Jeongcheol

1.8K 97 9
                                    

Jeonghan mengusap sayang punggung sang istri yang kini tengah memeluknya erat.Ia mencium rambut yang beraroma Citrus tersebut, menyegarkan.Membuat pikirannya tenang dalam meninggalkan sang istri untuk waktu yang lama.

"Gak mau dilepas?" Rematan dibaju bagian belakangnya semakin kuat, Jeonghan terkekeh karena tingkah sang istri yang tidak mau melepaskan pelukannya sedikitpun.

"Aku mau peluk kamu sepuasnya, nanti gak bisa lagi" Gemas, Jeonghan gemas dengan wajah sang istri.Ia menangkup pipi bulat tersebut dan menciumnya dengan bertubi-tubi.

"Gemas, gemas sekali.Istri siapa sih ini, hmm?" Jeonghan menguyel-uyel pipi gembul tersebut membuat sang istri memekik dan mebdorong pelan Jeonghan.

"Utututu istri siapa ini?" Jeonghan masih terus menguyel-uyel pipi tersebut dan mulai mencium bibir merah itu lembut, ciuman yang penuh cinta.

"Manis"

"Kamu jangan pergi boleh gak sih?" Mata bulat dengan bulu mata lentik itu menatap dalam pahatan sempurna wajah sang suami.Entah kenapa sekarang ia tidak ingin lepas sedikitpun dari sang suami.

"Eyyy gak boleh dong sayang" Jeonghan merapikan poni coklat yang menutupi dahi kesayangannya.

"Harus boleh! Baby gak mau ayahnya pergi!" Seungcheol mengusap perut buncitnya, ia kembali menatap Jeonghan dengan mata bobanya.

"Baby atau ibunya nih?" Goda Jeonghan membuat Seungcheol cemberut.

"Udah jangan kek gitu, nanti waktu aku pulang kamu bebas mau meluk aku sampe puas" Jeonghan menjepit bibir cemberut Seungcheol dan terkekeh geli karena tatapan tajam yang dilayangkan Seungcheol padanya.

"Lama" rengek Seungcheol dan memalingkan wajahnya dengan tangan yang bersedekap di dada.

"Gak akan lama kok.Aku janji akan pulang sebelum kamu lahiran, ya" ucapnya membuat Seungcheol mengalihkan pandangannya ke arah suami.

"Pinky promise?" Jeonghan tertawa ketika Seungcheol menjulurkan jari kelingkingnya.Ia tidak habis pikir bagaimana sosok yang dinikahi oleh nya bisa selucu ini.

"Jangan ketawa ihhh, pinky promise?"

"Iya, pinky promise." Dia jari kelingking itu bertautan, mengikat sebuah janji yang akan ditepati, mungkin.

Seminggu, sebulan sudah berlalu semenjak kepergian Jeonghan dalam menjalani tugasnya dalam medan peperangan.Seungcheol dengan sabar menanti kepulangan sang suami, kehamilannya sudah menginjak umur 9 bulan dan Jeonghan sudah berjanji akan pulang seminggu sebelum kelahiran sang buah hati.

Bau harum masakan tercium ke seluruh ruangan, Seungcheol juga sang ibu kini sedang membuat makanan untuk menyambut kepulangan Jeonghan.

Seungcheol sudah sangat tidak sabar untuk memeluk juga mencium bau tubuh sang suami.Ia juga membuat makanan kesukaan sang suami.

Bunyi bel menghentikan pekerjaannya, Seungcheol menoleh ke arah sang ibu dan sang ibu hanya mengangguk, lalu kembali melanjutkan pekerjaan yang tadi tertunda.

Seungcheol mulai melangkahkan kakinya menuju pintu, ia bertanya-tanya siapa gerangan yang mengunjungi rumahnya? Tidak mungkin Jeonghan, karena biasanya suaminya itu langsung memasuki rumah tanpa harus membunyikan bel.

Seungcheol berjalan dengan sedikit cepat meskipun perutnya terasa berat, hatinya tiba-tiba terasa gelisah.Ia membuka pintu dan mendapati seorang pria dengan baju tentara membelakangi dirinya.

"Eumm hallo" Seungcheol bersuara ketika pria tersebut masih membelakangi dirinya, Seungcheol tidak dapat menebak siapa pria tersebut karena membelakangi nya.

"Oh Seungcheol-ssi" Seungcheol membulatkan matanya saat pria tersebut membalikkan badannya, Taeyong.Pria tersebut adalah Taeyong, salah seorang teman Jeonghan.

"Oh Taeyong, bagaimana kabarmu? Apakah Jeonghan bersama denganmu?" tanya Seungcheol. Taeyong membeku melihat bagaimana binar mata tersebut, ia merasa bersalah jika harus meredupkan binar dimata bulat tersebut.

"Maafkan aku Seungcheol-ssi" Taeyong membungkuk sambil terus berucap maaf, ia merasa bersalah.

"Kenapa? Hei angkat kepala mu, kenapa kau meminta maaf padaku?" Seungcheol memegang pundak tersebut dan berusaha agar Taeyong berhenti untuk membungkuk padanya.

"Sekali lagi maafkan aku Seungcheol-ssi, aku benar-benar minta maaf padamu" Taeyong menatap manik hitam tersebut berkaca-kaca, ia tidak sanggup jika harus memberitahukan kabar duka ini kepada istri sahabatnya itu.

Jantung Seungcheol berdegup kencang, ia sudah merasakan firasat buruk.Namun, ia berusaha mengabaikannya.

"Jeonghan gugur" Seperti petir yang menyambar di siang bolong, Seungcheol terpaku ditempatnya berdiri.Ia merasakan pijakannya lemas dan Taeyong dengan sigap menahan tubuh bongsor tersebut agar tidak jatuh.

"A—apa?" Seungcheol menatap mata bulat tersebut lamat, mencoba mencari kebohongan disana.Namun, manik tersebut berkata sebaliknya.Jeonghan gugur, suaminya gugur dalam melaksanakan tugas, meninggalkan Seungcheol dengan sang buah hati yang belum lahir ke dunia ini.

"Maafkan aku, Jeonghan gugur dan jasadnya sudah dimakamkan bersama dengan tentara yang lain disana" Rematan dilengannya terasa kuat, Taeyong merasakan air mata jatuh membasahi tangannya, Seungcheol menangis.

Pilu yang Seungcheol rasakan, ia menantikan kepulangan sang suami, tapi kabar duka yang malah menghampirinya.

Isakannya semakin keras, ia merasakan sakit hati yang luar biasa, janji nya tidak ditepati oleh sang suami.

Jeonghannya, suaminya kini sudah gugur meninggalkan dirinya dengan sang buah hati.Janji Jeonghan yang akan pulang seminggu sebelum kelahiran sang buah hati, kini sirna.

Jeonghan, suaminya tidak akan pernah pulang lagi. Ia dimakamkan di negeri asing, tanpa tahu dimana dan bagaimana kuburan itu.

Hatinya hancur berkeping-keping, doa nya tidak dikabulkan oleh Tuhan. Ia merasakan patah hati yang luar biasa, kini rumah tersebut sunyi tanpa ada suara Jeonghan.

Ia tidak akan bisa mendengar lagi tawa Jeonghan, melihat senyum manisnya dan mendengar kata-kata penenang ketika ia berada di titik terendah, Jeonghan nya tidak akan pernah kembali lagi.

End...

Terakhir dah ni update, sakit bener kepala gua.

Crack Pair/Seungcheol Bottom/Uke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang