Baren mengehentikan laju motornya saat handphone disaku celananya berbunyi, ia merogoh sakunya lalu mengelurkan handphone tersebut, ada panggilan masuk dari telepon rumah Vega, dengan cepat Baren mengangkatnya.
"Hallo..." suara seseorang dengan logat jawa terdengar dari sana.
"Ya?" Sahut Baren.
Sudah dipastikan ini adalah bi sumi pelayan rumah Vega.
"Anu... den.." Baren bisa mendengar suara bi sumi yang gelagapan.
"Ya kenapa bi?"
"Non Vega..."
"Non Vega sakit den.."
"Bibi bingung harus ngabarin siapa" katanya pada akhirnya."Non Vega gak ngizinin bibi ngabarin nyonya sama tuan, katanya takut ganggu kerjaan mereka" lanjutnya lagi.
Baren meneguk air ludahnya, lalu tanpa berfikir panjang, ia memutar motornya lalu menuju rumah Vega.
Saat diperjalanan, fikiran Baren terpecah menjadi dua, Vega yang sedang sakit dan Lyra yang menunggunya
Seharusnya hari ini adalah hari kedua dari perjanjian mereka, dan sekarang Lyra pasti sedang menunggunya.
Baren menghentikan motornya, lalu menyangkutkan helmnya di salah satu spionnya. Lalu berjalan masuk ke rumah Vega.
Ia menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan, kini ia telah berada di depan kamar Vega, tangannya sudah memegangi gagang pintu, lalu dengan perlahan ia membukanya.
Ia bisa melihat bi sumi yang menoleh kearahnya saat pintu terbuka.
Bi sumi menatap Baren dengan lega,
Sementara Baren hanya tersenyum tipis melihatnya.
Baren menarik kain kompresan yang berada di tangan bi sumi,
"Saya aja bi.., bibi siapin bubur aja buat Vega" katanya pada bi sumi.
Lalu dengan cepat bi sumi mengangguk dan berjalan pergi dari kamar Vega.
Pandangan Baren tertuju pada Vega, mata gadis tengah terpejam, keringatnya bercucuran dan hampir membuat seluruh rambutnya basah.
Baren mengganti kain kompresan yang berada di dahi Vega, gadis itu mengerang.
Baren meletakan punggung tangannya di atas pipi Vega, mencoba mengukur seberapa panasnya gadis ini, ternyata cukup panas.
"Ve..." suara Baren terdengar begitu lembut, ia ingin membangunkan Vega.
"Ve... bangun, kita kerumah sakit" kata Baren lagi
Perlahan Vega membuka matanya, tatapannya sayu, ia menatap Baren yang tengah duduk disamping tempat tidurnya, ada raut cemas diwajah pria itu.
Vega hanya menggelengkan kepalanya, lalu memejamkan matanya, lengan tangannya ia gunakan untuk menutupi matanya.
Namun tak lama, tangan Baren menarik tangannya.
"Kamu demam, ayo kita ke dokter" kata Baren sekali lagi, mencoba membujuk Vega.
Vege menatap Baren, ada jeda yang begitu lama diantara mereka.
"Sebentar lagi demamnya turun Bar.." katanya Lirih"
"Aku cuma butuh istirahat aja"
Baren bisa melihat gadis itu menatapnya dengan tatapan lelah,
"Seharusnya kamu gak disini, seharusnya kamu sama Lyra" kata Vega.
Sementara Baren hanya terdiam mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
TeenfikceAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.