BAGIAN 12

4.9K 270 0
                                    

Lyra tengah menatap guru sejarahnya yang tengah menjelaskan materi didepan, biasanya saat pelajaran ini berlangsung matanya dengan otomatis mengantuk, tapi
Kali ini tidak. Semua ini karna tenggorakannya.

Lyra mengelus lehernya, menahan rasa gatal ditenggorokannya. Apa yang sudah ia makan kemarin? Sehingga tenggorokannya begitu gatal dan suaranya menjadi serak. Beberapa kali ia terbatuk dan membuat beberapa orang menoleh kepadanya,

Masih dengan rasa gatal dilehernya yang ia tahan, Lyra menoleh kearah samping, melihat lihat temannya yang sedang mencatat, mengapa ia tidak mencatat juga? Oh ayolah.. ia tidak bisa konsen dengan rasa gatal dan batuk batuk kecil yang ia tahan ini.

Matanya menangkap sosok baren yang tengah menatap ke arahnya, namun sebelum lyra menunjukan reaksi apapun, baren telah mengalihkan pandangannya, ia kembali menatap papan tulis dan kembali melanjutkan catatannya, lalu ia menoleh ke arah vega disampingnya, gadis itu tengah mencatat juga. Ah ia tau sekarang, bukan, bukan ia yang di lihat oleh baren, tapi vega.

"lyra ada apa?" Tanya pak arief saat melihat lyra yang selalu terbatuk batuk

Lyra hanya menggeleng gelengkan kepalanya tak mengeluarkan suara sepatah kata pun.

Pak arief yang melihatnya segera mengalihkan pandangannya, dan menatap murid murid yang sedang mencatat

"Jadi untuk materi ini, bapak minta kalian mengerjakannya berkelompok" katanya.

"Tiga orang, dan anggotanya bebas" katanya lagi.

Lyra menghembuskan nafas yang tadi sempat tertahan, ia kira pak arief akan membuat kelompok ini menjadi kelompok dengan teman semeja, tetapi ternyata tidak.

Lyra hanya melihat teman temannya yang tengah sibuk mencari cari kelompok, 'oh kenapa setiap guru selalu memberikan tugas berkelompok', gerutunya dalam hati

"Hhhhhey" ucapnya
Lyra segera menurup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, oh sekarang seraknya bertambah parah, malah suaranya hampir habis, sial

Tadinya ia ingin memanggil teman yang ada didepannya ia ingin bergabung dengan kelompok mereka, tapi temannya itu tak mendengar suaranya yang bahkan seperti berbisik itu. Ia ingin sekelompok dengan baren, tapi ia yakin bahkan baren tak pernah sedikitpun memikirkan untuk mengajaknya

Ia bisa melihat pak arief yang menatapnya, oh bisakah guru itu tak terus terusan melihatnya, iya dia akan mencari kelompok lain,

Dengan kesal ia berjalan kearah kerumunan teman temannya yang lain.

"Mashihhhk men.. menchhari kkelompokhh?" Ucapnya lalu mendapat gelengan dari temannya

Ia memegangi lehernya, Setengah mati ia memcoba berbicara kepada teman tadi,

Sekarang terserah, apa yang ingin dilakukan guru itu, suaranya benar benar telah habis, terserah jika ia tak mendapat kelompok, terserah.

"Sudah?" Tanya pak arief,
Lyra bisa melihat sebagian anak mengangguk angguk.

Lalu ia bisa melihat pak arief menatapnya

"Sudah lyra?" Katanya.

Lyra mencoba berbicara,
"Shaa.."
Kini suaranya benar benar habis, apa yang harus ia lakukan. Oh iya dia akan menggelengkan kepalanya lagi seperti tadi.

Namun belum sempat merespon pertanyaan pak arief, ia bisa mendengar vega mengeluarkan suara,

Lyra mengngernyitkan kening, mencoba membuat vega memperjelas kata katanya.

Lalu vega menatap pak arief dan mengulangi kata kata yang tidak didengar oleh lyra.

"Lyra sekelompok sama saya dan baren pak" katanya yakin

"Thi....dak" kata lyra namun yang terdengar hanya bisikan kecil, dan pak arief tak mungkin mendengarnya.

"Baiklah" kata pak arief lalu mulai mencari murid murid lain yang belum mendapatkan teman kelompok.

Lyra menoleh ke arah vega. Mencoba meminta penjelasan.

"Gak ada salahnya kan? Aku sama baren juga kekurangan anggota kelompok" kata vega.

Lyra yang mendengarnya hanya menatap vega dengan tatapan tidak suka, harus berapa kali ia bilang bahwa ia tak ingin dekat dekat dengan vega, tidakkah orang ini mengerti?

Dengan bersamaan bel istirahat berbunyi, lyra ingin meninggalkan vega yang masih menatapnya, ia sebal setengah mati dengan sifat vega yang semena mena dengannya.

Ia berdiri dan meninggalkan kelas, dengan langkah besar besar ia berjalan ke arah uks, ia harus mencari obat supaya ia suaranya bisa kembali normal, setidaknya tidak separah ini.

----------------SUMMER TRIANGLE----------------

"Kenapa sih ngajak dia?" Kata baren dengan nada tidak suka.

Sekarang kelas sudah sepi, hanya ada baren dan vega, menunggu lyra yang masih di uks dari jam istirahat tadi.

"Gak apa apa dong... kita juga belum dapet anggota lain" kata vega

Baren yang mendengarnya hanya memalingkan wajahnya masih dengan tatapan tak suka.

Tak lama lyra muncul di depan pintu kelas dan melihat baren dan vega yang tengah menatapnya

"Oh sial" gerutunya dalam hati. Haruskah tugas kelompok ini dikerjakan sekarang?

Lyra berjalan kearah baren dan vega,

"Jadi dimana kerja kelompoknya?" Kata lyra masih dengan suara yang sedikit serak, oh ternyata obat yang ia minum tadi bereaksi dengan cepat.

"Dirumah baren" kata vega sambil menatap baren sekilas.

Lyra yang mendengarnya hanya mengangguk angguk,

"Aku tunggu di mobil, nanti aku ikutin kalian dari belakang" kata lyra lalu mengambil tasnya dan melangkah pergi.

"Ra.. tunggu" kata vega, dan sukses membuat langkah lyra terhenti.

"Kamu sama baren aja" kata vega.

Vega bisa melihat lyra dan baren menatapnya dengan tatapan bingung.

"Maksud aku... ya kalian duluan aja dulu, aku ada perlu sama ketua cheers, mau daftar jadi anggota" katanya.

"Gak perlu"
"Gak usah"
kata baren dan lyra hampir bersamaan.

"Gak peduli ya... kalian duluan aja" kata vega, lalu berlari meninggalkan mereka berdua,

Baren berdecak kesal, ia tau ini hanya akal akalan vega untuk membuatnya dekat dengan lyra, ia tahu itu.

Baren menatap lyra yang masih terdiam, lalu ia berjalan keluar kelas.

"Ayo" kata baren, yang mendapat anggukan dari lyra

Lyra mengekori baren sampai ke tempat parkiran, lalu ia melihat tangan baren yang memberikannya helm, lyra mengambil helm itu dan memasangnya

Lalu ia menaiki motor baren, perlahan baren memacu motornya, melewati padatnya jalan jakarta, di tambah panas yang menyengat.

Lyra mengusap lehernya yang telah basah, perlahan ia mengantuk, oh apakah obat yang tadi ia minum membuatnya mengantuk? Perlahan ia tertidur dengan dagunya tertempel di pundak baren, kali ini ia benar benar mengantuk.

---------------SUMMER TRIANGLE-----------------

Halllluuuwwwww
Terimakasih kepada yg sudah mau membaca summer triangle dari awal sampe sekarang. *terharu

Terimakasih juga yang sudah memvote summer triangle :)

SUMMER TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang