18+ [Romance - Action]
Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Akan ada saatnya warna itu meredup, kehilangan sinarnya sejenak. Namun, redupnya bukan akhir. Hanya sebuah jeda sebelum ia kembali memancar dengan keindahan yang lebih dalam."
Hidden Hues Ayuureve
-
Faye terbangun dari tidurnya saat pagi mulai menyelinap masuk lewat tirai jendela kamar hotel. Tubuhnya terasa lelah, terutama di bagian selangkangan yang perih dan tak nyaman. Ia meringis kecil, lalu menghela napas panjang, seakan ingin meyakinkan dirinya bahwa semua yang terjadi semalam bukanlah mimpi.
Ia mengangkat sedikit selimut yang menutupi tubuh bawahnya, memeriksa sekilas tubuhnya sendiri. Faye tidak percaya dirinya benar-benar melakukannya semalam, menyerahkan diri sepenuhnya pada pria yang kini tertidur lelap di sampingnya. Pipinya memerah saat ingatan tentang malam itu kembali memenuhi pikirannya.
Ia melirik Evrard yang masih tertidur, napasnya terdengar teratur dan damai. Tubuhnya yang telanjang sebagian terlihat begitu sempurna di bawah cahaya pagi. Tanpa sadar, Faye mendekat, tangannya menyentuh perutnya yang rata dan berotot. Kulit Evrard terasa hangat di bawah telapak tangannya, dan ia menggigit bibir bawahnya, malu pada dirinya sendiri karena masih saja mengaguminya setelah semua yang mereka lalui.
Selimut yang hanya menutupi tubuh bawah mereka seakan menjadi saksi bisu dari malam yang begitu intens. Faye menundukkan kepalanya, senyum malu-malu terukir di wajahnya saat ia mengingat bagaimana dirinya menyerah sepenuhnya pada hasrat mereka berdua.
Ia ingin membangunkan Evrard, tapi ragu. Melihat wajahnya yang tenang saat tidur, Faye hanya bisa menatapnya lebih lama, menyadari betapa besar pengaruh pria ini dalam hidupnya. "Dasar pria menyebalkan," gumamnya pelan, senyum kecil masih menghiasi wajahnya.
Faye mengulurkan tangannya, jemarinya dengan lembut menyentuh wajah Evrard. Kulitnya terasa hangat, meski udara di luar jendela masih dingin menggigit. Ia menelusuri garis rahang yang tegas, hidungnya yang sempurna, dan bibirnya yang kini tampak begitu tenang setelah semalam menggila.
Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba memahami perasaan yang membuncah di dadanya. Rasanya hampir mustahil, bagaimana perjalanan hidupnya membawanya ke titik ini. Pria yang dulu hanya ia perhatikan dari kejauhan, sosok yang ia curigai dan bahkan ia intai kini berbaring di sampingnya telanjang.
Faye menggeleng pelan, sebuah senyum tersungging di wajahnya. Terdengar lucu, pikirnya. Betapa dunia benar-benar tidak bisa ditebak. Ia yang dulu begitu membencinya, kini justru menyerahkan seluruh dirinya pada pria ini.
Matanya tak lepas dari wajah Evrard. Ada sesuatu yang begitu damai di sana, membuat Faye merasa... nyaman, meski situasi mereka jauh dari kata biasa. "Kalau aku menceritakan ini pada diriku di masa lalu, mungkin aku akan menertawakannya," gumamnya pelan, seakan bicara pada dirinya sendiri.