Baca sampai paling bawah ya.. pleaseeeee sampai bawah loh.. bener bener sampai bawah
Lyra terus mencoba untuk berkonsentrasi pada buku biologinya, namun tetap tidak bisa.
Ada perubahan yang begitu terasa diantara dirinya dan Vega, ia menoleh ke arah Vega yang masih memindahkan catatan sejarahnya yang belum selesai, ia bisa melihat berkali kali gadis itu menutupi tulisannya yang salah dengan tipp-x
Lyra menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan, semua ini salahnya, seharusnya ia tak bertanya hal itu pada Baren, terlebih lagi saat itu Vega mendengarnya.
Lalu ia menoleh ke arah Baren yang tengah menatap dirinya dan Vega, mereka hanya terdiam, lalu dengan cepat Lyra mengalihkan pandangannya, dan menemukan Tara yang tengah berjalan ke arah pintu.
"Tar..." panggil Lyra yang sukses membuat Tara menoleh kearahnya
Lalu Lyra bisa merasakan bahwa Vega dan Baren juga ikut menatapnya.
"Ya.. kenapa Lyr?" Tanya Tara.
"Hmmm.."
"Mau kekantin kan?"
"Aku ikut" kata Lyra.Lalu dengan cepat ia berdiri dan menghampiri Tara, tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.
Sementara Tara hanya menggeleng gelengkan kepalanya tanda tak habis fikir dengan teman sebangkunya saat kelas 11 lalu, ia tahu bahwa dirinya tadi menjadi penyelamat Lyra dari kecanggungan antara Baren dan Vega.
Ia tahu apa yang tengah terjadi, ia salah satu dari sekian banyak teman sekelasnya yang menonton kejadian tadi, teman sebangkunya itu masih saja naif, dan tanpa ia sadari ia telah melukai Vega.
"Sampe kapan kamu mau main main sama perasaan kayak gini?" Tanya Tara saat mereka tengah duduk dikursi kantin.
Dan sukses membuat Lyra menghentikan suapan mie ayam yang hampir saja masuk kemulutnya.
"Gak ada yang main main disini" tandasnya.
Tara memutar bola matanya, seolah tak habis fikir dengan ucapan Lyra.
"Nyatanya kayak gitu.."
"Kamu yang selalu berharap Baren suka sama kamu"
"Vega yang mencoba mengerti keadaan"
"Dan Baren... dia yang gak tau siapa yang ngisi hatinya sekarang, kamu atau Vega"
Lyra terdiam mendengar perkataan Tara, temannya yang satu ini memang selalu berbicara apa adanya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
"Dan pada akhirnya..." kata Tara menggantung.
"Kamu gak bisa kayak gini terus, ngelukain diri sendiri, selalu berharap kalo negeri dongeng bisa berada didunia nyata, dan akhirnya happy ending dengan kamu yang bahagia sama Baren dengan Vega yang gak terluka"
"Atau mungkin sebaliknya, kamu yang ikhlas dan gak terluka saat ngeliat happy endingnya Baren sama Vega"
"Kamu gak bisa jadi puteri naif kayak gitu terus lyr"
"Terima kenyataan kalo emang dia bukan milik kamu"
Lyra terdiam, ia memaki dirinya sendiri yang seolah tak mau mendengar perkataan Tara.
"Sorry kalau kedengerannya nyakitin"
"Aku cuma pingin kamu berfikir realistis" katanya seolah meyakinkan Lyra.
Lyra tersenyum mendengar ucapan Tara.
"Aku ngerti, mungkin emang bener kata kamu, aku terlalu naif"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Teen FictionAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.