"Apa kita pernah bertemu dulu?"
Junhui menatap kosong orang yang kini ada dihadapannya, matanya berkaca-kaca. Mata bulat tersebut masih menatapnya, menunggu jawaban yang bahkan Junhui saja sulit untuk mengatakannya. Jadi, ia hanya menganggukkan kepalanya atas pertanyaan tersebut.
"Tapi, aku tidak ingat apapun tentangmu. Maafkan aku"
"Jangan minta maaf" Junhui menggelengkan kepalanya, kata-kata setelahnya tertahan di kerongkongannya. Oh sial sekali, bolehkah ia membenci takdir yang kini seolah-olah mempermainkannya.
"Kau tidak bersalah Cheol, kau tidak bersalah karena melupakanku..." ucapnya kembali setelah lama terdiam. Kepalanya menunduk menghindari tatapan mata bulat Seungcheol juga menyembunyikan tangisnya dari orang yang telah dilukainya.
Sakit, dadanya terasa sakit dan sesak memikirkan semua yang telah terjadi selama 7 tahun ini, kebencian, penolakan, pengkhianatan, kata-kata kasar yang didapatkan Seungcheol karenanya.
Seungcheol mengulurkan tangannya untuk memegang pundak tersebut. Namun, ia menarik kembali tangannya, rasanya tidak pantas untuk memegang pundak yang ditutupi dengan jas mahal tersebut. Seungcheol sedikitpun tidak mengingat siapa pria yang ada dihadapannya kini. Tidak ada memori sedikitpun tentang pria yang bernama Junhui dikepalanya.
Namun, melihat bagaimana kosong dan terlukanya wajah pria tersebut ketika Seungcheol bertanya tentang kedekatan mereka, membuat ia tahu bahwa pria itu lebih dari teman. Meski Seungcheol sudah berusaha keras untuk mengingat pria tersebut, tetap saja tidak ada apapun akan pria tersebut di otaknya.
"Eomma!" Teriakan cempreng tersebut mengalihkan atensi keduanya. Mereka sontak menatap ke arah pelaku peneriakan—seorang bocah lelaki yang berusia 6 tahun— yang kini berlari ke arah mereka dengan diikuti oleh seorang pria tinggi dibelakangnya.
Junhui menatap berbinar bocah tersebut, yang merupakan anaknya dengan Seungcheol. Anak yang dulu tidak diinginkannya dan sangat dibencinya.
Bocah tersebut berhenti didepan Seungcheol, matanya melirik sekilas ke arah Junhui yang menatap dirinya lekat. Ia memeluk dan mencium pipi sang ibu mengabaikan sepenuhnya tatapan rindu yang dilayangkan oleh ayah kandungnya.
"Ayo pulang, kau sudah terlalu lama disini". Pria tinggi tersebut berucap ketika ia sampai di depan Seungcheol. Netranya menatap datar ke arah Junhui yang juga menatapnya.
"Benar, eomma sudah lama di sini. Ayah Soobin sudah membuat makanan kesukaan eomma dirumah. Jadi, ayo kita pulang dan makan" seru bocah tersebut bahagia. Senyum manis bocah itu berikan untuk sang ibu yang sangat menyayanginya. Ia berjanji jika sudah besar nanti, ia akan membahagiakan sang ibu, ia tidak akan membiarkan orang-orang jahat mencelakai ibunya lagi.
Seungcheol menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan riang tersebut. Ia tersenyum menampilkan gummy smile nya yang membuat sang anak sangat menyukainya.
"Ini juga sudah waktunya kakak minum obat" ujarnya sembari merapikan poni Seungcheol yang sedikit berantakan karena angin sore. Hatinya terasa sakit saat melihat keadaan sang kakak, orang yang sangat disayanginya harus menghadapi cobaan yang berat.
"Baiklah, adikku tersayang. Kau sangat cerewet" Isyarat tangan yang dipahami oleh Soobin membuatnya tersenyum geli. Ia mengacak-acak rambut hitam tersebut membuat sang empu menepis pelan tangannya.
Netranya tanpa sengaja bersibobrok dengan mata berkaca-kaca Junhui. Namun, ia hanya acuh akan hal tersebut. Tangannya yang berada di kursi roda sang kakak mengepal, karena pria itu kakaknya harus merasakan hal yang tidak pernah diinginkan oleh Soobin.
Karena pria itu, kakaknya harus hidup seperti di neraka. Kakaknya harus menerima semua caci maki dari keluarga pria tersebut. Hanya karena sang kakak cacat dan keluarga mereka miskin, kakaknya harus merasakan hal tersebut.
Soobin ingin sekali menyalahkan takdir, kenapa mereka harus terlahir miskin dan kenapa sang kakak harus cacat, hatinya sakit ketika mendengar orang-orang bergosip tentang kakaknya yang bukan-bukan.
"Kami permisi" pamitnya dan langsung mendorong kursi roda sang kakak tanpa memperdulikan Seungcheol yang merenggut marah padanya karena tidak sopan pada yang lebih tua. Peduli setan tentang hormat pada pria yang menghancurkan kakaknya, Soobin sedikitpun tidak akan menaruh hormat lagi pada pria sombong tersebut.
Melihat bagaimana ekspresi sakit pria tersebut, membuat Soobin diam-diam menyeringai. Jujur, ia ingin pria itu merasakan hal yang lebih sakit lagi.
Junhui berdiri dari duduknya ketika Soobin mulai mendorong kursi roda sang kakak untuk pergi dari sana, Junhui rasanya ingin menghentikannya. Namun, ia sadar ia tidak bisa, kini antara dirinya dan Seungcheol seperti ada pembatas kasat mata yang membuatnya tidak bisa menggapai sang istri lagi.
"Saya harap ini terakhir kali anda bertemu dengan ibu saya, tuan Wen" Junhui merasa hatinya kembali terluka, anaknya bahkan tidak ingin ia bertemu dengan sang istri. Sakit ketika ia mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang anak, batinnya bertanya-tanya sedalam apakah luka yang sudah ia berikan pada sang anak.
Tuan Wen, panggilan yang biasanya ia dengar dari karyawan-karyawannya, kini harus ia dengar dari mulut sang anak. Tuan Wen, panggilan yang dulu membuatnya merasa bangga, tapi sekarang rasanya, ah entahlah Junhui tidak bisa mendeskripsikannya ketika mendengar hal tersebut dari mulut sang anak.
"bǎo bǎo" panggilnya membuat bocah tersebut menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya dengan mata yang berkilat marah.
"Berhenti memanggil saya dengan sebutan itu, anda harus ingat bahwa anda sendiri yang tidak menginginkan saya, Tuan Wen" tekannya dan segera pergi dari sana meninggalkan Junhui yang terperangah karena ucapannya.
Junhui jatuh terduduk, air mata yang sedari tadi ditahannya mengalir deras, ia menyesali semuanya sekarang. Namun, ingatlah penyesalan selalu berada di akhir. Jika nasi sudah menjadi bubur, ia tidak akan bisa lagi menjadi nasi. Mau berusaha keras pun jika sudah bubur maka tetap jadi bubur.
Sad sesekali ya🤧💅
KAMU SEDANG MEMBACA
Crack Pair/Seungcheol Bottom/Uke
De TodoCuma imajinasi saya doang tentang Seungcheol uke STOP PLAGIARISME. KALAU MAU TENAR PAKE KARYA SENDIRI JANGAN PAKE KARYA ORANG LAIN. HARGAI KARYA ORANG DENGAN TIDAK MEMPLAGIAT KAN NYA.