18+ [Romance - Action]
Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Semuanya semakin rumit, kegelapan semakin menguasai segalanya. Ketika kesedihan akhirnya datang, ia akan melanda dengan begitu dalam. Sang peminat, yang kini harus bersiap, akan merasakan sakit yang lebih perih daripada melihat warna yang tak pernah muncul, karena kali ini, yang hilang bukan hanya warna, melainkan harapan itu sendiri."
Hidden Hues Ayuureve
-
Faye berdiri di lorong, punggungnya bersandar di dinding dingin sementara kedua tangannya terlipat di depan dada. Waktu terasa bergerak sangat lambat, dan udara di sekitar mereka penuh dengan ketegangan yang tak terucapkan. Kyle duduk di kursi logam di sudut ruangan, memainkan kukunya untuk mengusir kebosanan. Sementara itu, Hadwin berjalan mondar-mandir, jelas terlihat tidak sabar.
"Sudah tiga jam," gumam Hadwin akhirnya, suaranya berat dengan frustrasi. "Apa mereka pikir kita hanya pajangan di sini?"
Kyle menoleh sekilas, tapi tidak menanggapi. Faye tetap diam, matanya terus menatap pintu baja yang masih tertutup rapat. Di balik pintu itu, Tessa masih terikat dan mungkin mengalami hal yang tidak ingin dibayangkan oleh Faye.
"Tim lain sudah menunggu di luar sejak tadi," lanjut Hadwin, kali ini berbicara langsung ke Faye. "Kenapa kita tidak diperbolehkan masuk? Apa yang mereka coba sembunyikan?"
"Itu yang juga ingin aku tahu," jawab Faye pelan, nadanya tajam. Matanya beralih sejenak ke Kyle, yang akhirnya ikut menatapnya. "Kalian tidak merasa ini aneh? Mereka bilang, ini untuk mencegah korban jika sesuatu terjadi. Tapi kenapa hanya kita yang ada di dalam? Kenapa kita yang harus menanggung risikonya?"
Kyle mengangkat bahu, lalu berkata dengan nada santai, "Mungkin mereka tidak percaya tim lain untuk tetap profesional di situasi seperti ini. Lagipula, kau yang punya hubungan paling dekat dengan Tessa."
"Hubungan dekat?" Hadwin tertawa sinis. "Kau serius? Wanita itu hampir meledakkan kota hanya karena cemburu. Kalau kau tanya aku, ini lebih seperti bom waktu ketimbang hubungan dekat."
Faye melirik Hadwin tajam, tapi tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu Hadwin hanya melampiaskan rasa frustrasinya, tapi ucapannya tetap menusuk. Faye mengalihkan pandangannya kembali ke pintu baja.
"Kalau mereka tidak segera memberi kita akses masuk lagi, aku akan mengambil tindakan sendiri," ujar Faye akhirnya, suaranya rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak suka ini. Sesuatu sedang terjadi di balik pintu itu, dan aku tidak akan hanya berdiri di sini tanpa melakukan apa-apa."
Kyle berhenti bermain-main dengan benda di tangannya, sementara Hadwin menghentikan langkahnya. Keduanya menatap Faye, menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar keluhan—Faye benar-benar siap bertindak.
"Mereka sudah memperingatkan kita untuk tidak mengintervensi, Faye," kata Kyle akhirnya, nadanya lebih serius. "Kau tahu apa yang akan terjadi jika kita melanggar protokol."