Hujan semakin deras, sekarang lyra yakin hampir seluruh seragamnya telah basah kuyup, jaket milik baren hanya menutupi sebagian tubuhnya, ia menggigil. Matanya terpejam, ia takut sekali ia tak berani membuka matanya, yang ia dengar hujan begitu deras dan suara gemuruh begitu banyak, lyra takut sekali pada suara gemuruh saat hujan deras,
Dengan tangan gemetar lyra mencengkram seragam baren
"Aku takut suara petir" kata lyra, berharap baren mendengarnyalyra mengerjap ngerjapkan matanya, ia terbangun dari tidurnya ketika pak doni membangunkannya,
Dengan gontai lyra turun dari mobilnya dan masuk kerumah.Sambil terus berjalan kearah kamarnya, lyra mencoba kembali mengingat apa yang ia lakukan sampai ia bisa tertidur didalam mobil, lalu ia mengingat mimpinya tadi, mimpi itu bukan hanya sekedar mimpi, itu kejadian nyata satu tahun lalu, saat ia dan baren masih kelas satu sma, ia tersenyum samar, baren begitu baik padanya dulu, lalu ia menyadari kalau lama kelamaan ia menyukai baren, tapi sekarang baren malah mengacuhkannya, lyra tersenyum miris membayangkan apa yang baren lakukan akhir akhir ini padanya, ah sudahlah ia tak akan memikirkan hal itu, ia tak akan menyerah hanya karna baren emngacuhkannya.
Dengan satu kali tarikan lyra mebuka pintu kamarnya dan tersenyum melihat kearah jendela, hujan belum juga reda, mungkin tadi sebelum tidur lyra melihat hujan dan merindukan sifat baren yang dulu, makanya kejadian setahun yang lalu terbawa masuk kemimpinya-------------SUMMER TRIANGLE-------------
Lyra membulatkan tekatnya kali ini, ia tadang pagi pagi sekali, ia akan melakukan sesuatu agar baren tak menghindarinya lagi. Bibirnya yang merah muda menyunggingkan senyum tipis.
Ia memasuki kelas yang masih sepi dan berjalan ke arah meja baren, lalu ia menaruh tasnya dan duduk di salah satu kursi yang ada meja itu, ia tersenyum sambil memperhatikan kelasnya, jam masih menunjukan pukul 6 pagi dan kelas masih sepi, ia tak sabar menunggu baren datang dan melihat reaksi pria itu
Jam dinding terus berdetak, kelas sudah mulai ramai.
Lyra terdiam sambil terus memperhatikan pintu kelas, ia tak memperdulikan teman kelasnya yang mulai berkasak kusuk membicarakannya, 'demi apapun bisa kah mereka berhenti bergosip' batin lyra menggerutu, masa bodoh jika semua orang membicakannya, apa yang ia lakukan memangnya, ia hanya duduk dibangku baren dan menunggu baren datang, tidak ada hubungannya dengan mereka."Ngapain lo disini"
Lyra yang tadinya menggerutu tengah sikap teman temannya tak menyadari kalau baren telah datang, dan sekarang telah berdiri di samping mejanya. Lyra yang melihat baren langsung tersenyum lebar"Ngapain lo duduk disni?" Tanya baren lagi dengan nada tidak suka
"Karna aku mau duduk disini" kata lyra
"Lo gila"
Lyra yang mendengar perkataan baren, mengerucutkan bibirnya"Denger, kamu dari kemarin ngehindar terus dari aku, kenapa?" Tanya lyra
"Gak ada alesan" kata baren
membuat lyra mengerutkan alisnya tanda tak suka, yang mendapat tatapan tajam baren"Minggir gue mau duduk" kata baren, sambil menarik tangan lyra
"Duduk aja" lyra menepis tangan baren yang ingin menariknya, dan ia menepuk nepuk bangku disampinnya
"Maksud lo apa sih?" Tanya baren
"Temen sebangku kamu juga dari kemaren gak dateng karna sakit, jadi dari pada kamu sendirian, aku mau nemenin kamu" kata lyra mencoba menjelaskan
"Gue gak perlu ditemenin siapa siapa" kata baren dingin
"Aku yang mau nemenin kamu" kata lyra lagi
"Gue gak mau duduk disamping lo"
"Aku mau"
"Pergi"
"Gak mau"
"Kenapa lo gak mau pergi juga sih?"
"Kenapa harus?"
"Lo..." kata baren, ia benar benar kehabisan akal menghadapi gadis didepannya ini, ia tak mengerti mengapa gadis ini tak pernah mengerti bahwa ia tak mau dekat dekat dengannya
Dengan setengah hati baren menarik kursi, dan duduk disamping gadis itu, tidak ada tempat lain, dan jam sudah menunjukan pukul 7 lebih, salah satu siswa juga sudah memberi tahu bahwa bu desi guru senibudaya mereka sudah datang, dan dengan terpaksa sampai istirahat nanti akan duduk disamping gadis ini
.....
Lyra menatap baren yang tengah sibuk menyalin catatan yang tertulis dipapan tulis, ia mengamati raut wajah baren yang sebagian terkena cahaya matahari dari arah jendela, Matanya yang teduh, bentuk hidungnya, rahangnya yang terlihat jelas, alisnya yang panjang namun tidak terlalu tebal, dan rambutnya yang coklat gelap begitu terlihat saat disinari matahari.
"Apa?" Tanya baren, yang merasa dilihati,
Lyra yang mendengarnya hanya menggeleng gelengkan kepalanya, dan terus mengamati barenBaren meletakan pulpen dan menutup bukunya, lalu membenarkan posisi duduknya dan menghadap kearah lyra
"Denger, gue gak ada waktu buat ngurusin lo, gue gak mau lu ganggu" kata baren ketus
"Aku gak merasa ganggu kamu"
"Lo ganggu, ganggu banget, kenapa sih lo gak mau pergi atau seenggaknya jangan ganggu gue sekarang" kata baren
"Aku suka kamu"
"Tapi gue enggak"
"Kenapa?"
"Karna lo gak bisa maksain perasaan seseorang"
"Kamu juga gak bisa maksain perasaan aku buat berhenti suka sama kamu"
"Itu beda."
"Apa yang beda? Kita sama sama punya perasaan"
"Apa yang bisa bikin lo gak suka lagi sama gue?" Tanya baren frustasi
"Enggak ada" jawab lyra dengan santainya
--------------SUMMER TRIANGLE------------------
Baren berjalan dengan cepat ke arah parkiran hari ini begitu menyebalkan, gadis itu benar benar keterlaluan, tidak bisakah dia membiarkan baren tenang, berada didekatnya membuat mood baren turun pesat, gadis itu tak pernah mengerti atau pura pura tak mengerti kalau sifatnya itu membuatnya kesal, ia harus melakukan sesuatu, ya ia harus melakukan sesuatu agar lyra menjauh darinya, menjauh dari baren atas kemauannya sendiri
"Mau pulang?" Tanya seseorang di samping baren
Baren tidak menoleh, dan menjawabnya, ia tahu betul siapa pemilik suara itu, jadi yang harus ia lakukan sekarang berjalan dengan cepat ke parkiran
Lyra yang kewalahan menyamai langkah baren membuatnya berlari lari untuk dapat menyamainya
"Bar, minggu besok jalan yuk" kata lyra
"Bar jawab" kata lyra lagi
"Gue gak bisa, bukan, lebih tepatnya gue gak mau"
"Kenapa?"
"Gue gak mau berurusan apa apa sama lo"
Lyra memegangi lututnya, ia berhenti dan membiarkan baren terus berjalan, susah sekali menyamai langkah baren.
"Aku tunggu kamu di tempat biasa jam 4 sore, jangan lupa dateng" teriak lyra
Masa bodo, masa bodo dengan apa yang lyra bilang, baren tak akan mendengarkannya, sudah sering lyra mengajaknya , dan sering sekali ia tolak namun lyra masih saja berkata bahwa dia akan menunggu baren, tidak baren tidak bodoh, mana mungkin lyra akan menunggunya jika dia tahu kenyataannya bahwa baren tak akan datang
---------------SUMMER TRIANGLE-----------------
Lyra duduk disalah satu bangku yang berada di bawah pohon yang tersedia ditaman kota, ia melihat jam tangannya jam sudah menunjukan pukul 6 sore, baren tidak datang, ia tidak datang lagi, kenapa dari dulu, setiap kali lyra mengajaknya dia tak pernah datang, padahal lyra selalu menunggunya,
Dengan langkah gontai lyra berjalan menuju mobilnya, kali ini ia gagal lagi, tapi suatu saat baren pasti akan datang yakinnya dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Teen FictionAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.