18+ [Romance - Action]
Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Akhirnya, kegelapan melepaskan sang warna, menyerahkannya pada sang peminat. Namun, sang warna kebingungan, karena meski kedua peminat itu menginginkannya, tak satu pun yang datang menjemputnya. Ia terjebak di antara harapan yang tak kunjung terwujud, merasa hilang di tengah-tengah keinginan yang tak terealisasi."
Hidden Hues Ayuureve
-
Restoran hotel itu terasa tenang, dengan dekorasi elegan dan musik instrumental yang mengalun lembut di latar belakang. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela besar memberikan nuansa hangat pada ruangan, tetapi bagi Faye, suasana ini jauh dari kata nyaman.
Ia duduk di kursinya, memandangi Evrard yang sedang menikmati sarapannya dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi. Matanya menyipit, penuh dengan kekesalan yang ia coba tahan. Ia menggertakkan giginya, berusaha tidak meledak lagi seperti yang ia lakukan di kamar hotel tadi. Namun, setiap kali pikirannya kembali pada alasan amarahnya, api itu menyala lagi.
Faye merapikan kerah bajunya, memastikan lehernya tetap tertutup rapat. Kissmark yang tertinggal di sana menjadi bukti nyata dari malam tadi. Sebelum menuju restoran, mereka sudah berdebat soal itu. Faye tentu saja marah besar. "Hukuman," begitu Evrard menyebutnya, seolah mencium lehernya adalah tindakan yang sepenuhnya sah karena Faye mencium pria lain.
Hukuman? Untuk apa? pikir Faye kesal. Apa urusannya kalau aku mencium orang lain?
Yang lebih membuatnya bingung, kenapa Evrard selalu ada di saat dirinya mabuk? Dan kenapa ia terus melakukan hal bodoh setiap kali berurusan dengan pria itu? Faye menahan diri agar tidak memutar matanya ke arah Evrard, yang saat ini tampak menikmati waktu paginya tanpa beban.
Dia mengambil garpu dan memotong kecil croissant di piringnya, mencoba mengalihkan pikirannya. Tapi tetap saja, ada rasa marah bercampur kebingungan yang terus mengganjal. Apa sebenarnya yang Evrard inginkan dariku?
"Aku benar-benar memperingatimu, Evrard. Jangan seenaknya meninggalkan bekas seperti ini dan menganggapnya seolah tidak ada apa-apa!" Faye menatapnya dengan penuh kemarahan, suaranya meninggi, membuat beberapa orang di restoran melirik ke arah mereka.
Evrard tetap tenang, menyuapkan makanan sebelum menjawab dengan nada santai, "Baiklah, lain kali aku akan meminta izin dulu."
Faye mendengus frustrasi. "Tidak ada lain kali! Setelah ini kita tidak akan bertemu lagi!" ujarnya tegas, berusaha mengakhiri pembicaraan.
Namun, bukannya merespons dengan serius, Evrard malah menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap Faye dengan ekspresi tenang yang justru semakin membuatnya kesal. "Faye, aku hanya ingin memastikan kau tidak melakukan sesuatu yang bodoh lagi."
Faye membalas tatapannya dengan sorot mata tajam, emosinya memuncak. "Seperti apa? Mabuk? Atau berciuman dengan pria asing? Berhenti membuntuti aku, Evrard!" serunya penuh tantangan.