Hari ini aku keluar istana lagi, tanpa penjaga atau apapun, mungkin marna mereka memang tak berniat menjagaku. Yelen sudah pergi kemarin, aku mengajari bagaimana ia bisa mengendalikan magisnya, dia sudah lumayan kurasa.
Aku berada dipintu penginapan sebelumnya, penginapan berwarna coklat cerah dan pintu coklat tua benar benar desain yang pantas diakui.
Aku menaiki anak tangga, suaraku bergema di setiap lorong karna memang sangat sepi di luar, padahal penginapan ini cukup bagus, tapi ini kalah bagus dengan penginapan lainnya.
Aku mengetuk pintu kamar Alina, dan tak lupa mengeluarkan suaraku.
"Alina aku Helen, biarkan aku masuk."
Pintu terbuka dengan anak mengintip dibawahnya, aku sedikit khawatir apabila anak ini membuka pintu untuk orang sembarang, apa aku harus menyewa pengasuh agar bisa menjaganya. tidak kurasa, aku akan mengajarkannya cara menjadi mandiri.
Aku masuk dengan Alina yang berdiri didepanku, aku mengunci pintu, dan menangkup bahu Alina.
"Alina, aku ingin kau baik baik saja disini, jadi tolong jangan bukakan pintu sembarangan untuk orang lain, kau harus menyuruh orang yang ingin memasuki kamar ini mengeluarkan suara mereka. Jika kau mendengar suara orang yang kau kenali seperti aku dan petugas disini bukakan saja."
"Lalu bagaimana jika itu Mr L?"
Aku hening sejenak, memangnya ada alasan Lucian ingin mencari seorang anak perempuan? tapi anak ini mengetahui rahasianya, tidak menutup kemungkinan Alina diincar.
"Aku akan menghampirimu, maka dari itu, aku akan megajarimu bagaimana caranya mengendalikan sihir mu."
Aku tersenyum lembut dan melepaskan tanganku dari bahunya, kami berdua berjalan menuju sofa, didepan sofa tersebut ada perapian dengan api yang menari nari, sepertinya sengaja api nya dibuat kecil karna yang tinggal dirumah ini adalah seorang anak berusia sepuluh tahun.
"Apa aku boleh membesarkan apinya?"
"Tentu, aku kedinginan karna apinya terlalu kecil."
Aku hanya tertawa, setelah menambahkan beberapa kayu di perapian, aku duduk disamping Alina dan memberikannya sebuah buku.
"Ini.. apa?"
"Itu adalah buku tentang sihir komunikasi, bacalah dan tanyakan padaku sesuatu yang tak kau mengerti."
Alina hanya mengangguk dan membuka halaman buku itu, aku dapat merasakan matanya berbinar saat membaca buku tersebut.
Tanpa kusadari, 20 menit sudah berjalan begitu saja, aku memandang jarum jam yang tak berhenti bergerak.
"Aku sudah selesai kak, tapi aku tidak tau bagaimana cara mempraktikkan nya." Alina mendongakkan wajahnya kebawah.
"Aku bisa membantumu."
Kali ini berbeda, magis dalam diri Alina harus berpusat pada kuping dan otaknya, sedangkan matanya terpejam. Ini mungkin lebih sulit karna Alina baru diajari tentang sihir, seharusnya dia sudah diajarkan pada umur tujuh tahun.
Aku bisa melihat Alina mengeluarkan keringatnya, dia mengantupkan giginya, aku bisa melihat gigi putihnya yang cerah itu. Aku menutup kedua telinga anak itu, sehingga dia bisa mendapatkan kefokusan yang lebih baik.
Aku dapat melihat aura magis disekitar tanganku yang menutupi kupingnya, aku tersenyum lembut dan berbisik.
"Ini sudah, tahanlah dan bicara padaku melewati batinmu."
Aku mengaktifkan sihir ku, senyumku melebar saat aku dapat merasakan suara kecil dari Alina. Aku memejamkan mataku supaya suaranya semakin jelas, karna jarak yang dekat, aku bisa mendengar suaranya dengan jernih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tragic Fate
Fantasyseorang remaja yang saat itu sedang pulang dari pekerjaannya. pada pukul 11 malam tanpa ia sadari sebuah truk melaju kencang didepannya. badannya berhenti bergerak dan brak! ------ Kini sekarang bukannya mati dia malah bereinkarnasi menjadi putri an...