BAGIAN 9 : VEGA

5.4K 323 4
                                    

"Kenapa harus vega?"

Vega menghempaskan badannya ke atas kasur, ia menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan, ia mencoba memejamkan matanya, ohh demi apapun bisakah ia melupakan kata kata itu, bisakah ia melupakan kejadiaan tadi, kejadian dimana lyra menangis karena DIRINYA, kejadian dimana lyra memeluk baren yang membuat ia sulit bernafas. Oh tidak, tidak, ia tidak menguping ataupun menguntit mereka, ia lah yang meminta baren untung meminta maaf kepada lyra dan ia menunggu baren dari kejauhan.

Tapi hatinya panas ketika lyra memeluk baren, dan seperti ada batu ditenggorokannya yang membuat ia tercekat.

"Ohh bisakah berhenti memikirkan hal itu" gerutunya dalam hati.

Vega membuka matanya, lalu meraih bingkai foto yg berada di atas lemari kecil disamping tempat tidurnya

Foto dirinya dan baren yang tengah memakan peralatan mos saat hari pertama masuk smp.
Saat itu ia ingat betul, baren memukul teman sebangkunya sendiri hanya karena menggoda dirinya, ia masih ingat betapa takutnya dirinya saat baren masuk ke bk hanya karna hal itu.

Vega tersenyum samar, lalu mengelus wajah baren yang ada dibaling bingkai, sahabatnya itu... entah apa yang terjadi jika ia tak pernah bertemu dengan baren, entah apa yang akan terjadi jika kedua orang tua mereka tak bersahabat, membayangkan tak memiliki baren disampingnya saja membuat ia terluka.

Ia begitu menyayangi baren.
Jauh melebihi sebatas sahabat.
Dan ia juga tahu, bahwa baren merasakan hal yang sama.

Perlahan vega kembali memejamkan matanya, membayangkan kejadian dua tahun lalu. Saat mereka merayakan ulang tahun bersama.

Takdir.

Bahkan ulang tahun mereka jatuh pada tanggal yang sama, dan mereka selalu bersama, apa yang membuat ia dan baren bisa berpisah? Tak ada, dan tak akan ada

Saat itu ulang tahun mereka...

Baren menarik tangan vega, menghilang dari keramaian yang berada di dalam rumah vega, padahal mereka lah yang mempunya acara, padalah kedua orang tuanya tengah merayakan ulang tahun mereka didalam, tapi setelah meniup lilin dan memotong kue, masa bodo dengan mengobrol bersama dengan teman teman mereka, baren malah menarik tangan vega dan berjalan mengitari halaman rumah vega. Lalu mereka duduk disalah satu bangku yang berada di pinggir rumah. Vega menatap langit yang cerah.

"Mau mendengar cerita tentang vega dan altair?" Ucap vega, mencoba memecah keheningan

Baren menatap vega.
"Tidak".ucapnya

"Kenapa?"

"Oh ayolah, ini hari ulang tahun kita, kamu enggak mau bahas atau ngasih hal yang berbeda?"  Ucap baren dengan nada yang menggerutu

Vega yang mendengarnya tersenyum, lalu mengacak rambut baren dengan lembut.

"Jadi mana hadiahnya?" Kata baren to the point.

"Sebenarnya, aku bingung mau ngasih kamu apa, dan kamu pasti juga bingung mau ngasih aku apa kan? Aku cuma berfikir kalau kita udah punya segalanya, apalagi yang harus kita minta"

"Tapi... gimanapun, ini hari ulang tahun kita, jadi walaupun aku mau ngasih kamu sesuatu, yang mungkin bisa kamu beli sendiri, seenggaknya aku berharap kenangannya bakal lebih berharga kalau barang ini dari aku"

Vega menarik sebuah cincin yang melingkar pada jempol tangan kirinya, ia tersenyum saat mengeluarkan cincin yang terlalu besar saat ia memasukannya kejari manisnya itu. Lalu memberikannya pada baren

Cincin dengan corak bintang yang terukir di sekeliling cincinnya lalu terdapat kata ALTAIR.

"Yahhh seenggaknya kita punya barang yang sama" kata vega sambil menunjukan tangan kanannya, menunjukan cincin yang sama yang melinkar di jadi manisnya, hanya saja bukan altair yang tertulis di cincin itu, melainkan VEGA

baren menatap vega yang tengah menatap cincinnya sendiri,

"Kamu mau ngajak aku tunangan?" Kata baren.

"Kamu gila" kata vega tersenyum masam.

"Loh kenapa nggak?"

"Enggak mau aja"

"Kalau aku mau?"

Vega menatap baren dengan tatapan kesal pertanda bahwa lelucon baren sungguh tidak lucu

"Mana kado buat aku?" Kata vega

Vega melihat baren mengeluarkan sebuah amplop berwarna ungu.

Vega berdecak kesal, apa yang bisa berada dalam kertas itu? Dua buah tiket masuk ke dufan? Oh ayolah memang ia pernah meminta baren mengajaknya kedufan, tapi untuk dijadikan kado ulang tahun itu tidak akan menyenangkan, tidakkah baren ingin memberikan vega kado yang lebih, hitung hitung sebagai sebuah hadiah istimewa di tahun akhir sekolah mereka, siapa yang tahu jika ia dan baren tak satu sekolah lagi saat sma nanti?

Vega membuka amplop itu dengan setengah hati, lalu menarik kertas didalamnya, oh bukan tiket, hanya secarik kertas, ia membuka kertas yang terlipat dua itu.

Ia tercekat saat membaca tulisan yang ada di kertas itu.

"AKU MENYUKAIMU"

Hening.

Vega menggeleng gelengkan kepalanya pelan, tidak tidak ia tidak bisa menangis.

"Kamu bercanda?"
"Gak lucu" kata vega sambil memegang kertas itu.

"Kamu fikir aku bercanda?"
Vega bisa melihat kilatan amarah di mata baren saat menjawab pertanyaannya

Lalu vega menarik nafas panjang  dan menghembuskannya dengan sangat perlahan, mencoba membuat jantungnya kembali bedetak normal.

"Bar" kata vega, lalu tangannya mencoba menggenggam tangan baren

"Kita sahabat"
"Kamu ngerti gak kalo kita baru lulus smp? Kita malah baru mau masuk sma? Dan kamu tahu aku bakal ikut orang tua aku kejepang"

"Aku cuma ngerasa kalau kita nanti punya kehidupan yang baru, kamu yang bakal beda sekolah sama aku, dan mungkin aja bakal jatuh cinta sama orang lain"

"Dari pada harus jadian sama kamu dan putus gitu aja, aku lebih milih mempertahankan persahabatn kita"

"Aku gak akan jatuh cinta sama yang lain" kata baren.

Yang hanya mendapat gelengan dari vega

"Kamu gak akan pernah tahu takdir" kata vega

"Kamu juga gak tahu, tapi kamu yakin kalau aku bisa jatuh cinta sama orang lain?" Kata baren

Vega menatap baren lekat lekat.

"Kalo gitu ayo, ayo kita ketemu lagi saat aku balik tinggal diindonesia lagi, kalau kamu masih cinta sama aku, kalau gak ada rasa yang berubah..."

"Ayo kita jadian" kata vega yakin.

Mereka sama sama terdiam, hanyut terbawa pemikiran tentang masa depan yang tak pernah ia tahu.

Lalu baren menatap vega, dan memegang pundak vega

"Aku bakal buktiin kalau pemikiran kamu salah"
"Aku bakal buktiin itu"

Vega begitu mengingat kejadian itu... kejadian dua tahun lalu,

Apakah baren masih menyukainya?entahlah, ia tak pernah berharap apapun tentang itu. Tak pernah berharap lebih

------------- SUMMER TRIANGLE------------------

HALLLUUUUUWWWWW. *sok asik

Sebenernya bingung, nulis kayak gini emang dibaca yah? Wkwkwk yaudahlah

Jadi gini.... buat para siders.. trimakasih loh atas partisipasinya yg sudah mau membaca summer triangle *malumalu

Sesunggugnya mungki kalian yg baca bakal mikir endingnya baren sama lyra ya?
Tapi saya malah masih bingung sama endingnya, menurut saya vega sama lyra punya posisi yang penting dalam hidup baren *curhat

Jadi intinya sih sekali lagi makasih loh buat siders yang udah mau baca summer triangle

SUMMER TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang