"Rahasia kegelapan akhirnya terbuka perlahan, mengungkapkan misteri yang selama ini tersembunyi. Warna itu mencerna dengan penuh harap, berharap sang peminat memahami cara yang tepat untuk membebaskannya, agar keindahan itu dapat tersingkap tanpa terburu-buru, dalam ketenangan yang penuh makna."
Hidden Hues
Ayuureve-
Dejavu
Rasa itu datang lagi, rasa yang pernah ia alami saat terbangun di kamar hotel, dalam keadaan linglung dan kosong. Kali ini, bukan di atas ranjang empuk dengan selimut tebal, tetapi di atas sofa sempit tanpa bantal dan selimut.
Faye membuka matanya perlahan, menahan rasa pusing yang mendera. Kepalanya terasa berat, Ia memijat pelipisnya, berusaha meredakan denyutan yang tak kunjung hilang.
Ia terduduk di sofa, menatap lurus ke depan. Pandangannya kosong, pikirannya mencoba merangkai kembali peristiwa semalam. Namun ingatan nya benar benar hilang, Faye tidak mengingat apapun.
Yang ia tahu, ia sempat meminum segelas wiski. Satu gelas kecil dengan kadar alkohol 65 persen, cukup untuk membuat tubuhnya limbung. Tapi setelah itu? Faye benar benar tidak tahu apa yang terjadi
Faye memutar pandangannya ke sekeliling kamar. Sunyi. Hanya ada dirinya di sana, Pertanyaan tentang apa yang terjadi semalam terus berputar di benaknya, namun jawabannya tetap menghilang entah ke mana.
Faye bangkit dari duduknya, berjalan menuju dapur. Ia mengambil gelas yang diletakan di atas meja lalu menuangkan air dari teko transparan. Meminumnya dengan sekali teguk, pikirannya masih melayang ke kejadian semalam, Faye benar benar tidak mengingat apapun.
Tanpa membuang waktu, Faye segera membereskan dirinya dan bersiap meninggalkan tempat ini sebelum sang pemiliknya kembali. Malam tadi tidak terjadi apa-apa, Faye meyakinkan dirinya. Tidak ada perasaan aneh, tidak ada tanda-tanda yang membuatnya merasa cemas—sama seperti sebelumnya.
Namun, di balik rasa leganya, Faye tidak bisa menahan rasa heran. Ini sudah dua kali Evrard membiarkan dirinya tidur di sini, bahkan dalam keadaan mabuk, tanpa sekalipun memanfaatkan situasi. Tidak ada sikap kasar, tidak ada tindakan yang melewati batas. Dalam situasi yang serba salah ini, Faye merasa harus bersyukur—setidaknya, pria itu tetap menunjukkan kendali yang jarang ia temui di orang lain.
Tetapi di sudut hatinya, pertanyaan itu terus mengusik: Mengapa?
***
Dugaan Faye sepenuhnya salah. Malam tadi, sesuatu yang tidak ingin ia ingat telah terjadi. Ia menghembuskan napas kasar, nyaris seperti mendengus, berusaha menekan rasa marah dan jijik yang membuncah di dadanya.
Pantulan dirinya di cermin kamar mandi, bekas-bekas merah samar terlihat di leher dan bagian atas dadanya. jejak ciuman yang tertinggal disana.
Evrard. Nama itu berputar di benaknya seperti mantra penuh kemarahan. Tidak mungkin orang lain. Sudah jelas pria itu yang bersamanya sejak malam. Faye mengepalkan tangannya, membayangkan dirinya mendatangi Evrard dan memukulnya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Hues
RomanceFaye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita misterius yang diduga menjadi...