BAB 46

15 2 0
                                    

Helen membuka matanya, ia mengusap pelan matanya karna merasa pandangannya kabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helen membuka matanya, ia mengusap pelan matanya karna merasa pandangannya kabur. Hingga ia menyadari bahwa tangan dan kakinya sudah diperban.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya, ia menatap pintu itu dan seorang kakek kecil yang menolongnya tadi.

"Syukurlah kau tidak mati, silahkan ganti pakaianmu dengan ini." Kakek itu menghampiri Helen yang masih bingung akan keadaan. Ia memberi Helen kain panjang nan tertutup yang cocok untuknya.

"Terimakasih Kek, tapi apa aku boleh mengetahui siapa namamu? Aku Helen." Tanya Helen dengan senyuman.

"Tentu saja nak, aku Sylvanth."

"Terimakasih karna sudah membantuku, aku tak tahu bagaimana nasib ku jika kau tidak menyelamatkanku." Jelas Helen membuat Sylvanth terkekeh pelan, ia kemudian berjalan kearah pintu dan memegang kenop pintu.

"Oh ya nak, jika sudah selesai, silahkan turun dan makan siang di bawah, kau terlihat sangat kurus." ucap Sylvanth sebelum ia keluar dan menutup pintu itu.

Helen menghela nafas pelan, ia masih bisa merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya, perban tak bisa mengobati lukanya.

Dia memasuki ruangan ganti, mengganti pakaiannya dengan cepat. Suara teriakan membuat dirinya terkejut saat dia keluar dari ruangan.

Matanya terbelalak kaget melihat Sylvanth yang terbaring di lantai dengan darah di mulutnya, Helen yang histeris ingin menghampiri kakek tua itu namun Sylvanth menghentikannya dengan memberi tanda berhenti di tangannya.

Bibir Helen bergetar hebat sesaat ia melihat sosok tinggi berambut kuning keemasan itu menatapnya dengan seringai.

"Tuan putri, kau membahayakan orang lain kau tahu." Ucapnya disertai tawa pelan.

"Kau boleh menyiksaku, tapi jangan sekali—kali kau menyentuh orang orang yang tak bersalah!" Teriak Helen, amarahnya jelas terlihat.

Dia menfokuskan sihir pada tangannya hingga magisnya terkumpul menjadi sinar bulatan di tangan nya, ia melemparkan bola itu pada wajah Lucian.

Tapi sayangnya Lucian bisa dengan mudah menghindarinya, walau secepat apapun bola itu melaju. "Kau belum sepenuhnya pulih, betapa bodohnya." Ejek Lucian.

***

Yelen terengah engah disaat ia akhirnya merasakan setumpuk magis disekitarnya. Ia menatap kakak laki lakinya dengan raut wajah khawatir. "Helen, ada disini. Ikuti aku!" Teriaknya  tegas dan segera turun dari kuda memasuki pantai. Yelen tak memakai rok membuatnya leluasa berlari.

Felix yang terkejut dan reflex ikut turun dari kuda bersama dengan Yelen, diikuti oleh para prajurit yang masih tetap menunggangi kuda di belakang.

"Tunggu Yelen, tolong jangan gegabah!" Teriak Felix kencang.

Yelen yang berlari kini membelalakan matanya melihat kakaknya Helen yang berlumuran darah di atas pasir. Helen terengah engah menatap adiknya, menatap wajah histeris adiknya, akhirnya ia tersenyum dan menutup matanya pelan.

Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang