Lyra membuka matanya perlahan, saat ia merasakan ada rasa sakit dikakinya, ia menemukan ayahnya yang sedang duduk didekat lututnya dan mengoleskan betadin.
Ayahnya yang biasanya ia panggil dengan "papa" ada didepannya.
Dengan cepat ia menoleh ke arah jam dinding. Ah ternyata jam 9 malam, sepertinya ayahnya itu baru pulang dari kantornyaAyahnya mengoleskan betadin dengan perlahan seakan takut melukai dirinya, ia yakin ayahnya tidak bermaksud membangunkannya
Namun sepertinya ia tak tahan dengan lututnya yang setiap kali disentuh semakin sakit, dengan refleks ia menarik kakinya, membuat ayahnya menoleh kearahnya dan menemukan dirinya terbangun.
"Sudah bangun?" Kata ayahnya.
"Terbangun" jawab Lyra dengan polosnya
Yang membuat ayahnya tertawa dan mendekati puterinya.
Tangannya mengusap kepala puterinya itu perlahan.Namun raut wajah ayahnya seketika berubah, dan menatap puterinya lekat lekat.
"Sudah menyiapkan barang barang mu?" Ucap ayahnya.
Lyra tersenyum tipis, lalu mengangguk perlahan.
"Kapan?"
Lagi lagi ia tersenyum mendengar perkataan ayahnya,
"Lusa"
Ayahnya menghembuskan nafas perlahan.
"Maaf"
Lyra menatap ayahnya, ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh ayahnya
"Untuk apa?" Tanyanya.
"Untuk tidak menjadi papa yang baik, tidak bisa membuat kamu tetap memilih tinggal bersama papa"
"Dan karena tidak menjaga kamu, tidak menjaga kamu dari pria yang membuat kamu terluka"
Lyra terdiam, seperti ada bongkahan yang begitu besar mencekat nafasnya.
Kakaknya itu, lihat saja nanti, ia tahu bahwa ayahnya mengetahui tentang dirinya dan Baren pasti dari kakaknya itu.
Ia menatap ayahnya.
"Lyra... dulu.. dulu mungkin Lyra membenci papa, membenci kakak, tapi.. tapi sekarang tidak"
"Dulu... Lyra membenci kakak, karena Lyra iri mama lebih memilih mengajak kakak dibanding Lyra, tapi sekarang Lyra tau kalau hanya kakak yang bisa menjaga mama"
"Dulu... Lyra selalu menyalahkan papa, karena tidak mencintai mama"
"Tapi sekarang tidak""Sekarang Lyra tau, kalau sampai kapanpun cinta enggak pernah bisa diatur sesukanya"
"Tapi Lyra rindu mama...." katanya, ia merasakan bahwa air matanya telah jatuh membasahi pipinya.
"Lagi pula, seperti yang papa bilang, papa gak bisa menjaga aku dari pria yang membuat aku terluka"
"Karena luka telah tergores, yang dilakukan sekarang adalah menyembuhkannya."
"Satu satunya cara untuk menyembuhkan luka hanya dengan melupakannya."
"Dan melupakannya itu berarti aku harus menjauh darinya"
Ayahnya menarik tangannya perlahan.
"Papa pingin kamu tetap disini"Lyra terdiam, entah apa yang sedang ia fikirkan.
"Aku gak mau suatu saat nanti kayak mama"
"Papa.... bukankah kisah kita ini sama?"
"Dulu papa mencintai seseorang yang bukan mama, sementara mama begitu mencintai papa"
"Aku juga begitu, Altair mencintai Vega sementara Lyra begitu mencintai Altair"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Teen FictionAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.