18+ [Romance - Action]
Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kebahagiaan setelah berhasil melewati rintangan terasa begitu menyenangkan, seolah semua perjuangan terbayar. Namun, kesadaran bahwa rintangan itu mungkin akan kembali suatu hari, tetap menjadi bayangan yang tak bisa sepenuhnya diabaikan."
Hidden Hues Ayuureve
-
Setelah memastikan Tessa kembali ke mansion keluarga orang tuanya dengan pengawalan ketat, Evrard membawa Faye ke mansion pribadinya. Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil terasa hening. Faye sesekali melirik Evrard yang tengah fokus mengemudi, rahangnya mengeras, dan alisnya sedikit berkerut—tanda bahwa pria itu masih tegang.
Saat mereka tiba di mansion, Evrard turun lebih dulu, membukakan pintu untuk Faye. Faye mengikuti langkah Evrard memasuki mansionnya yang megah. Suasana di dalam terasa dingin, bukan hanya karena interiornya yang luas dan tertata sempurna, tetapi juga karena sikap Evrard yang sejak tadi hanya diam sepanjang perjalanan. Pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun, meskipun Faye bisa merasakan kemarahan yang menguar dari setiap gerak-geriknya.
Evrard membuka pintu ruang tamu dan berjalan ke sofa, melepas jasnya dengan gerakan tegas, lalu melemparkannya ke samping tanpa peduli. Faye tetap berdiri di dekat pintu, menunggu reaksi pria itu.
"Evrard," panggilnya pelan, mencoba membuka percakapan.
Namun, Evrard tidak menoleh. Ia duduk di sofa, kedua sikunya bertumpu pada lutut, wajahnya tersembunyi di balik telapak tangannya.
"Kau tahu aku meneleponmu berkali-kali, kan?" tanyanya akhirnya, suaranya rendah, penuh tekanan.
Faye menggigit bibirnya. "Aku tahu. Aku benar-benar minta maaf, Evrard. Ponselku ada di dalam koper, aku—"
"Kau tahu apa yang aku rasakan ketika tidak bisa menghubungimu?" potong Evrard dengan nada yang lebih tajam. Ia menatap Faye, matanya menyala dengan campuran emosi—kemarahan, kekhawatiran, dan mungkin sedikit rasa terluka. "Aku berpikir yang terburuk. Apalagi ada ledakan taksi di bandara. Apa kau tahu apa yang aku bayangkan?"
Faye berjalan mendekat, berusaha menjaga suaranya tetap tenang. "Aku mengerti kekhawatiranmu, Evrard. Tapi aku baik-baik saja. Aku menemukan Tessa di sana, dan—"
"Bukan itu masalahnya, Faye!" bentak Evrard, tatapannya tajam menusuk, mencerminkan emosi yang berkecamuk. "Masalahnya adalah kau membuatku khawatir setengah mati! Kau tidak tahu bagaimana rasanya... tidak tahu apakah orang yang kau cintai masih hidup atau tidak!"
Faye terdiam. Kata-kata Evrard seperti tamparan, membuatnya sadar betapa besar dampak tindakannya terhadap pria ini. Ia menggigit bibir, mencoba meredakan rasa bersalah yang semakin menyelimuti. "Aku sungguh minta maaf, Evrard. Aku tidak pernah bermaksud membuatmu khawatir. Lagi pula, aku bersama Tessa."
Ia menghela napas panjang, lalu menunduk. Pikirannya penuh dengan spekulasi buruk yang terus menghantuinya sejak tadi. Kekhawatiran tentang Faye, ditambah kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh Tessa, membuat dadanya terasa sesak.