Lyra memain main kan selang infusnya, matanya menatap dinding putih didepannya dengan tatapan kosong, mengingat apa yang ayahnya lakukan kemarin.
Lyra benar benar tak ingin apa apa, oh ayolah ini begitu membingungkan, kejadian hari ini begitu membingungkan, ia yang jatuh pingsan, lalu Baren yang membawanya kerumah sakit dan sekarang ia mendapati dirinya sendiri berada di ruangan ini.
Ah bau rumah sakit, ia tak pernah suka, tapi ia tak bisa berbuat apa apa, perutnya masih begitu sakit, dan kepalanya pun begitu, hanya demamnya yang berangsur angsur menurun.
Ia memegang lehernya, tenggorokannya seakan mengering, ia begitu haus sekarang
Dengan perlahan ia mencoba untuk duduk, dan mengambil gelas yang berisi air putih di atas meja yang berada disampingnya.
Ia mencoba mengambil gelas itu, tetapi tangannya tak dapat menjangkau, ia maju sedikit, namun tetap tidak bisa menggapai gelas itu.
Sedetik kemudian ia bisa melihat ada tangan yang mengambil gelas itu, lalu tangan itu memberikan gelas yang berisi air putih itu kepadanya.
Lyra mendongak, mendapati ayahnya tengah menatapnya dengan tatapan cemas.
Lyra mengambil gelas itu, lalu meminumnya dengan perlahan, kedatangan ayahnya membuat hausnya benar benar menghilang, ia tak lagi berkeinginan untuk melakukan apapun, yang ia inginkan hanyalah memejamkan mata dan membuat ayahnya pergi dari sini, bahkan setetes air yang telah masuk kedalam mulutnya begitu sulit untuk ia teguk.
Ia mencoba menaruh gelas itu keatas meja, namun tetap tidak bisa, lalu ayahnya mengambil gelas itu lagi dan meletakannya ditempat semula,
Lyra terdiam, mengalihkan pandangannya ketempat lain, ayahnya duduk diatas kasur dan menghadap ke arahnya, oh ayolah kepalanya masih begitu sakit, tidak bisakah ia tak memikirkan apapun yang menyakitkan sekarang?
Lyra tersentak, saat mendapati dirinya direngkuh, ayahnya memeluknya, AYAHnya memeluknya.
Ia terdiam, dan tetap diam.
Ayahnya memeluknya seakan akan tak akan mau melepaskannya, lalu ia bisa merasakan ayahnya mengelus rambutnya dengan begitu lembut.
Matanya memanas, hatinya kini benar benar sakit.
"Anak nakal,selalu membuat papanya kahwatir" suaranya yang berat namun terdengar begitu halus seolah berbisik dikuping Lyra.
Lalu ayahnya melepaskan pelukannya, dan menatapnya dengan lekat.
Hatinya yang selalu luka saat melihat ayahnya, kini seakan merindukan ayahnya, ia merindukan ayahnya.
"Aku mau tidur" ucap Lyra.
Lalu ia kembali berbaring.
Ayahnya tetap memandanginya, lalu dengan sigap menarik selimut dan menyelimuti Lyra.
Ia kembali mengusap usap kepala Lyra.
Dengan ragu Lyra menatap ayahnya.
"Mau menceritakan dongeng untuk lyra pa?" Ucapnya akhirnya.
Ia bisa melihat ayahnya terkejut, sudah lama ia tak membuka hati kepada ayahnya, dan sekarang saat ia membuka hati ayahnya begitu terkejut, namun dengan cepat ia tersenyum kepada Lyra.
"Baiklah... mau mendengar dongeng apa?" Kata ayahnya.
"Pangeran es dan puteri musim panas" ucap Lyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Teen FictionAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.