Chapter 12

289 6 1
                                    

"Bangun, princesa." Suara berat nan serak membuat diriku membuka kedua mataku perlahan. Hal pertama yang aku lihat adalah wajah seorang pria dengan ketampanan bak dewa yunani tengah tersenyum padaku.

"Bersiaplah, kita akan pergi." Aku hanya terdiam dan mematung melihat wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti saja dengan wajahku. Aku terkesiap dan langsung tersadar lalu mendorong tubuh Dante yang berada di samping tubuhku, buru-buru aku menutupi seluruh tubuh telanjangku dengan menggunakan selimut dan duduk merapatkan punggungku pada kepala kasur di belakangku.

"Kenapa kau masih di sini, Dante?" Aku bergerak tidak nyaman ketika kedua mata Dante terus menatapku, Pria itu telah benar-benar memanfaatkan kenaifanku. Kenapa aku bodoh sekali memberikan keperawananku pada bajingan itu? Sial, saat ini aku bahkan benar-benar terlihat seperti seorang pelacur yang tidak ada harga dirinya sama sekali di depan bajingan itu.

Dante menyunggingkan senyum tipis lalu bangkit berdiri dari atas tempat tidur memperlihatkan perut kotak-kotak serta dada bidang miliknya yang terpampang nyata di hadapanku.

"Apa yang kau lakukan, Dante?" Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain meski saat ini pria itu tidak bertelanjang sepenuhnya dan hanya mengenakan boxer, tapi tetap saja bagiku itu adalah pemandangan yang tabu untukku saksikan.

"Kenapa, hm? Kau bahkan melihatku bertelanjang bulat semalam." Dante menyunggingkan senyum mengejek tanpa mengalihkan pandangannya kepadaku lalu meraih pakaian miliknya yang tergeletak di atas lantai.

"Kau tidak perlu menutupi tubuh telanjangmu. Apa kau lupa? Aku bahkan sudah melihat seluruh tubuh telanjangmu, princesa."

"Sialan! Aku bersumpah aku akan membunuhmu, Dante!" Wajahku memerah karena merasa malu sekaligus menahan marah.

Pria itu tertawa dengan dada bergetar
"Sungguh? Tapi kurasa kau sangat hebat semalam, princesa." Dante kemudian memakai kembali celana dan juga kemejanya, lalu berjalan mendekati diriku kembali, Aku bergerak tidak nyaman saat dia duduk di hadapanku, aku bersumpah aku akan menendang perutnya jika dia kembali melakukan hal seperti semalam lagi padaku.

"M-mau apa?" Dia mengelus pelan pipiku, dia juga tidak segan menyentuh leherku yang telah di penuhi oleh bercak merah. Kemudian, tangannya kini beralih menyentuh bibirku yang bengkak dan memerah karena ulahnya yang tidak mau berhenti menciumku.

"Hentikan, Dante." Aku menangkis tangannya cepat. Namun Dante justru meraih kedua tanganku lalu melihat biru-biru yang tercetak jelas pada kedua pergelangan tanganku bekas cengkraman tangannya yang terlampau kuat.

"Apa ini sakit? Aku akan menyuruh pelayan untuk mengobati lukamu nanti."

"Tidak perlu." Aku segera menarik kedua tanganku dari genggamanya, walau sebenarnya tidak bisa di bohongi jika pergelangan tanganku memang terasa nyeri, bahkan bukan hanya pergelangan tanganku yang terasa sakit tapi seluruh badanku juga terasa hancur dan ngilu, setelah dia menyetubuhi diriku di atas sofa, dia kembali menerkam diriku dengan berbagai posisi yang terasa sulit untuk seorang perawan amatir seperti diriku. Dan dengan brengseknya, dia juga memaksa diriku untuk melakukan blowjob yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya bersama pria manapun.

Demi apapun jantungku seolah seperti ingin meledak ketika kedua matanya terus melihat ke arahku, aku berusaha menutupi rasa maluku dengan melihat ke arah lain. Sialan Dante! Saat ini dia benar-benar membuat diriku terasa konyol. Kurasa wajahku saat ini sudah seperti kepiting rebus yang memerah karena menahan rasa malu juga marah. Di tambah dia masih saja memamerkan tubuh bagian atasnya karena kemejanya yang memang sengaja tidak dia kancingkan seluruhnya. Ini gila! Dia akan benar-benar membuat diriku gila! jika dia terus melihatku seperti itu.

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang