kaget. Aya sempat berpikir dirinya tidak akan ditemukan oleh siapapun. Karena dia memang berada di balik pohon besar, sambil terduduk menangis dalam kondisi pencahayaan yang sangat kurang. Bara memeluknya, entahlah perasaan aya saat itu sangat nyaman, dan tenang. Dirinya merasa sangat dilindungi oleh sosok bara, sahabatnya.
....
4 hari pasca kejadian itu, bara tak juga menjenguknya. Aya merasa ada yang kurang dalam hidupnya, dia kesepian. Padahal saat ini ada Syerin, Nola, dan Aro yang menemaninya berada dikamar.
Dia ingin menghubungi bara, namun rasa takutnya terhadap notifikasi hape masih lebih tinggi dibanding rasa ingin menghubungi bara. Jadi dia urungkan niat itu.
Setelah 1 minggu lamanya, dia memberanikan diri untuk melawan rasa trauma itu demi untuk menghubungi bara. Dibantu aro, dengan segala percobaan, akhirnya dia bisa melewati rasa trauma itu. Dengan sangat excited dia menghubungi bara. Betapa senangnya aya saat itu karena bara langsung menghubunginya melalui video call. Langsung terpancar senyum bara yang selama ini aya rindukan. Terlebih lagi saat bara akan menemuinya. Bahkan aya sempatkan untuk mandi, karena akan ketemu bara.
Saat bara datang, dia langsung reflek memeluk aya. Rasanya masih sama, masih nyaman. Aya pun tak menolak pelukan itu.
"Gitar? Ini bara lagi modusin gue gak sih biar setiap hari ketemu gue dengan alibi buat ajarin gitar." Ucap aya dalam hatinya.
Bukan pertama kalinya dia mendengar bara bernyanyi. Tapi entah kenapa, saat sekarang dia mendengar bara bernyanyi hatinya serasa dipenuhi bunga-bunga apalagi lagu yang dimainkan bergenre romantis.
.....
Aya berjalan dengan perlahan menuju taman danau. Dia bertekad untuk bisa menyembuhkan rasa takutnya itu. Lagi dan lagi dibantu aro dia mulai memberanikan diri untuk menuju tempat itu.
"Ay ke taman danau yuk. Gitaran disana seru deh. Sambil liat pemandangan" kata bara.
"Engga bar. Gue takut. Itu tempat dia ngasih boneka itu" kata aya.
"Ada gue ay. Yuk." Ajak bara. Tapi aya menggelengkan kepalanya.
"Ay. Lo sama gue. Gak apa-apa kok. Yuk. Pelan-pelan aja." Katanya. Akhirnya aya menurut.
"Aaaaa" teriak aya saat dia baru melihat bangku taman, padahal posisinya masih di atas motor yang belum di parkirkan.
Bara yang panik langsung memutar balikan motornya dan kembali ke rumah aya lagi.
"Ay gue minta maaf ya" kata bara, dia langsung memeluk aya yang masih menangis.
"Gue cuma mau gantiin kenangan buruk lo. Gue mau semua kenangan buruk lo, diganti dengan kenangan terbaik yang gue kasih buat lo. Maaf kalo kesannya gue maksa lo ay. Maafin gue ay" kata bara sambil mengusap punggung aya.
"Sorry bar, gue belum siap" kata aya.
"Gapapa dong. Masih ada hari berikutnya kan? Pokoknya gue janji, semua kenangan buruk lo, biar gue yang gantiin." Kata bara. Aya mengangguk.
Aya menarik nafasnya dalam dalam. Dia ingin rasa sesaknya hilang. Setelah sampai di taman danau keringat dingin terus menjalar di tubuh aya. Sempat beberapa kali dia ingin menyerah, tapi aro selalu menguatkannya. Dengan sabar aro menuntunnya. Dan berhasil! Aya saat ini bisa duduk di bangku taman tempat laihan memberikan boneka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisa
Teen FictionJangan lupa baca Roney Salva karena ini adalah sequelnya. Thankyou!