Yelen terbangun dari tempat tidur nyaman nya, hanya ada dia diruangan itu. Dia mendapatkan izin dari raja untuk tinggal di istananya bergitu pula dengan keluarganya. Sulit dipercaya padahal dua keluarga bangsawan itu saling membenci dan bermusuhan.
Pikirannya kembali melayang pada kakaknya—Helen, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Helen tenggelam di lautan, tapi hatinya sedikit tersentuh karna kakak iparnya rela memasuki laut gelap dan menyesakkan demi menyelamatkan Helen.
Aduh tak ada waktu untuk terharu, dia harus menjenguk Helen sekarang.
Yelen menyelesaikan mandinya, kini tubuhnya berwangi bunga, ia melewati taman istana dan disana ia menyadari sosok seperti kakaknya.
"Dia terlihat seperti kakak.. Tidak itu kakak!" Tanpa berlama lama, Yelen segera berlari menuju Helen yang duduk di bangku taman bersama dengan Fellencia.
Helen yang menyadari suara adiknya juga segera bangun dan membuka lengannya, kedua saudari itu kemudian berpelukan. "Kakak aku benar benar merindukanmu! Kau pasti kesakitan, maaf kan aku karna aku terlambat!" Isak Yelen.
Helen tersenyum dan mengelus puncak kepala adiknya. "Aku baik-baik saja, anda saja kau tidak disana, mungkin aku akan mati sia sia dan Lucian bisa kabur, terimakasih Yelen."
Yelen tak bisa menahan malu karna pujian sang kakak, dia juga tak tahu apa itu pujian atau bukan tapi yang pasti ia tersenyum malu.
"..Tapi aku ingin bertanya, bagaimana bisa aku masih hidup setelah tenggelam di laut sana?" Tidak mungkin Helen terselamatkan karna ibunya, ibunya sudah tiada dan pasti ada orang lain yang menyelamatkannya, entah itu Felix atau Kyran.
"Putra mahkota memasuki lautan untuk menyelamatkan kakak, awalnya kak Felix ingin lebih dahulu masuk ke laut tapi ternyata Putra mahkota lebih cepat darinya." Jelas Yelen dengan senyum sumringah nya.
"Ah begitu, aku jadi sedikit tersentuh." Jawab Helen, mungkin sekarang ia sadar bahwa dia berhasil meluluhkan putra mahkota kurang ajar itu.
"Bagaimana dengan ratu? apa dia baik baik saja?" Helen menoleh ke arah Fellencia yang sedari tadi mendengarkan pembicaraannya.
"Ibu, aku sudah memberinya ramuan yang ada di kamarmu." Singkat Fellencia.
"Syukurlah, ku pikir Galen yang memberikan itu pada Ratu, tetapi aku tak melihat Galen disekitar sini." Helen mengamati istana di depannya.
"Dia pergi ke AmberWinds" Jawab Fellencia tenang.
Helen terdiam sejenak, jika hanya untuk memberi tahu keluarganya seharusnya ia sudah kembali sekarang, dia kemudian berpikir, entah mengapa ia menjadi sedikit khawatir.
"Oh iya, maafkan aku karna telah menggunakan barangmu seenaknya." Fellencia berbicara lagi, membuat Helen terdiam kebingungan.
"Bukankah aku memang memintamu untuk memberi ramuan itu pada ratu? mengapa meminta maaf?" Tanya Helen.
"Itu, ramuan yang satu lagi, aku memutuskan mengambil ramuan itu dan mencobanya pada Aria, siapa sangka Aria jadi mabuk dan mengira aku adalah tuannya."
"Tunggu, kau memberikannya pada Aria?!"
"Iya, memang nya kenapa?" Tanya Fellencia dengan polosnya.
"Itu ramuan gagal dan bisa saja jadi racun, bagaimana jika dia mati?" Panik Helen.
"Lagipula dia bakal dihukum mati juga, setelah apa yang dilakukan olehnya, begitu pula dengan tuannya yang masih di kekang di bawah tanah." Kyran menghampiri mereka.
"Aku takut vampir itu gegabah dan melukai warga, jadi sepertinya ia butuh dirantai oleh sihirmu seperti tadi." Lanjutnya.
***
"Dia benar benar ras vampir?"
"Astaga mengerikan sekali, kupikir mereka sudah punah."
Bisik bisik para pelayan yang membersihkan ruang bawah tanah membuat Lucian terganggu dan mengepalkan tangannya, seandainya tangannya tak di rantai, mungkin ia susah menghabisi pelayan pelayan itu.
Pikirannya terfokus pada gadis yang dulu ia rawat, Aria.
Sepertinya mereka berada di ruangan terpisah, jadi Lucian belum melihat Aria dimanapun, yah dia tak peduli juga.
"Tuan, anda tertangkap dan terjebak disini juga?" Suara seorang gadis mengalihkan perhatiannya. Ia melihat Aria yang sama di borgol sepertinya.
Lucian memilih diam, menghiraukan Aria yang berdiri di hadapannya, sen penjara memisahkan mereka.
Hingga seorang prajurit menghampiri Aria dan segera mencengkram lengannya. "Sel mu bukan disini bodoh!" Teriak prajurit itu kasar dibalas tatapan tajam oleh Aria.
Aria kemudian membiarkan prajurit itu menariknya, ia akan dikembalikan ke tempat nya, entah sampai kapan ia akan terjebak di ruangan yang kumuh dan kotor yang membuatnya menahan muntah setiap hari.
Lucian terdiam kembali, entah mengapa ia merasa kesal saat Aria hanya menyerahkan dirinya.
"Permisi jadi kau tuan anak meresahkan itu ya?" Lagi lagi ada yang mengganggunya.
"Perkenalkan aku Nelson, orang yang menghancurkan rencana budak mu." Dengan seringai menyebalkannya, Nelson secara terang terangan mengatakan itu didepan Lucian
"Dia bukan budak ku."
"Lalu siapa? Kekasihmu? Jika benar , aku turut bersimpati karena cerita kalian cinta sungguh tragis." Dengan wajah sok simpatinya.
"Dialah, bajingan."
"Kau kasar sekali, aku mengerti mengapa kau berada di penjara." Sombong Nelson lalu pergi meninggalkan pria itu disana.
Lucian tak dapat bergerak, rantai darah sihir Helen masih menempel pada tubuhnya, jika saja gadis itu mati tenggelam mungkin dia memiliki banyak kesempatan untuk kabur. Sejak awal Helen memang anak yang seharusnya sudah ia habiskan.
Rantai darah magis Helen menyerak energi murninya, memperlambat regenerasi serta kelincahannya, semua kekuatannya juga diserap walau rantai itu lama kelamaan akan pecah karna menyerap kekuatannya.
Tapi kali ini ia benar benar tak berharap lebih, Helen mempunyai potensi lebih banyak dari pada leluhur-leluhurnya. Lebih merepotkan, lebih menyebalkan, dan yang terpenting lebih licik.
🌊🌊🌊
YOO Helen sudah bangun :))
Menurut kalian, gimana Antagonisnya?
Gimana protagonis nya?
Gimana Fl—nya?
Gimana Ml—ny
Tokoh samping kaya Fellencia, Nelson, Vedysenn, Alina dan lain?
Dan gimana penulisan ceritaku?
Aku butuh vote dan saran dari kalian Terimakasihh 💗 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragic Fate
Fantasyseorang remaja yang saat itu sedang pulang dari pekerjaannya. pada pukul 11 malam tanpa ia sadari sebuah truk melaju kencang didepannya. badannya berhenti bergerak dan brak! ------ Kini sekarang bukannya mati dia malah bereinkarnasi menjadi putri an...