🚫 •WARNING• 🚫
MATURE CONTENT, 21+
Cerita ini berlatar belakang kehidupan para Gengster atau para Mafia besar juga kejam yang menjurus dengan kekerasan, bahasa kasar, dan juga seksual bebas.
•••
Dante Petterson, adalah seorang kriminal atau bisa d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mohon maaf jika ada typo☺️
Vallen Pov.
Dante berjalan mendekatiku yang tengah duduk terikat di dalam bangku pesawat jet lalu dengan brengseknya dia tersenyum padaku ketika melihat diriku bergerak tidak nyaman melihatnya. Aku bahkan nyaris tidak mempercayai mataku sendiri jika ternyata perempuan itu juga berada di dalam pesawat ini duduk tenang dengan menyesap anggun alkohol yang ada di tangannya.
Aku menatap sinis ke arah depan saat Dante merunduk di sebelahku lalu menyelipkan anak rambutku ke arah belakang telingaku dan pada saat itu juga aku mencoba menahan napasku yang memburu ketika dia membisikan sesuatu tepat di samping telingaku."Hm... I'm sorry, princesa jika aku harus mengikat kedua tanganmu." Katanya sembari mengusap pelan bahuku yang terbuka.
Aku sengaja tidak menimpali ucapannya dan lebih memilih mengalihkan pandanganku ke arah lain. Demi apapun aku merasa begitu muak dengan apa yang dia lakukan saat ini padaku, apakah menurutnya aku ini seorang wanita pelacur? Setelah apa yang dia lakukan beberapa jam lalu bersama wanita lain dan sekarang dengan tidak tahu malunya dia berani menyentuh diriku.
"You look beautiful, Vallen." Aku memejamkan kedua mataku untuk menahan kedua air mataku agar tidak jatuh, saat dia justru bertindak gila dengan memberikan kecupan-kecupan kecil di area bahuku.
"Beraninya kau menyentuhku! Dan berhenti untuk mempermainkanku, Keparat!" Hardikku dengan gigi bergemelatup.
"Princesa." Tangan Dante yang mengusap bahuku kemudian beralih meraih daguku lalu menarik wajahku untuk melihat pada wajahnya."Jangan pernah berpikir jika kau akan bisa kabur dariku, Vallen. Seperti apa yang telah kau lakukan malam itu."
"Kau pikir kau siapa mengatakan itu, hm?" Timpalku dengan suara yang terasa semakin tercekik.
Dante terkekeh dan lebih memilih mengabaikan ucapanku, dia hanya diam melihatku dan itu benar-benar membuat diriku sangat muak dan juga membuatku gila. "Sebaiknya kau pergi Dante. jangan pernah mengangguku! Ada baiknya kau berbicara saja dengan jalangmu itu!" Dan pada saat itu juga kedua mataku langsung menoleh ke arah wanita itu, wanita yang sedari tadi selalu menatap sinis ke arah kami berdua.
Aku sadar jika wanita itu tidak menyukai diriku, dan aku tidak peduli dia siapa? Bahkan sekalipun jika dia kekasih dari pria bajingan di sampingku ini, tapi entah kenapa hatiku sedikit meradang ketika melihat dia berciuman dengan Dante. Tapi tidak mungkin aku merasa cemburu pada wanita itu. Aku hanya kesal dan menyesal dengan apa yang telah aku lakukan dengan Dante pada saat itu. Astaga, seharusnya aku tidak terbuai dengan Dante malam itu. Kenapa aku sangat bodoh dengan membiarkan dia merenggut keperawananku begitu saja, seharusnya aku lebih bisa melawan diri dan mempertahankan apa yang telah aku pertahankan selama ini.