Baren mempercepat langkahnya, tak perduli pada tatapan orang orang yang menepi karena takut tertabrak olehnya.
Lyra telah sadar.
Itu yang ia dengar tad saat akrux menghubunginya.
Ia terus berjalan.
Lalu langkahnya memelan dari seiring terlihatnya kamar rawat Lyra.
Ia berdiri tak jauh dari sana ketika dua orang tua keluar dari kamar rawat itu.
Ia memberanikan diri untuk menghampiri mereka, ya iya yakin kalau kedua orang tua itu adalah orang tua Lyra.
Baren bisa melihat ayah dan Ibu Lyra yang menatapnya.
"Maaf om karena saya..."
"Tidak apa."
Belum sempat ia melanjutkan perkataannya pria paruh baya itu menghentikan ucapannya.
Pria paruhbaya itu maju selangkah dan menepuk pundaknya.
"Tidak ada yang bisa menyalahkan takdir" ucap ayah Lyra.
Walau Baren bisa melihat guratan kecewa di mata pria itu.
Tentu saja, siapa yang menginginkan puterinya terluka.
"Terimakasih karena membuat anak saya bisa menjadi gadis yang dewasa, walaupun mungkin kamu tidak menyukainya, tapi cinta anak saya kepada kamu mengubah dirinya menjadi lebih baik"
"Dan kejadian ini, ini mungkin garis takdir yang harus dijalani Lyra"
Ia bisa melihat mama Lyra pun tersenyum tipis.
"Baren..." ucap wanita berumur hampir lima puluhan itu.
"Mungkin kamu bisa temuin Lyra sekarang" ucapnya.
Baren hanya mengangguk lalu membiarkan kedua orang tua Lyra pergi.
Ia hanya mematung didepan pintu kamar rawat Lyra.
Ada ketakutan yang begitu besar dalam hatinya, bagaimana jika Lyra membencinya?
Namun dengan sebuah tarikan ia membuka pintu itu.
Kakinya berjalan masuk, dan menemukan gadis itu tengah terpejam sambil memijat keningnya.
Lalu saat gadis itu membuka matanya, pandangan mereka bertemu.
Baren menghentikam langkahnya sebentar lalu kembali berjalan diikuti oleh tatapan Lyra.
Gadis itu mencoba merubah posisinya ke posisi duduk.
Namun saat Baren mencoba menolongnya, tangan baren di tepis oleh gadis itu, gadis itu hanya tersenyum tipis.
Hening.
Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Gadis itu bahkan sekarang dengan terang terangan menghindarinya.
"Ada apa Bar...?" Tanya gadis itu lirih.
Baren yang mendengarnya meringis, gadis itu bahkan sepertinya tak menginginkan kedatangannya.
"Jangan lakuin ini Lyr...."
"Jangan nganggep seolah olah gue bukan siapa siapa lo... jangan nganggep gue orang asing" tutur Baren.
Gadis itu tersenyum.
"Nyatanya sekarang begitu Bar... kamu orang asing bagi aku"
"Gak ada orang yang mau terus menerus hidup dimasa lalu"
Baren bisa mendengar helaan nafas gadis itu.
"Aku punya Elang sekarang, dan itu udah lebih dari cukup"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Teen FictionAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.