Lyra meringis saat melihat selembar kertas dihadapannya, lalu segera melipatnya asal asalan dan memasukannya kedalam tas.
Demi apapun ia sudah belajara semalam, mengapa nilainya masih juga buruk, mengapa ia masih mendapatkan angka 5, terkutuklah pelajaran fisika itu.
"Gak apa apa, nanti kita belajar bareng bareng?"
Suara vega mengalihkan pandangannya, ia menatap vega dengan tatapan malas, belajar lagi? Oh ayolah ia sudah melakukannya tadi malam, dan hasilnya tetap sama saja.
Tentu saja beda dengan vega, lyra selalu melihat kertas ulangan vega yang bernilai 9, ia yakin kalau nilai terburuk vega adalah 8.
"Aku capek, dari tadi malem belajar, dan hasilnya cuma 4" kata lyra frustasi.
"Kalau gitu kita seneng seneng" kata vega antusias.
Sementara lyra hanya menatap vega dengan sebelah alis terangkat keatas.
"Ayo kerumah aku... kita seneng seneng" kata vega lagi.
"Eh..." lyra tak bisa mengendalikan rasa kagetnya saat mendengar ucapan vega.
"Kenapa?gak mau?"
"Bukan... bukan gitu, iya mau, ayo" kata lyra lagi.
Perkataan lyra membuat vega tersenyum, dengan cepat vega menarik tangan lyra dan berjalan keluar sekolah.
Mereka berlari lari menyusuri lorong sekolah sambil tertawa tawa. Menertawai kedekatan mereka sekarang.
Tak lama mereka menaiki mobil lyra dan menuju ke rumah vega.
Dimobil mereka menceritakan banyak hal, mereka tertawa tawa, sampai pak doni supir lyra ikut tersenyum, ia tak pernah melihat majikannya itu tertawa selepas itu. Ya setidaknya sekarang ia sudah melihatnya.
tak lama, mereka sampai dirumah vega, rumah dua tingkat yang besar dengan warna putih, mereka berdua berjalan masuk, menaiki tangga dan memasuki kamar vega.
Kamar vega terbilang cukup besar, dengan kamar bewarna biru langit, lyra merasa jika dirinya pasti akan sering tertidur jika mempunya warna kamar seperti ini.
"Sini duduk..." kata vega yang sekarang tengah terduduk di atas kasurnya.
Lyra tersenyum dan ikut duduk disamping vega.
Mata lyra menatap lemari kecil di sebelah kasur vega, ia menemukan sebuah bingkai
Berwarna coklat yang didalamnya terdapat foto vega dan baren."Itu foto waktu hari pertama kita mos" kata vega mencoba menjelaskan.
Lyra menatap ke arah vega.
"Kamu sama baren udah kenal lama banget ya?""Ayah aku sama ayah baren sahabatan, mereka juga punya bisnis bersama, jadi dari kecil kita udah terbiasa bareng bareng, rumah kita juga selalu deketan" kata vega sambil menatap foto dirinya dengan baren.
"Hmmm.." lyra hanya bergumam dan mengangguk angguk mendengar perkataan vega
Sekarang seolah olah ada jarak yang begitu panjang memisahkan dirinya dan baren, ada banyak hal yang tidak lyra tahu tentang baren, dan vega mengetahui segalannya.
Lyra menatap vega yang berjalan kesudut ruangan
Ia melihat cara vega berjalan, ah sekarang ia tahu, vega begitu cantik dengan tubuh yang langsing, rambutnya yang bergelombang terurai dengan indah. Ah jelas saja baren begitu menyukai vega. Ditambah vega yang pintar, ia bukan apa apa dibanding vega.
----------------SUMMER TRIANGLE----------------
Lyra menarap cermin di depannya, ia tersenyum tipis, wajahnya yang setiap hari ia biarkan tanpa polesan make up, sekarang tertutupi oleh bedak yang ia oleskan setipis mungkin, dan dengan bibir yang diolesi oleh lipsgoos. Rambutnya tetap ia biarkan tergerai seperti biasa
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Ficção AdolescenteAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.