Chapter 10

107 13 3
                                    

Vallen Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vallen Pov

Aku membencimu, Dante, kata-kata itu bahkan seolah telah terpatri sempurna di dalam otak dan juga hatiku. Bahkan kegelisahan karena terus memikirkan kematian keluargaku semakin menggerogoti hatiku setiap harinya. There is no more warm mother figure, no more loving father figure and no more annoying younger sibling figure.

He had killed them, he was a fucking bastard.

Aku muak karena setiap harinya aku hanya menghabiskan waktuku untuk berdiam diri dengan menuruti segala perintah yang Dante ucapkan layaknya seorang wanita idiot.

Rasanya aku ingin membunuh diriku sendiri untuk segala keterpurukan yang aku alami saat ini. Hampa, hanya itulah yang aku rasakan setiap harinya, satu-satunya hal yang aku inginkan hanyalah, aku bisa kembali bertemu dengan madre, padre dan juga adikku Pelin. Jika aku dapat memutar waktu apakah semuanya akan baik-baik saja? Apakah aku masih dapat merasakan kembali pelukan hangat dari madre? Tapi sayang, aku tidak bisa, aku tidak bisa untuk memutar waktu dan mengembalikan hidup mereka lagi untuk kembali bersamaku.

Bisa di katakan jika saat ini aku hampir gila, jiwaku sakit, mentalku berantakan dan bagaimana bisa aku bisa melupakan semua memori bahagiaku bersama keluargaku? Brengsek! seharusnya saat ini aku sedang merasakan di fase menjadi sosok gadis bahagia yang penuh dengan impian, seorang gadis yang hanya akan memikirkan masalah pelajaran dan meraih nilai tertinggi dengan menjadi mahasiswi berprestasi di universitas impianku.

Tidak, aku tidak bisa seperti ini terus, aku tidak ingin lagi Dante terus mengendalikan hidupku. Sudah cukup, dia memperlakukan diriku seperti boneka hidup untuknya, aku harus mencari cara dan jalan keluar untuk kabur dari rumah terkutuk ini, aku bahkan sudah tidak peduli jika akhirnya nyawaku sendirilah yang akan menjadi taruhannya.

Setelah penuh pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar dan membawa sebuah vas bunga berbahan keramik yang aku sembunyikan di balik punggungku. Mungkin aku sudah gila, karena memang sebenarnya ide untuk kabur seperti ini sangatlah beresiko bagiku.

Ya Tuhan... Lindungi aku, aku bahkan tidak berhenti merapalkan kata-kata itu ketika aku ingin membuka tuas pintu kamar ini penuh ragu. Sialan, jantungku bahkan seperti melesat jatuh ketika melangkahkan kedua kakiku untuk berjalan ke arah luar kamar ini dan seperti yang sudah aku duga bahwa ada seorang penjaga yang kini berdiri di depan pintu kamar ini.

"Ada apa nona?" Pria bertubuh kekar penuh tato di lehernya itu melihatku, aku mencoba menyambutnya dengan berpura-pura tersenyum kepada pria berbadan seperti hulk itu. "Aku haus, bisakah kau mengambilkanku satu kaleng soda dingin?" Pria itu mengangkat alisnya nampak curiga, lalu diam melihatku cukup lama. Sial, sebenarnya saat ini jantungku berdetak sangat kencang dan kenapa dia justru nenatapku seperti itu? membuat kedua kakiku benar-benar bergetar lemas. Lalu kenapa dia lama sekali menjawab ucapanku? Apa sebenarnya dia tuli? Sehingga dia tidak kunjung menjawab ucapanku.

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang