18+ [Romance - Action]
Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sang warna memahami bahwa komunikasi adalah kunci penting bagi kedua peminatnya. Tindakan saja tak pernah cukup, karena tidak semua orang mampu memahami maksud yang tersirat. Namun, bahkan ketika kata-kata sudah diucapkan, kebodohan kedua peminat itu tetap saja membuat segalanya berlarut, tanpa ada masalah yang benar-benar terselesaikan."
Hidden Hues Ayuureve
-
Evrard melangkah perlahan memasuki kamar hotel, tubuhnya kokoh saat menggendong Faye yang terlelap di pelukannya. Wajah wanita itu terlihat tenang, meski bekas kelelahan dan sisa pengaruh alkohol masih terlihat samar. Bodyguard nya yang berjaga di depan pintu membukakan untuknya, Evrard membawa Faye masuk ke dalam ruangan yang hangat dan senyap.
Langkah kakinya nyaris tak bersuara di atas karpet lembut, hanya suara napas mereka yang terdengar, bergema tipis di antara dinding yang hening. Sorot lampu temaram menerangi ruangan, menciptakan bayangan lembut di wajah Faye yang terlihat polos dalam tidurnya.
Evrard melewati sofa di tengah ruangan, Ia berjalan langsung menuju kamar tidur utama yang diisi oleh ranjang besar dengan seprai putih bersih. Sesampainya di tepi ranjang, ia berhenti sejenak, menatap wajah Faye dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan.
Dengan hati-hati, Evrard menurunkan tubuh Faye, meletakkannya di atas kasur seolah-olah ia memegang sesuatu yang rapuh, sesuatu yang hanya boleh disentuh olehnya. Faye bergerak sedikit dalam tidurnya, menggumamkan sesuatu yang tak jelas, tetapi tetap terlelap di bawah sentuhannya.
Evrard berlutut di tepi ranjang, tangannya dengan cekatan membuka sepatu Faye satu per satu, meletakkannya dengan rapi di lantai. Ia meluruskan kaki wanita itu, memastikan posisinya nyaman, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Evrard berdiri sebentar, memandang Faye dalam diam. Wajahnya tampak tenang, nyaris polos, berbeda dari sosok keras dan mandiri yang selalu ia tunjukkan. Tapi di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Faye terlihat terlalu jauh dari dirinya, meskipun berada tepat di hadapannya.
Ia menarik kursi yang ada di dekat ranjang, duduk sambil melepaskan dasi yang melonggarkan napasnya. Matanya tak pernah beralih dari Faye, seperti memastikan wanita itu tidak menghilang. Jari-jarinya perlahan menyentuh pergelangan tangannya, merasakan denyut nadi yang stabil. Ada semacam kelegaan kecil di sana, tetapi juga rasa marah yang belum sepenuhnya hilang.
Tangan Evrard bergerak ke pipi Faye, menyentuhnya dengan gerakan lembut. Kulitnya terasa dingin setelah malam panjang yang melelahkan, dan ia mendapati dirinya ingin memberikan kehangatan yang sama seperti ia rasakan.
Evrard bangkit, berjalan ke jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota. Tangannya bersandar di pinggiran jendela, menatap keluar dengan pandangan tajam. Bayangan Faye masih ada di belakangnya, seluruh pikirannya terpusat pada wanita itu.