BAGIAN 16 : LUKA

5.3K 295 4
                                    

"Tapi mungkin suatu saat kamu bakal lebih tahu terlebih dulu dari pada aku"

"Jadi..."

"Kalau suatu saat nanti kamu tahu endingnya..."

"Mau memberi tahu ku?"

Baren memejamkan matanya, kepalanya begitu sakit.

Tadi saat Lyra menceritakan dongeng pangeran es dan puteri musim panas, ia tahun bahwa dongeng itu tentang dirinya, hatinya menjadi sakit saat Lyra menceritakannya, ia bisa melihat luka yang menganga dari mata Lyra, gadis itu terlihat begitu rapih, dan saat itu ia ingin merengkuh gadis itu, tapi tangannya seolah kaku tak bisa bergerak, dan akhirnya Lyra pergi meninggalkannya.

Ia membuka matanya dan terduduk, tangannya meraih buku itu yang berada disampingnya. Ia membukanya perlahan
Menyusuri lembar demi lembar tulisan rapih Lyra yang menggunakan tinta hitam.

Lalu tangannya terhenti. Ditengah tengah cerita ada sebuah halaman yang berbeda,
Ditulis menggunakan tinta merah

Dia membenciku.
Mengutuk hari dimana ia bertemu dengan ku.
Sementara aku setengah mati mensyukuri hari dimana aku bertemu dengannya, tertawa bersamanya.

Bahkan jika diberi kesempatan untuk memilih takdir, aku akan tetap memilihnya, tetap memilihnya ada di hidupku.

Tapi sepertinya dia tidak.
Dia tidak begitu.
Dia tak mengharapkan itu.

tidak, itu bukan bagian dari cerita itu.
Ia ingat saat itu, saat ia berbicara bahwa ia membenci Lyra, oh demi apapun mengapa ia begitu jahat?

Ia memasukan buku itu kedalam tasnya. Ia tak ingin membayangkannya lagi.

Tapi tetap tidak bisa.
Rasa bersalah selalu mengahantuinya

Dengan ragu Baren membuka kontak di handphonenya.

Menekan nama "Lyra", dan tak lama terdengar suara nada dering.

Persetan dengan semua egonya , yang sekarang ia inginkan hanyalah mendengar suara Lyra, supaya perasaannya bisa lega, supaya rasa bersalahnya sedikit memudar.

"Halo..."
Baren bisa mendengar suara Lyra yang ragu, mungkin gadis itu tak menduga bahwa ia akan menelponnya

"Ini gue..." ucap Baren

"Aku tau..." katanya.

Hening.
Baren tak tahu lagi apa yang harus ia bicarakan.

"Ada apa?"
Baren bisa mendengar suara lyra yang masih ragu.

"Enggak... gue cuma gak ada kerjaan aja, jadi gue nelpon lo"

"Maksud gue... tadi gue nelpon Vega, tapi gak diangkat, jadi gue nelpon lo"

Bodoh
Bodoh
Bodoh
Baren mengumpat dirinya sendiri didalam hati, mengapa ia harus berbohong? Mengapa ia harus berkata bahwa seolah olah ia menghubungi Lyra karena Vega sedang tidak bisa dihubungi

"Oh.." respon Lyra
Demi apapun baren bisa mendengar nada kecewa dari suara Lyra.

Mengapa ia selalu saja menyakiti hati gadis itu, mengapa?

"Lo lagi apa?", baren mencoba memperbaiki suasana

"Cuma belajar"
.

"Belajar?"
.

"Ujian udah hampir deket bar, aku gak mungkin gini gini terus, harus belajar, walaupun hasilnya gak akan terlalu bagus, tapi seenggaknya gak akan terlalu buruk"

SUMMER TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang