BAGIAN 20 : RUANG

4.9K 303 4
                                    

Baren berjalan menyusuri koridor sekolah, tangannya menggenggam tangan Vega yang berjalan disampingnya. Ia tersenyum samar melihat gadis itu. Namun tiba tiba gadis itu terhenti

"Aku ke toilet dulu ya?" Katanya pada Baren.

"Aku tungguin"

"Gak usah" katanya seraya mendorong pundak Baren agar pergi.

Baren hanya berdecak, gadis itu selalu seenaknya sendiri, selalu merepotkannya, namun sejujurnya ia tak pernah keberatan, ia rela melakukan apa saja demi gadis itu.

Saat gadis itu meragukannya hatinya begitu sakit, bagaimana bisa gadis itu meragukannya? Ia tak habis fikir, gadis itu mengira bahwa sekarang ia mulai mencintai Lyra, membuka hati untuk Lyra,

Ah Lyra, gadis itu, seharusnya jika perkiraannya benar, gadis itu sudah masuk kelas hari ini.

Dengan langkah yang cepat ia berjalan menyusuri lorong, dan memasuki kelasnya. Ah tidak lebih tepatnya berdiri di depan pintu, seolah menghalangi murid yang ingin masuk

Matanya menyapu sekeliling ruangan kelas, mencoba mencari cari gadis itu. Tapi ia tak bisa menemukannya.

Ah mungkin bukan hari ini, mungkin besok.

Belum sempat ia melangkah masuk ke dalam, ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Bar... gak masuk?"
Kata seseorang dibelakangnya.

Dengan cepat Baren menoleh kebelakang, ia menemukan Lyra sedang menatapnya bingung.

"Eh.."
Baren yang mendengarnya tak bisa menjawab apa apa dan hanya menepikan badannya supaya Lyra bisa melewatinya dan masuk kedalam.

Lyra hanya menggeleng gelengkan kepalanya, seolah tak mengerti apa yang baren lakukan diambang pintu.

Baren melihat gadis itu berjalan ke arah bangkunya dan duduk dengan rapih, lalu tak lama ia melihat gadis itu mengeluarkan sebuah kotak bekal berwarna biru muda, Baren tak asing lagi dengan kotak bekal itu, dulu Lyra sering sekali memberikannya bekal, tapi ia tolak mentah mentah tanpa menghiraukan perasaan gadis itu.

Baren mengamati wajah Lyra, bibirnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya yang sedikit mengurus, ada apa dengan gadis itu? Seharusnya jika ia masih sakit, dia tak perlu datang dan beristirahat dirumah saja.

Dengan perlahan Baren melangkahkan kakinya ke arah meja Lyra , lalu menarik bangku yang berada didepan meja Lyra dan duduk menghadapnya, ia mengamati Lyra yang tengah membuka kotak bekalnya.

Namun ia bisa melihat gadis itu mengurungkan niatnya untuk membuka bekalnya dan malah menatap Baren.

"Apa?" Katanya.

Baren yang ditanya seperti itu hanya menggelengkan kepalanya

"Lo baru makan?" Tanya Baren seakan baru menyadari suatu hal.

"Eh.."
"Iya..."
"Kenapa emangnya?" Tanya Lyra ragu.

"Kenapa?"
"Lo masih nanya KENAPA?" kata Baren sambing menekan kata KENAPA, seolah membuat Lyra menyadari kesalahannya.

"Ya tadi pagi aku kesiangan" kata Lyra enteng.

"Kenapa kesiangan?"

"Ya itu..."
"Itu karena..."

"Karena tidur terlalu malem, karena lo sibuk belajar?" Kata Baren seolah bisa membaca fikiran Lyra.

"I.. iya" kata Lyra ragu.

Baren manarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

"Lyr... dengerin gue"
"Lo harus jaga pola makan lo kalo gak mau kayak kemarin dan juga jaga kesehatan"

SUMMER TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang