18+ [Romance - Action]
Faye Zaniyah telah terbiasa hidup di bawah radar sebagai agen FBI, menjalani tugas-tugas penuh risiko dan identitas yang selalu dirahasiakan. Di tahun ketiganya bertugas, ia mendapatkan misi baru: melacak seorang wanita mister...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sang warna, yang selama ini enggan keluar dari pelukan kegelapan, tiba-tiba menyadari bahwa salah satu peminatnya telah berani mengakui perasaannya. Sebuah senyum kecil terukir pada sang warna, kembali menyalakan harapan bahwa mungkin, kali ini, ia benar-benar bisa keluar dari bayang-bayang kegelapan."
Hidden Hues Ayuureve
-
Evrard duduk di tepi ranjang, memungut celana panjang yang tergeletak di lantai. Gerakannya tenang, terkendali, seperti seseorang yang terbiasa meninggalkan situasi tanpa jejak emosional. Dengan perlahan, ia mengenakan celananya, mengabaikan wanita yang masih berbaring di ranjang besar, terlindung di balik selimut putih yang sudah kusut.
"Kau mau ke mana?" tanya wanita itu, suaranya lembut namun terdengar manja. Matanya mengikuti gerakan Evrard, mencoba mencari celah untuk menarik perhatian pria itu kembali.
Evrard tidak menjawab, mengancingkan celananya dengan gerakan rapi, diikuti suara gesekan ikat pinggang yang dipasang dengan sempurna.
"Kau tidak perlu tahu," jawabnya akhirnya, nadanya tegas, datar, tanpa memberikan ruang untuk diskusi lebih lanjut.
Wanita itu menghela napas pelan, sedikit frustrasi. Ia menggulung rambutnya yang berantakan, mencoba tampak lebih menggoda meski kesan dingin dari Evrard membuatnya jelas bahwa usahanya sia-sia. "Tidur dulu, kau butuh istirahat. Sini, di sampingku," rayunya, suaranya dibuat selembut mungkin.
Namun, kata-katanya seperti angin lalu bagi Evrard. Tanpa menoleh, ia meraih kemeja yang tergantung di sandaran kursi di dekatnya. Ia mengenakannya dengan cepat, menyusuri deretan kancing dengan jari-jarinya yang cekatan, lalu meluruskan kerahnya dengan satu gerakan efisien. Setiap gerakan penuh ketenangan.
"Evrard..." panggilnya, kali ini dengan nada yang lebih serius dan memohon. "Setidaknya, tetaplah sampai pagi."
Evrard tidak menjawab. Ia meraih jas yang tergantung di gantungan dekat pintu, mengenakannya perlahan, sebelum memutar kenop pintu dan membukanya. Tanpa sepatah kata, ia keluar dari kamar, meninggalkan wanita itu sendirian.
Evrard berjalan menyusuri lorong hotel dengan langkah mantap, mengenakan kemeja yang belum dirapikan sepenuhnya. Wajahnya tetap datar, napasnya sedikit berat, tapi sorot matanya menunjukkan ketegasan yang tak tergoyahkan. Di ujung lorong, asistennya, Toland, sudah berdiri menunggunya, rapi seperti biasa.
"Toland," ujar Evrard, suaranya rendah namun penuh otoritas. Ia melirik pintu kamar di belakangnya sekilas, lalu melanjutkan, "urus dia. Berikan uang tip dan pastikan dia tidak berkeliaran atau membuat masalah."
"Baik, Tuan," jawab Toland tanpa banyak tanya. Ia tahu, setiap perintah Evrard harus dijalankan dengan sempurna, tanpa menyisakan celah untuk kesalahan.
Evrard berjalan melewati Toland, tangannya merogoh ponsel dari saku celana. Tanpa berhenti, ia memberi perintah dengan suara rendah namun tegas. "Siapkan mobil. Saya akan turun setelah mandi"