49. Pertemuan keluarga

114 15 3
                                    

"Satu per satu rintangan telah teratasi, membuka jalan menuju tujuan akhir akan kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Satu per satu rintangan telah teratasi, membuka jalan menuju tujuan akhir akan kebahagiaan. Kini, warna yang sebenarnya telah terpancar dengan sempurna, hanya menyisakan waktu sebagai penentu akhir dari segalanya."

Hidden Hues
Ayuureve

-

Faye melangkah masuk ke ruang makan dan mendapati Evrard sudah duduk santai di meja makan, dengan roti panggang di tangannya. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi ruangan, menciptakan suasana pagi yang hangat.

"Pagi," sapanya lembut, memperhatikan pria itu menikmati sarapan yang telah ia buat. Evrard menoleh, memberi Faye senyuman kecil yang penuh arti sebelum kembali menggigit roti panggangnya.

Tanpa banyak bicara, Faye berjalan mendekat, matanya tetap tertuju pada pria yang terlihat begitu nyaman di tempatnya. Namun, sebelum dia sempat duduk di kursi lain, Evrard menarik tubuhnya dengan cekatan, membuatnya jatuh ke pangkuannya.

"Pagi" gumam Evrard, menatap Faye dengan tatapan intens. Dia lalu mendekat, mengecup bibir Faye dengan lembut namun menggoda. "Morning kiss," tambahnya dengan senyuman kecil, membuat wajah Faye sedikit memerah.

Faye hanya sempat membuka mulut untuk membalas ucapan itu, namun Evrard sudah melingkarkan lengannya erat di pinggangnya, mengurung tubuhnya dalam pelukan hangat. "Tetap di sini. Jangan pergi ke mana-mana," bisiknya, suaranya rendah namun penuh kelembutan.

"Aku juga ingin makan," ucap Faye, berusaha melepaskan diri dari pelukan Evrard, tetapi pria itu tidak membiarkannya bergerak sedikit pun.

Evrard menyeringai nakal dan menarik piring berisi roti panggang milik Faye yang ada di meja. "Mau aku suapi pakai mulutku atau tanganku?" tanyanya dengan nada menggoda, tatapannya jelas penuh niat untuk mengusik Faye lebih jauh.

Faye mendesah kesal "Tanganku," jawabnya cepat, berusaha menutup peluang bagi Evrard untuk menggodanya lebih jauh.

Namun, Evrard malah tersenyum lebih lebar. "Mulutku? Oke."

"Tanganmu! Tanganmu!" Faye langsung menggeleng dengan panik, pipinya merona malu. Ia tahu benar ke mana arah pikiran pria itu, dan dia tidak ingin terjebak lagi dalam permainannya.

Evrard tertawa kecil melihat reaksi Faye yang masih terlihat kesal sekaligus malu. Ia mengangkat sepotong roti panggang dan menyodorkannya ke mulut Faye. "Ayo, buka mulutmu," ucapnya ringan.

Faye mendesah pelan, membuka mulutnya untuk menerima suapan itu, namun seketika Evrard mencium bibirnya singkat setelah ia mengunyah. "One eat, one kiss," katanya dengan nada penuh godaan, membuat Faye membelalak kaget.

"Evrard!" seru Faye, namun pria itu hanya tersenyum puas, tampaknya tidak berniat berhenti menggoda sejak semalam hingga pagi ini.

Belum sempat Faye mengutarakan protesnya, Evrard tiba-tiba berkata, "Orang tuaku mengundang kita makan malam."

Hidden HuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang