BAB 41

15 1 0
                                    

Aku berada di ruangan ku, menatap keluar jendela, Nelson bilang dia akan datang pagi setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi ada satu yang harus kuselesaikan.

Aku memutuskan untuk memanggil Aria kedalam ruangan ku, aku akan mengurus dan membicarakan masalah secepat ini karna ini benar benar membuat kepalaku pusing. Hingga akhirnya pintu ruanganku pun terbuka dengan seorang gadis memegang gagang pintu, Galen?

"Maaf Yang Mulia, tetapi Nona Aria menolak keras datang keruanganmu." Mendengar perkataan Galen sedikit membuatku kesal, aku mengerutkan kening karna tak percaya betapa liciknya gadis itu, kukira karakter utama dari novel yang kubaca memiliki kebaikan murni.

"Apa kau tau dimana dia berada sekarang?"

"Dia berada diruang latihan Yang mulia Kyran." Galen masih menatap lantai saat berbicara padaku. Apakah aku harus benar benar menghampirinya?

"Terimakasih Galen, kah boleh pergi sekara-" Tepat setelah aku berdiri dari tempatku, suara pintu terbuka kembali dengan gadis berpakaian maid di belakangnya, dengan sebuah senyuman kecil, dia menatapku yang berdiri disana.

"Saya dengar anda memanggil saya? ada apa Nyonya?"

Aku mengerutkan keningku, tetapi dengan sabar duduk kembali ditempat ku. Gerla keluar dari ruangan dan tak lupa untuk menutup pintu, kini hanya ada kami berdua diruangan ini. Angin masuk kedalam ruangan dari jendela besar yang ku buka lebar. "Aku senang kau datang, tetapi mengapa Gerla berkata bahwa kau menolak mentah mentah permintaanku?"

"Saya tak menolak permintaan Nyonya, astaga mengapa banyak sekali yang ingin menuduhku." Gadis itu cemberut dengan tangan sebagai penyandar pipinya.

"Aku yakin Gerla tak akan melakukan hal seperti itu, tetapi aku ingin langsung membicarakan ini." Aku meremas pena yang sedari tadi kupegang, hingga akhirnya memutuskan untuk bicara, rasanya tenggorokan ku di rantai membuatku berhati hati dengan omonganku.

"Aku punya bukti bahwa kaulah yang meracik minuman itu, jadi aku mohon sekali lagi, tolong mengaku atas tindakanmu." Aku melipat kedua tanganku didepan dada, entah mengapa aku mempercayai Nelson, tetapi siapa peduli, ini semua demi kebaikanku.

"..Benarkah Yang mulia?" Gadis itu tak menatapku, membuat rasa frustasi ku semakin besar, hingga akhirnya mata gadis itu bertemu dengan mataku, dia memelototi ku, benar benar menyeramkan. "Maka mungkin memang seharusnya kami membasmi dan menghilangkanmu dasar kotoran."

Aku merasakan seseorang dibelakangku, saat aku menengok, terlihatlah seseorang dengan jubah hitam bermata merah tua seperti darah dengan sayapnya yang hitam pekat, menatapku dengan seringai dingin, aku tak sempat melawan menggunakan sihir, makhluk itu menusuk perutku dengan sebuah pisau. Aku dengan refleks berteriak dengan darah dimulutku, betapa sialnya aku, tetapi secara bersamaan, aku juga beruntung karna Gerla melihat semua kejadiannya, aku tersenyum saat melihat Fellencia berada disamping Gerla dengan pupil matanya yang mengecil.

Aku pasrah, makhluk itu membawaku pergi dari jendela, dengan darah diperutku yang terus keluar dan tak ingin berhenti. Pandanganku kabur dan aku menyadari bahwa diriku berada dilangit sekarang, tak ada celah sama sekali untuk kabur, pada akhirnya aku tetap mati konyol dikehidupan ini maupun sebelumnya, aku tak ingat kenangan apapun dalam kehidupan sebelumku, tetapi aku tau bahwa kehidupan ku sebelum nya juga menyedihkan.

***

"Kau..? Apa yang kau lakukan?" Fellencia meninggikan suaranya, dia ingin sekali menampar gadis didepan nya, tetapi sayangnya Gerla menahan tangannya.

"Tunggu, aku bisa menjelaskan semua ini- Ah tidak, aku memang sengaja, Nyonya kalian.. AKAN MATI!" Fellencia menggigit bibirnya, dia dengan paksa melepaskan cengkraman Gerla yang menahannya, menampar Aria yang masih menunjukkan seringainya.

"Kau gila." Cetus Fellencia.

Keributan terus terjadi hingga akhirnya Kyran datang, menatap keributan, matanya melebar melihat darah diruangan Helen, dia mengerutkan kening dan menatap Aria yang berdiri disana. Wajah Aria gelap. "Apa yang telah terjadi?"

"Kak, dia gila, dia membiarkan Helen terculik.. Kak tolong Helen!" Fellencia menepuk lengan kakaknya. Lalu bagaimana ekspresi sang putra mahkota mengetahui istrinya diculik? Tentu saja, tangannya yang kekar itu berurat, dia menghampiri Aria yang memasang wajah naif nya.

"Maafkan aku Tuan, tetapi Nyonya tertangkap sangat cepat sehingga aku tak bisa menyelamatkannya!" Gadis itu menangis, matanya tak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.

Kyran mengepalkan tangannya, dia mendorong bahu Aria hingga ia terjatuh kelantai, Aria membesarkan matanya, terkejut menatap tuannya itu mendorongnya begitu kasar.

"Kau pikir aku bodoh? Selama ini gerak gerik mu sangat mencurigakan, bahkan saat aku pertama kali bertemu denganmu, tanda di pinggangmu, adalah tanda pemujaan pada Lucian sang Vampire, kau pikir aku tak mengetahui hal itu? kau begitu naif Aria, sekarang beritahu padaku apa alasan kau menculik Helen."

Aria mengerutkan alisnya, dia selalu berpikir bahwa semua aktingnya sempurna, tetapi siapa sangka Kyran juga berakting dengan berpura pura jatuh pada Aria. Baginya vampire bukanlah masalah kecil sehingga ia harus mengetahui bagaimana cara dan menemukan vampire itu.

"Ya.. Baiklah aku menyerahkan diriku, tetapi aku tak akan memberitahu kalian dimana Helen berada!" Suara Aria lancang dan berani.

"Jangan beraninya kau sebut dia dengan namanya." Menahan diri untuk mengeluarkan pedangnya, Kyran menghela nafas dan memanggil para prajurit nya masuk untuk menarik Aria dan memenjarakannya. Aria hanya diam tak berkata apa apa, dia hanya menuruti.

"Mengapa anda tak membunuh saya?" Tanya Aria dengan sedikit nada bingung diwajahnya, mungkin karna Kyran masih memiliki sedikit perasaan hingga memberi sedikit simpati dan belas kasihan padanya.

"Membunuhmu tanpa mendapatkan informasi apapun hanya perbuatan sia sia, tanda dipunggungmu besar mengartikan bahwa kau sudah berkerja dan berhubungan dengannya cukup lama. Lucian, itu nama vampire atau tuan aslimu bukan?" Dengan seringaian dingin, dia menatap Aria dengan tajam.

Aria hanya diam, tapi bisa dipastikan wajahnya sangat menyedihkan saat ini, dia selalu berpikir bahwa dia mengendalikan pergerakan orang orang, tetapi nyatanya ialah yang dikendalikan, ia hanya lah boneka untuk Lucian dan alat untuk Kyran. Tak ada yang mau dengan tulus mempercayainya, jika ada mungkin hanya orang orang bodoh. Walau Lucian hanya menjadikannya boneka untuk balas dendamnya, Aria memutuskan untuk tetap berada disisinya sampai ia mati, dia ingin memiliki hubungan lebih dari rekan, lebih dari Tuan dan bawahan.

"Kak, bagaimana dengan Helen?" Suara Fellencia terdengar panik, dia benar benar merasa bersalah karna menuduh dan bersikap kasar pada Helen. Sebelumnya, Nelson datang keistana dengan alasan ingin bertemu dengan Helen, tetapi karna Fellencia kebetulan berada disitu arah, ia akhirnya memutuskan untuk menunjukkan bukti langsung pada mereka. Hal itu membuat Fellencia merasa bersalah dan mencari Helen bahan sampai keruangan pribadinya.

"Aku akan mencari cara untuk menyelamatkannya, wanitaku bukanlah gadis yang lemah dan naif."

Kyran memijat keningnya dan menghela nafas, dia mengusap rambutnya, rambut belah tengahnya itu berantakan. Dia dengan cepat keluar dari ruangan, memutuskan untuk mencari ayah dan beberapa prajurit untuk bergegas mencari Helen. juga memberitahukannya pada seluruh orang termasuk keluarga kaisar.

🌊🌊🌊




Heleeenn 😓😓
author nya kok kejam banget si😡

gimana reaksi keluarganya ya? apalagi kaisar sama Felix setelah tau Tuan putri mereka difitnah sampe diculik? aduhai bau bau ngacak ngacak kerajaan nieh😋

aku sebisa mungkin bakal ngasih seluruh karakter panggung kok gesss

dan tolong saran buat aku dari kalian
kalau penulisan dalam ceritaku kurang rapih atau jelek, nanti diusahain bakal kubenerin!! 😊

Mohon koreksi apabila ada typo dalam cerita🙏

Aku butuh vote dari kalian Terimakasihh💗💗

Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang