Suatu hari dalam hidupku.
Aku bertemu dengannya,Aku bertemu dengannya, saat hujan tengah membasahi bumi, saat rintikan air itu membawa sendu bercampur rindu.
Namun siapa yang menyangka diantara sendu itu...
aku dan dia bertemu.Dia cinta pertamaku.
Dan mungkin tetap akan seperti itu.Dia altair Aldebaren, yang ketika mendengar namanya irama jantungku berdegup kencang.
Dia cinta pertama dan selalu memaksaku menunggu tanpa pernah ia berkata 'aku mencintaimu'
Dia cinta yang selalu ingin kudapatkan.
Walau kenyataannya tak seperti itu.Dia tak pernah mencintaiku.
Ia selalu bertolak belakang terhadapku.
Dalam kisah ini hanya aku yang selalu menatapnya sedangkan ia memunggungiku.
Dia yang selalu melepasku agar aku pergi jauh.
Dia yang seolah mengajaku berdansa tanpa pernah memasangkan sepatu kaca.
Altair Aldebaren.
Jika masih ada kesempatan lagi untuk melihatmu, jika masih ada kesempatan untuk kau mendengar perkataanku.Aku ingin kau mendengarkanku :
Aku mencintaimu, selalu.
Walau kau tak pernah begitu.----------
Baren membiarkan luka dibibirnya mengering, tak sedikitpun berniat untuk membersihkan luka itu.
Pukulan Akrux tadi tak sebanding rasa sakit di hatinya saat melihat Lyra terbaring tak berdaya dengan luka - luka hampir di seluruh tubuhnya.
Masih jelas dalam ingatannya, gadis itu terpental begitu kuatnya, hingga membuat gaun putih yang ia kenakan terkotori oleh banyaknya noda darah.
Seandainya saja ia bisa menyelamatkan gadis itu, seandainya saja ia tak menarik tangan gadis itu dan memaksanya berbicara dengannya, seandainya ia tak melukai hati gadis itu, semua tak akan seperti itu.
Ia tak sanggup melihat Tubuh Lyra yang terbaring dengan alat bantu pernafasan.
Gadis itu terlalu rapuh untuk merasakan sakit seperti itu.
Baren menghentikan langkahnya. Menatap gadis itu dari luar ruangan, ada sesuatu yang membuat hatinya sakit.
Ada suatu hal yang membuatnya ingin menggantikan posisi gadis itu. Ia ingin melakukan apa saja demi gadis itu.
"Dulu, dia bilang lo adalah pria yang baik, dan gue bodoh pernah percaya sama anak itu" kata Akrux.
Ya.. gadis itu salah, Baren bukanlah pria yang baik.
"Pulang, udah terlalu banyak yang lo lakuin, udah terlalu sering lo nyakitin dia" kata Akrux lagi.
Baren masih menatap gadis itu dari balik jendela.
"Gue gak akan pulang, seenggaknya sampe Lyra sadar" jawab Baren.
Lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Tidak. Bukan untuk pulang, tapi untuk menghirup udara segar diluar.
Bau rumah sakit membuatnya selalu dipenuhi rasa bersalah.
Ia mengedarkan pandangannya, kakinya berjalan tanpa arah di taman rumah sakit.
Ia ingin duduk ditempat ini sambil menghirup udara malam.
"Aku sama Lyra, kita gak pernah saling cinta Ve..."
"Kita berkompromi supaya gak pernah ada lagi cinta yang bisa ngebuat kita terluka"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE
Teen FictionAda satu hal yang akan kau ketahui saat menatap mata Lyra. Bahwa gadis itu begitu mencintai Baren, namun sebaliknya mungkin Baren tidak.