Bagian 38 : Altair dan Elang

4.4K 282 27
                                    

"Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu.

Sekarang. Saat ini saja. Untuk beberapa detik saja. Aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, ataupun harapan, aku ingin mengaku.

"Aku mencintainya."

(Autumn In Paris)

Sudah berapa tahun berlalu?
Entah, bahkan sang Altair pun telah lupa dengan kata menunggunya.
Seolah telah mendarah daging dengan rindu yang tertumpuh seiring berjalannnya waktu.

Pria itu memejamkan matanya.

Gadis itu sedang membaca sebuah novel saat ia menghampirinya, tampak jelas sesekali gadis itu mengerutkan keningnya, seolah begitu menghayati apa yang tertulis didalam novel itu.

Sebenarnya novel jenis apa yang gadis itu baca?

Ia menunggu gadis itu menyelesaikan bacaannya.

Ia memperhatikan rambut gadis itu yang sesekali tertiup angin dan bergerak - gerak menyentuk pipinya.

Mata gadis itu sekarang begitu fokus terhadap bacaannya, membuat ia tersenyum tipis.

Baren selalu saja menyukai mata gadis itu, mata yang polos.

Mata yang selalu memperlihatkan dengan jelas bagaimana perasaan gadis itu.

Saat gadis itu marah, matanya bisa menatapnya dengan kesal.

Dan hal ini yang paling ia suka.
Ia selalu suka bagaimana gadis itu menatapnya, bola mata gadis itu yang selalu berbinar - binar saat sedang berbicara, tersenyum dan menatapnya.

Ia selalu suka itu.

Ia memperhatikan apa yang gadis itu baca.

- Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.-

Ah gadis disampingnya ini pasti sedang membaca sebuah novel romance

Tess.

Ia melihat setetes air jatuh pada kata yang tertuliskan -bahagia- setelah ia membaca kalimat itu.

Air mata?
Gadis disampingnya itu menangis?

"Hei...." ucapnya selembut mungkin dan mengelus kepala gadis itu.

Lyra, gadis itu menoleh kearahnya.

Ia mendapati mata gadis itu yang basah karena air mata.

"Nangis? Cuma karena baca novel?" Kata Baren setengah meledek.

Sementara lyra menghapus air matanya dengan kasar, dan menatapnya sebal.

"Kamu ngerusak suasana banget ya, aku lagi jatuh cinta sama karakter tatsuya yang sweet dan sedih karena dia harus mati, tiba - tiba kamu dateng - dateng ngeledek aku?" Ucapnya panjang lebar.

Sementara Baren yang mendengarnya tertawa geli.

Lyra menghela nafasnya. Dan menatap novel yang tadi ia baca. Autumn in Paris.

"Aku gak suka ending novel ini" katanya kepada Baren.

"Kenapa?" Tanya Baren.

"Endingnya gak bahagia, dan aku gak suka ending yang gak bahagia" jelas Lyra.

Baren menatap gadis itu.

"Gak semua yang kamu pinginin itu bisa kamu dapet, ada ending ending tertentu yang emang lebih baik kalau di buat sad, mungkin karena Tuhan Udah nyiapin ending yang lebih bahagia di tempat lain dan di orang yang berbeda" ucap Baren

SUMMER TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang