Chapter 7

883 28 3
                                    

"MADRE..." Aku terlonjat dari tidurku ketika melihat ibuku yang telah mati tertembak oleh seseorang di dalam mimpi itu.

Mimpi itu... bahkan terasa begitu sangat nyata dan berubah menjadi sebuah ketakutan untukku. Aku sangat takut, jika suatu saat nanti mimpi buruk itu bisa saja berubah menjadi sebuah kenyataan buruk untuk diriku?.

Beberapa waktu yang lalu aku sempat membaca di dalam salah satu buku yang berada di sebuah perpustakaan sekolahku, bahwa mimpi merupakan sebuah alamat atau tanda-tanda yang akan terjadi kepada seseorang. Mungkinkah itu sebuah pertanda tidak baik untuk diriku? Aku tidak pernah tahu itu.

Aku menangis... Aku menangis menahan napasku dengan keringat yang semakin bercucuran pada pelipis dan juga tengkukku.

"Madre..." Aku bahkan tidak berhenti memanggil nama ibuku, memikirkan bagaimana keadaannya? bagaimana keadaan mereka? Dante, pria bajingan itu bahkan tidak mau memberiku kesempatan untuk aku tahu bagaimana keadaan keluargaku, dan sudah terhitung dua minggu ini aku sudah berada di dalam mansion ini, terpenjara dan menjadi seorang wanita tawanan dari pria itu.

Cemas, sedih, marah semua perasaan itu bercampur menjadi satu ketika aku tidak bisa lagi menghitung berapa kali aku bermimpi buruk tentang keluargaku ketika aku mencoba untuk memejamkan kedua mataku.

"Vallen." Seseorang masuk kedalam kamarku tanpa mengetuk lagi pintu kamar ini.

"Kau sudah bangun?" Wanita itu membuka tirai-tirai jendela kamar lalu berbalik tersenyum kepadaku.

"Abigail, ada apa?" Aku mencoba menyembunyikan wajahku di balik selimut untuk menyembunyikan mataku yang sembab dan juga memerah karena terus menangis ketika Abigail menatapku, wanita itu mencoba untuk menarik selimut yang menutupi tubuhku lalu menarik pelan pergelangan tanganku.

"Kau harus segera bersiap Vallen, Dante sudah menunggumu di meja makan." Abigail menarik napas panjang lalu menghembuskannya, wanita itu berdecak ketika lagi-lagi aku membaringkan tubuhku " Aku tidak lapar, bilang kepadanya" Abigail berdecek , wanita itu kembali menarik lenganku untuk segera bangun.

"Apa kau ingin jika Dante yang membangunkanmu?" Aku menolehkan wajahku kesal kepada Abigail sebelum bangkit dan berusaha duduk kembali ketika melihat wanita itu membuka lemari dan memilihkan salah satu gaun yang telah di siapkan oleh Dante untukku." Dante pasti sangat menyukai gaun ini, kau bahkan akan begitu mirip dengan Anna saat... "

"Siapa Anna?" Aku mengerutkan keningku dan tidak mengerti dengan ucapan Abigail. Wanita itu spontan membekap bibirnya lalu menaruh kembali gaun itu kedalam lemari.

"T-tidak! Maksudku kau pasti akan cocok mengenakan gaun itu." Abigail mendorong pelan tubuhku yang tengah berdiri di hadapannya untuk segera masuk kedalam kamar mandi. Aku tidak tuli ketika Abigail mengucapkan nama Anna dengan gamblang, dan siapa Anna? apa dia seseorang yang begitu berharga untuk Dante?.

Suara ketukan pintu membuat aku dan juga Abigail terlonjat kaget, Abigail menatapku sesaat lalu berjalan untuk membuka pintu dan mendapati Eldatan berdiri di depan pintu dengan wajah jengkelnya.

"Don menyuruhmu memanggilnya cepat untuk sarapan bukan untuk bergosip, kenapa kau lama sekali?"

"Baiklah, aku akan segera menyuruhnya untuk pergi." Abigail mendorong tubuh pria itu dan kembali menutup pintu kamar, Wanita itu kembali melangkah masuk dan berdiri di hadapanku. "Vallen, tentang apa yang kau dengar tadi, ku harap kau tidak akan pernah menyebutkan nama itu di hadapan Dante." Abigail menatapku dengan wajah penuh harap, lalu membisikan sesuatu kepadaku.

"Anna, nama itu tidak boleh di ucapkan oleh siapapun di rumah ini, Kau mengerti?" Aku mengangguk ragu ketika Abigail meremas pelan kedua pundakku.

"Baiklah, sebaiknya kau cepat karena Dante tidak suka menunggu." Wanita itu menghembuskan napasnya lega sebelum melangkah pergi dari dalam kamarku.

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang