26. Ketegangan yang mencurigakan

147 14 0
                                    

"Sebenarnya, siapa yang menjadi pemeran utama di dunia ini? Apakah sang kegelapan yang memegang kendali, sang peminat yang terus mencari, ataukah warna yang bersembunyi dalam bayang-bayangnya? Semakin dicari jawabannya, semakin rumit segala hal te...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya, siapa yang menjadi pemeran utama di dunia ini? Apakah sang kegelapan yang memegang kendali, sang peminat yang terus mencari, ataukah warna yang bersembunyi dalam bayang-bayangnya? Semakin dicari jawabannya, semakin rumit segala hal terasa, seakan semua saling bergantung, membentuk lingkaran tak terputus."

Hidden Hues
Ayuureve

-

Faye melangkah masuk ke dalam ruangan kaca, dinding-dindingnya dipenuhi panel teknologi canggih yang memancarkan cahaya redup biru dan hijau. Suara mesin dan monitor berdenging pelan, menciptakan suasana dingin dan klinis. Di tengah ruangan, Tessa terkulai di kursi logam, tangannya masih terikat dengan baja tebal yang dirancang untuk menahan kekuatannya. Napas Tessa terdengar lemah, kepalanya tertunduk, rambutnya yang berantakan menyembunyikan sebagian wajahnya.

Faye mendekat, langkahnya perlahan, namun sorot matanya menunjukkan rasa tidak tahan. "Tidak bisakah kalian melepaskan baja di tangannya? Itu terlihat menyakitkan," katanya, suaranya memecah keheningan ruangan.

Seorang pria yang berdiri di dekat panel teknologi menoleh ke arahnya. Itu Mr. Fardina, salah satu kepala pengawas. Wajahnya datar tanpa emosi. "Tidak bisa, Ms. Zaniyah. Jika baja itu dilepaskan, Tessa akan menyerangmu, atau lebih buruk lagi, menghancurkan seluruh ruangan ini."

Faye mengepalkan tangannya, menahan rasa frustrasi yang semakin memuncak. "Dia bahkan tidak sadar. Dia terlalu lemah untuk menyerang siapa pun."

"Itu yang kau pikirkan," balas Mr. Fardina dingin. "Tessa adalah ancaman, bahkan dalam kondisi seperti ini. Kami tidak bisa mengambil risiko."

Faye mendekat lebih dekat ke Tessa, berlutut di depan kursinya. Dia bisa melihat bekas luka merah di pergelangan tangan Tessa, bekas tekanan dari baja yang mengekangnya. Wajah Tessa pucat, tubuhnya gemetar pelan, dan napasnya tersengal lemah. "Tessa," bisik Faye, suaranya lembut namun mendesak.

Tessa memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Faye. "Aku tahu kau mengenalku," ucap Faye, mencoba memecahkan dinding Kebencian yang jelas terasa di antara mereka.

Namun, Tessa tetap diam. Air mata kembali mengalir di pipinya, membasahi wajah yang sudah terlihat begitu letih. "Kau melihatku menodongkan pistol, bukan?" Faye kembali berkata

Tessa terisak pelan, bahunya naik-turun. Faye melanjutkan, mencoba membangun jembatan. "Kami hanya ingin membantumu. Tapi sebelum itu, kami perlu tahu kebenaran tentangmu."

Tessa tidak menjawab. Ia tetap menunduk, tubuhnya semakin menggigil. Faye menghela napas berat, otaknya memutar-mutar segala kemungkinan. Cassed benar, pikirnya. Tessa hanya dekat dengan Evrard. Dia tidak mempercayai siapa pun selain dia.

Setelah beberapa saat, Tessa akhirnya bersuara, meskipun suaranya terdengar lemah dan penuh emosi. "Aku di sini karena bus itu, bukan?"

Faye menegakkan tubuhnya sedikit, menatap Tessa dengan serius. "Ya. Bus yang meledak. Orang-orang terluka mereka butuh jawaban, Tessa."

Hidden HuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang