-
Faye menerobos masuk ke dalam ruangan dengan menendang pintu, suaranya bergema keras di antara dinding-dinding. Dengan sigap, ia mengarahkan pistol di tangannya ke arah satu-satunya orang yang ada di sana—Evrard, yang berdiri santai dengan ponsel menempel di telinganya, tampak tak terganggu oleh kehadirannya yang tiba-tiba.
"Di mana perempuan itu?" Faye menggertak dengan nada dingin, Melangkah perlahan sembari mata tajamnya memperhatikan setiap gerak-gerik di ruangan yang kosong.
Evrard hanya meliriknya sejenak, lalu kembali fokus pada teleponnya. "Kita bicara lagi nanti," katanya tenang, menutup panggilannya tanpa tergesa. Ia menurunkan ponsel dari telinga, lalu menyelipkannya ke dalam saku. Wajahnya dihiasi senyuman remeh, seolah kehadiran Faye sama sekali tak membuatnya gentar.
"Kau sudah terang-terangan menunjukkan dirimu yang sebenarnya," ucapnya dengan nada tenang. Senyumannya semakin melebar, sementara kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya, memperlihatkan bahwa ia sama sekali tidak takut meskipun pistol Faye tetap terarah padanya.
"Saya melihat perempuan itu masuk ke ruangan ini. Where are you hiding her?" Faye menatap tajam ke arah Evrard, amarah jelas terpancar di matanya.
"What woman? I'm not cheating, sweetheart," balas Evrard dengan senyum santai, seakan tak terganggu oleh ketegangan yang makin memuncak.
"Jangan Bercanda!" bentak Faye. "Menyembunyikan seorang penjahat itu sama saja dengan menjadi penjahat! Hand over that woman, now!"
"Who's hiding who!? Ruangan ini bahkan tidak punya jendela!" balas Evrard dengan nada penuh keheranan yang dibuat-buat.
"I saw it with my own eyes! Perempuan itu masuk ke dalam ruangan ini!" Faye menggeram, nada suaranya tajam dan penuh emosi.
Evrard tertawa kecil, seakan mempermainkan situasi. "Kau ini sedang berhalusinasi atau apa? Kau tahu ruangan ini kecil, tak ada tempat untuk bersembunyi."
"Keluar kau!" matanya tak lepas dari Evrard "Kalau kau bisa meledakkan bus tanpa terluka, berarti kau juga bisa membuat dirimu tak terlihat!" ucapnya lagi pada seseorang yang bahkan tidak terlihat.
Faye menarik pelatuknya dengan sengaja, melepaskan peluru yang menghantam dinding keras, membuat suara tembakan menggema di seluruh ruangan. Evrard berdiri tak bergeming, sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda terkejut. Dia hanya menatap Faye dengan senyum tipis, seperti orang yang sudah menduga semua yang akan terjadi.
"Letakkan senjatamu! Jangan membuat keributan di tempat saya," ucap Evrard dengan nada tenang, suaranya dingin dan penuh kendali.
Faye mendengus, senyum sinis tersungging di wajahnya. "Kenapa? Kau takut?" tantangnya, tatapannya tajam, penuh kemarahan yang berusaha ia lepaskan.
Evrard hanya tertawa kecil sambil melangkah mendekati Faye, hal yang tak disukai Faye yang bisa membuat Faye berhenti.
"Jangan mendekat!!" bentak Faye, suaranya penuh peringatan, pistolnya terarah tepat ke arah Evrard. Namun, Evrard tampak sama sekali tidak peduli dengan ancaman itu.
"Menjauh! Saya bisa dengan mudah menembakmu!" ancam Faye, suaranya semakin tegas, tetapi Evrard tetap melangkah lebih dekat, seolah menantang batas kesabaran Faye.
Tidak menghiraukan peringatan Faye, Evrard semakin mendekat, tetap tersenyum menantang meskipun pistol terarah padanya. Faye, merasakan ketegangan yang meluap, menarik pelatuknya dengan tegas. Namun, sebelum ia bisa melepaskan pelatuknya, tangan Faye ditarik ke atas dengan paksa, dan suara tembakan menggema semakin keras, memekik di telinga mereka.
Peluru-peluru mulai keluar satu per satu, menghantam dinding dengan suara keras, sementara Evrard tanpa terduga, ia menjatuhkan bibirnya ke bibir Faye, yang dilapisi lipstik merah merona.
Peluru yang habis di dalam pistol yang dipegang Faye tidak membuat Evrard mundur. Justru sebaliknya, ia semakin berani melumat bibir Faye, yang tampak kaku dan bingung. Faye berjuang untuk memahami apa yang terjadi, antara rasa marah dan kebingungan yang bercampur menjadi satu.
Sadar aka napa yang terjadi, Faye segera mendorong tubuh Evrard dengan sekuat tenaga, pistolnya jatuh berdebuk ke lantai. Tangannya yang telah terlepas dari cengkraman Evrard langsung mendarat dengan keras di pipi Evrard, meninggalkan jejak tamparan yang kuat.
Satu tamparan keras bersarang diwajah Evrard bersamaan dengan tatapan marah Faye menembus dalam ke mata Evrard. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Faye berbalik dan berjalan keluar dari ruangan tersebut
Evrard mengerang pelan, merasakan rasa sakit yang menjalar di pipinya akibat tamparan Faye. Dia mengusap wajahnya dengan tangan "Keluarlah," ucap Evrard, suaranya tegas, menembus keheningan.
***
Pengenalan Karakter;
Evrard Demitrius
30 years old, CEO dari Demitrius Holdings. He's a handsome, intelligent, and wealthy man, serta pewaris utama dari perusahaan keluarganya. Always staying fit, dia menghabiskan hampir setiap waktunya untuk menghasilkan uang. Although he's not into parties, Evrard is a fan of alcohol and is also a smoker. Known for being impatient, he only treats certain people well, dan bisa menjadi sangat dingin serta tak berperasaan jika ada yang menyakiti orang-orang terdekatnya. His romantic life is complicated and hard to explain, karena bagi Evrard, hubungan lebih mengarah pada kedekatan fisik.-
Faye Zaniyah
28 years old, seorang FBI agent yang dedicated dan independent. She's beautiful, brave, and smart, selalu bekerja keras dalam setiap kasusnya. Meskipun baik hati dan penyayang, Faye juga sedikit stubborn dan agak egois. She loves to party dan menikmati social life, tapi sampai sekarang, dia belum pernah pacaran, apalagi memiliki pengalaman seksual.***
Semoga enjoy dan suka dengan ceritaku 🥹🫶🏻
No plagiat plagiat Club!!![Plis ini tuh cerita 18+, anak kicik dibawah 18 jangan coba coba baca! Awas aja kalau ketahuan baca, gue laporin!!!]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Hues
Romance18+ [Romance - Action] Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...