Bara dan aya berjalan dengan cepat agar sampai di ruangan aro. Karena mereka mendapatkan kabar bahwa aro sudah sadar semalam. Dengan sangat excited mereka menjenguk aro hari ini sampai mereka berdua rela untuk bolos hanya demi aro.
"Om. Gimana?" Tanya bara pada om mark yang sedang duduk di depan ruangan.
"Eh risa bara, alhamdulilah dia udah sadar. Keadaannya udah stabil. Sekarang lagi dicek, kalo udah mulai membaik mau pindah ke ruang rawat" kata mark.
"Alhamdulilah! Maaf ya om risa sama bara baru kesini, tadi mau pagi kesini tapi ini si bara susah banget dibanguninnya. Ampun deh" kata aya. Bara hanya tersenyum saja mendengar aya yang sewot.
Saat semalam mendapat kabar itu, bara sudah berjanji sama aya akan menjemputnya untuk bersama menjenguk aro pagi hari. Dan bara tidak memperbolehkan aya menggunakan supir. Pokoknya harus dengan dia. Tapi, karena mengantuk, bara kesiangan. Serta ponselnya yang mati membuat aya tak bisa menghubunginya. Akhirnya aya pun meminta salva untuk membangunkan bara.
"Ro! Ih gue seneng banget lo udah bangun!" Kata aya yang secara reflek memeluk aro yang sedang tertidur.
"Kelamaan lo tidur. Yang pelor kan gue ro." Ucap bara.
Kini aro sudah berada di ruang rawat inap biasa. Keadaan aro sudah membaik, walaupun masih belum bisa berbicara dengan banyak kata.
"Sorry" kata aro terbata.
"Ro, mau cepet sembuh gak?" Tanya bara. Aro hanya mengangguk.
"Nah, ay bikinin aro ayam tepung ay. Pasti langsung sembuh. Haha" kata bara bercanda.
Aya langsung mengingat dimana pertama kali dia bikin ayam goreng tepung tapi ternyata yang matang hanya bagian luarnya saja dan bagian dalamnya masih mentah. Beruntung bagian mentah itu tak termakan oleh aro.
"Hahaha jangan anjir, gak mateng ternyata. Eh tapi ro. Gue udah bisa bikin naget. Kata mama papa rasanya not badlah. Masih ada tau ro, gue simpen di freezer. Nanti gue bawain kesini ya" kata aya dengan sumigrah.
"Thankyou ya" kata aro.
"Udah lo gak usah thankyou-thankyou. Sembuh dulu yang penting" kata bara.
"Nah iya ro. Ini si bara kangen banget sama lo. Nangis-nangis kemaren dia. Takut kehilangan lo" adu aya.
"Anjir. Gak ada ya. Lebay lo" kata bara yang gengsi.
"Tuh ro, gengsi aja temen lo tuh" kata aya.
"Diem deh lo ay. Kaya lo gak nangis-nangis aja kemaren. Ro jangan tinggalin gue, gue sayang sama lo " kata bara meniru omongan aya.
"Kalo gue sih iya mengakui. Wlee" kata aya meledek bara. Aro tersenyum melihat interaksi kedua temannya itu.
"Eh ro. Apa rasanya tidur berhari-hari? Enak gak ro?" Tanya bara.
Plak!
"Lu nanya yang bener bar!" Kata aya sambil memukul lengan bara seperti biasa."Ro, lu bangun deh kata gue mah. Dari kemaren lengan gue dipukulin mulu. Gue visum juga nih" kata bara.
"Berlebihan luh!" Kata aya.
"Gue beli minum dulu ah. Lo mau nitip apa ay?"
"Es jeruk deh, seger kali ya. Kalo ada rujak boleh juga bar" kata aya.
"Macem-macem aja lo! Gak bakal gue beliin" kata bara. Aya langsung memasang muka cemberutnya.
"Ro mau nitip gak? Kopi mau?" Tanya bara yang iseng. Aro malah mengangguk saja sambil tersenyum merespon bara."Orang gila! Sana jalan deh. Aus gue" kata aya.
Bara langsung keluar dari ruangan aro. Nova dan mark memang sedang tidak ada, mereka pulang untuk mengambil baju dan mandi karena sudah 2 hari mereka tidak mandi dan ganti baju. Jadi, aya menggantikan mereka untuk menemani aro sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisa
Teen FictionJangan lupa baca Roney Salva karena ini adalah sequelnya. Thankyou!