BAB 28

1.1K 41 0
                                    

"Mungkin aku disini tidak untuk melakukan apapun, tapi mendengar penjelasan Vedysenn, bukankah kau sedikit berlebihan? Mereka butuh istirahat."

"Tidak ada istirahat untukku."

Jawaban singkat dan juga dingin, aku hanya bisa menghela nafas pasrah, tetapi dari ekspreksinya, aku tau dia berada dalam suasana hati yang buruk, mungkin aku bisa menghiburnya.

Aku mendekatinya dan memegang lengannya. Itu bodoh dan juga memalukan, tetapi orang orang itu terlihat sudah mengandalkan ku.

"Kau juga sepertinya memiliki suasana hati yang buruk, bukan seperti itu bagaimana cara melampiaskan emosi mu."

Ucapan ku harus kau dengarkan, tidak baik menyiksa bawahan dengan angan angan latihan.

"Berisik, jangan menyentuhku jalang."

Aku tidak akan menyangka dia mendorongku menjauh, perkataannya itu sedikit meretakkan hatiku, aku tersadar kembali dan menatap kearahnya dengan lembut.

"Maafkan aku apabila menganggumu, aku akan pergi" Dan maaf kan aku Vedysenn serta yang lain.

".. ...Tunggu aku-"

Entah apa yang ingin dikatakannya, aku tak mendengarkannya dan berjalan lebih cepat, apa maksudnya jalang itu? apa aku seburuk itu dimatamu? memang tidak ada ikatan hati diantara pernikahan ini tetapi bukan berarti aku tak memiliki hati.

Sampailah aku di taman belakang istana, aku duduk di bangku kayu itu dan menatap bunga bunga tulip disana. Ingin sekali aku memetiknya dan tanpa sadar aku meneteskan setetes air mata, itu benar benar memalukan, untuk apa juga air mata itu, aku memutuskan untuk membiarkan itu jatuh dipipi ku saja.

Aku terlalu sibuk dengan bunga tulip sehingga tak menyadari seseorang berada di depanku dan mengelus mataku yang masih berusaha menahan air mata untuk tidak keluar.

Kyran, menatapku dengan tatapan bersalah. Mimpi yang sangat konyol, aku jadi ingin menampar wajahku sendiri untuk memastikan bahwa ini hanyalah mimpi. Aku memalingkan wajahku, aku tidak mau menatap wajahnya.

"Lihat aku."

Apa apaan suara memerintah itu, aku tidak akan mau menurutimu, pergi saja sana, pria mana yang akan mau menemani seorang jalang?

"Jika memang kau tidak ingin menatapku, dengarkan aku, aku minta maaf. Aku terlalu emosional karna para prajurit semakin melemah akhir akhir ini, sehingga semua masalah harus aku yang turun tangani, aku hanya merasa sedikit kesal.."

Seorang pria seperti Kyran meminta maaf. Aku tidak tau dia bisa meminta maaf, jika Fellencia berada disini aku yakin dia akan merekamnya. Aku memutuskan untuk  mengabaikankan nya saja.

Melihat perlakuan diamku, dia duduk disampingku. Aku tau ini sangat canggung, tetapi yang bisa kulakjkan hanyalah diam dan mengabaikannya seolah aku sedang merajuk saat ini.

Tetiba, aku merasakan tangan yang kekar mencengkram tanganku, menarik tanganku keatas dan aku dapat merasakan bibir seseorang dipunggung tanganku. Aku terbelalak kaget dan menatap kearahnya, dia mencium tanganku..?

"Kurasa aku hanya butuh sandaran.."

Dia tersenyum lembut dan menatapku, sesuatu yang tak pernah kurasakan, dia menyandarkan wajahnya pada tanganku seolah olah dia adalah kucing yang meminta perhatian.

"Ada apa denganmu? kau bertingkah aneh."

"Aku baik baik saja, ini normal, aku melakukan ini pada semua orang, sepertinya."

Aku merasakan kebohonganmu yang sangat jelas tuan, kau dingin, acuh tak acuh dan sangat cuek pada orang-orang terutama pada diriku.

"Maka, menjauh lah, lakukan hal seperti ini pada orang lain dan jangan aku."

Dia tak menghiraukanku, dia kini mencium telapak tanganku, sensasi bagaimana bibirnya menyentuh telapak tanganku sedikit membuatku geli.

"Hentikan itu."

"Tidak mau, tanganmu lembut bahkan saat kau tidak memakai sarung tangan. Lihatlah perbedaan antara tanganku dan tanganmu."

Aku dapat melihat bagaimana tangannya lebih besar dari tanganku, aku terlihat begitu kecil jika dibandingkan dengan dirinya, ini sedikit melukai harga diriku.. sudahlah.

Aku memalingkan wajahku lagi, menatap rerumputan hijau yang ditutupi oleh putihnya salju. Aku bisa merasakan kecemberutan sang putra mahkota, tapi siapa peduli, siapa suruh mengataiku jalang.

"Berhentilah mengabaikanku sialan."

Dia menarik dagu ku, membuatku menatapnya, aku dapat melihat seringai arogan dan sombongnya.

"Aku belum memaafkanmu."

"Memangnya apa yang kulakukan sampai aku harus meminta maaf?"

Aku menggerutu kesal, menyilangkan tanganku didepan dada.

Dia hanya menatapku bingung.

Aku dapat melihat Fellencia dengan gaun khasnya sedang mengunjungi taman, belum sempat aku menyapanya, Kyran menarik pinggangku dan mengecup bibirku.

aku mematung saat dia mengecup bibirku, aku mengusap bibirku, bibirku yang lembut dan manis ..

"Untuk apa itu, kau mengejutkan ku."

"Fellencia akan mengadu pada ibu, berpura puralah menjadi seorang istri yang baik dan penurut."

Kyran berdiri dari tempat ia duduk, dan pergi, aku bisa samar samar menatap punggungnya yang menghilang perlahan. Saat aku memusatkan perhatianku pada tempat Fellencia datang, tempat itu sudah kosong. Sepertinya dia akan mengadu seperti yang dikatakan oleh Kyran.

Aku menghela nafas pelan dan beranjak dari kursi ku, walau sendirian, tetapi aku tetap merasakan seseorang menatapku. Aku memutuskan untuk tidak mempedulikannya lagi, yang mereka lakukan hanyalah bersembunyi dan bersembunyi.

***

Akhirnya pesta yang telah ditunggu tunggu, penutupan.

Makanan makanan dan dekorasi yang sempurna dan juga pas membuat para tamu menghiasi wajah mereka dengan senyuman.

Tapi entah mengapa pujian hanya datang pada Kyran. Aku bahkan tak menangkap seorang pun memujiku karna akulah yang mendesain semua ini, semua hanya tertarik akan ketampanan Kyran.

"Kau berkerja cukup baik, nak."

Aku membelalakkan mataku, dan menatap sosok yang berbicara tadi, Yang mulia raja? Mengapa dia tiba tiba memujiku..

"Kau pasti bingung karna ini tiba tiba, tetapi aku hanya ingin mengakui kerja kerasmu." Sang raja mencengkram kembali gelas berisi birnya itu.

Aku tak bisa menahan rona kesenangan, aku tidak percaya Raja adalah orang pertama yang menghargaiku. Tak lupa, aku menatap kembali raja.

"Sebuah kehormatan bagi saya, terimakasih yang mulia."

Raja hanya tersenyum tipis padaku, aku bahkan tidak menyadari bahwa dia tersenyum beberapa saat yang lalu, tepat ketika aku mengetahui dirinya tersenyum, sang raja segera pergi membawa kembali gelasnya, sederhana namun membuatku bahagia.

Aku kemudian mendengar suara terbukanya pintu besar, keluargaku sudah sampai, tentu saja aku akan menyambut mereka, kami tersenyum pada sesama.

Ayah memperhatikan sekelilingnya, ia kemudian menatapku.

"Aku tau bahwa kau memiliki bakat tersembunyi."

Mendengar hal itu, aku tidak bisa menahan malu lagi, memang aku hanya dipuji tapi rasanya aku tak pernah dipuji ataupun dihargai baik di kehidupan sekarang dan sebelumnya. Maka dari itulah alasan aku sangat senang saat dihargai dan diakui.

Tak hanya Ayah, tapi kedua saudaraku juga menatapku dengan senang, kini aku bukanlah gadis lagi, aku adalah seorang wanita yang sudah menikah. Aku terpaksa harus berada jauh dari mereka, maka dari itu, mari bersenang senang disini.

Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang