FLASHBACK PART!
"Please ro. Bantuin. Gue harus sembuh" kata ara memohon.
"Iya ay, gue bantu lo tapi jangan dipaksain" katanya.
"Iya ro."
"Oke sekarang lo pegang dulu hape lo"
Dengan rasa takut dia memegang hapenya sendiri, degdeg-an mulai terasa didirinya. Keringat dingin sudah muncul. Dan aya semakin gelisah.
"Gimana ay?" Tanya aro.
"Oke ro." Kata aya yang sekuat tenaga menahan rasa takutnya.
"Sebentar." Aro mengambil ponselnya guna menghubungi aya. Memastikan apakah aya masih takut atau tidak bila melihat notifikasi atau bunyi pada hapenya.
Ting.... bunyi hape aya
"Aaaa" aya berteriak sambil melempar hape itu. Beruntungnya hape itu jatuh dikasur aya."Ay ay. Its oke ay. Itu gue, notifikasi dari gue. Sekarang lo liat ya. Nih." Ucap aro menenangkan sambil memberikan hapenya.
Aya menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya, guna menenangkan dirinya. Dia terus berusaha menetralisir perasaan gelisah dan takutnya.
"Oke ro, gue siap." Kata aya yang sebenarnya masih degdeg-an, sambil memegang hapenya sendiri mempersiapkan dirinya untuk menerima notifikasi.
"Siap ya ay" kata aro.
Ting....!
Aya mulai degdeg-an. Tapi dia berusaha untuk tenang. Dia mulai melihat hapenya. Tertera nama aro yang ada di notifikasi hape. Jantung aya sudah mulai agak tenang. Dia mulai beranikan diri untuk membuka hapenya, secara perlahan. Aya terus mengatur nafasnya. Dan yak! Berhasil. Aya sekarang sudah bisa lihat chat keseluruhan dari aro."Ro! Berhasil!" Kata aya.
"Good job ay! Sekarang bales chat gue ay." Kata aro. Dan aya mengikutinya. Mereka saling membalas.
"Yeay! Bisa!! Aro makasih banyak!!!" Kata aya yang reflek langsung memeluk aro yang berada di depannya.
"Sama-sama ay! Lo hebat banget!" Kata aro.
"Sekarang gue mau chat bara!" Kata aya dengan excited. Aro lalu terdiam melihat aya, ada sedikit perasaan cemburu yang keluar dari dalam dirinya.
.......
"Lo yakin bisa ay?!" Tanya aro.
"Harus bisa ro." Kata aya.
Mereka sekarang sedang berada dijalan mengarah ke taman danau yang berada di komplek. Aya meminta aro untuk menemaninya kesana. Ini sudah kesekian kalinya dia mendatangi taman ini. Perasaannya masih sama, deg-deg-an dan gelisah. Mengingat mantan aya, laihan memberikan boneka itu di sini.
"Ay. Gak usah dipaksa" kata aro yang melihat aya menangis ketika mereka sudah mau sampai taman.
"Gue harus bisa ro! Please bantu ro!" Kata aya memelas.
"Oke ay. Gini, lo pegangan gue. Kalo lo takut. Tutup mata lo ya? Kita jalan pelan-pelan. Kalo belom kuat jangan dipaksa ya?" Kata aro dan aya mengangguk.
Mereka berjalan dengan pelan. Aya semakin kuat menggenggam tangan aro. Jantung aya berdetak semakin tidak beraturan. Keringat sudah mengucur deras. Semakin dekat dengan bangku taman, nafas aya seperti tercekik. Dia sempat berhenti untuk memejamkan matanya sebentar. Lalu dilanjutkan kembali. Dengan sekuat tenaga menahan semuanya, akhirnya mereka sampai di bangku taman itu. Aro dan aya langsung duduk di tempat itu. Aya sempat menangis dan berteriak. Aro yang panik langsung membawa aya kedalam pelukannya guna menenangkan.
"Ay, aya its oke. Lo sama gue. Tenang dulu. Ini gue aro ay. Tenang ya" kata aro. Aya sempat memberontak saat aro memeluknya, mungkin dia masih berfikir bahwa laihan yang memeluknya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barisa
Teen FictionJangan lupa baca Roney Salva karena ini adalah sequelnya. Thankyou!