seorang remaja yang saat itu sedang pulang dari pekerjaannya. pada pukul 11 malam tanpa ia sadari sebuah truk melaju kencang didepannya. badannya berhenti bergerak dan brak!
------
Kini sekarang bukannya mati dia malah bereinkarnasi menjadi putri an...
Gadis itu terdiam, sebelum akhirnya mendengus pelan. "Jangan bilang padaku bahwa anda melupakan rencana kita?"
Fellencia mengerutkan dahinya, seberapa mabuk Aria yang masih duduk di depannya ini. "Ya, katakan semuanya padaku, dan ini akan segera selesai."
Aria menunduk pelan dan tersenyum.
"Rencana kita adalah membunuh keturunan Amersyn seperti yang kau katakan setiap hari! Tapi jujur saja tuan, aku berkerja sama denganmu karna aku menyukai uang yang kau berikan, hingga sepertinya aku menyadari aku memiliki perasaan padamu."
Jawaban Aria membuat Fellencia terkekeh pelan. "kasihan sekali kamu, menyedihkan."
Fellencia tak puas dengan jawaban Aria, dia membutuhkan informasi lebih, bukan pengakuan.
"Apa kau belum mengingar, ah iya kau bilang kau juga akan membunuh Putra Mahkota bukan?"
Fellencia mengangkat sebelah alisnya, dengan tangan terkepal disebelah tubuhnya. "Ada dua putra Mahkota disini."
"Iya, anda kan mengincar keduanya."
Fellencia menyipitkan matanya saat ia menyadari bahwa kakak laki laki nya juga harus tertarik dalam masalah ini. Ia mendekati wanita itu dan mengamati seluruh wajahnya, matanya yang kosong dan keadaannya yang menyedihkan membuatnya mual. Ia tak menyangka bahwa ia dulu menerimanya semudah itu.
"Jangan kaget jika kau akan di eksekusi." Fellencia berbalik, meninggalkan gadis itu disana sendirian lagi.
Di luar ruangan, ia bisa melihat Nelson, teman kakaknya berdiri menatapnya dengan sebuah seringai. "Kau tidak boleh terlalu kejam seperti itu Fellencia, menurutku itu kurang."
Dengan wajah datar, ia segera pergi menjauh darinya, tak mepedulikan Nelson sama sekali. Tetapi tangan yang kekar itu membuatnya berhenti berjalan.
"Aku tahu kau marah-"
"Apa kau ingin menagih pelantikanmu untuk menjadi Grand duke?" Fellencia menatapnya tajam, ia jelas kesal saat ini.
Nelson terkekeh pelan, ia mengelus lengan kecil Fellencia. "Aku tidak seegois itu Tuan Putri."
Fellencia mendecakkan lidahnya, ia menepis tangan Nelson dengan kasar, tetapi Nelson tak membiarkannya lepas begitu saja, ia menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"Aku tahu kau merasa bersalah, aku tahu kau merasa menjadi beban, tapi apa yang kau lakukan sudah lebih dari cukup, kita akan membawanya pada hakim." Ucap pria itu lembut sembari mengelus rambut putih Fellencia.
"Aku merekam semuanya, ini bisa meyakini seluruh rakyat." lanjutnya pelan.
Aria dikenal baik oleh masyarakat, gadis itu sangat ramah dan juga sering membantu orang orang. Tetapi siapa sangka bahwa semua perbuatan gadis itu hanya ingin memanipulasi rakyat rakyat yang tidak tahu apa apa.
Aria adalah serigala yang bersembunyi di kostum domba.
Fellencia terdiam. Bagaimanapun, dia ingin Helen yang menentukan apa hukuman yang pantas untuk Aria, dia tidak ingin hakim yang menghukum gadis menyedihkan itu. Karna ia tahu, dengan raut wajah Aria, sang hakim bisa dengan mudah termanipulasi dan hanya memberikan hukuman dipenjara yang tak sampai beberapa dekade.
"Kita akan berbicara pada hakim jika Putri Mahkota Helen sudah kembali." Mata Fellencia memilih untuk melihat kejendela istana.
"Aku mengerti, Tuan Putri."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan sekuat tenaga Helen mencoba melepaskan borgol ini dengan sihirnya, tetapi semakin lama ia mencoba, semakin sakit tangannya. Ia juga merasakan darah mengalir ditangannya.
dia menabrakkan kepalanya pada dinding dengan frustasi, nafasnya terengah engah disana, tak ada yang bisa ia makan, perutnya benar benar kosong, tenggorokannya kering.
"Sialan."
Kuku kukunya sudah mulai hilang dikarenakan dirinya yang terus memaksa membuka borgol.
Dia kesal, dia kesal sekali, dirinya adalah seorang putri, mengapa ia diperlakukan seperti sampah?
Ia menatap sekeliling, disana ia melihat seekor tikus sedang memperhatikannya dari lubang dinding. Helen menatap jijik tikus itu, tetapi ia sedikit menaruh harapan pada hewan di depannya.
"Kau terlihat menyedihkan." Ucap tikus itu saat Helen mencoba menggunakan magisnya.
"Jika borgolku lepas, aku berjanji akan memanggangmu."
"Dagingku tidak enak Nona."
Helen menghela nafas pelan, dia juga tahu walau dia mati kelaparan, ia tetap akan menolak memakan tikus ataupun hewan lainnya yang menurutnya kotor.
"Baiklah, bebaskan aku dari borgol ini dan aku akan memberikan mu banyak keju." Helen tersenyum pelan, jujur saja ia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan keju disaat saat seperti ini. Tetapi itu urusan nanti, dia harus lepas dari borgol ini sekarang.
"Aku tidak mempercayaimu Nona, keadaanmu menyedihkan, bagaimana kau bisa mendapatkan keju?" Jawab tikus itu sangat sombong.
Helen mendengus kesal mendengar perkataan tikus itu. "Percaya padaku, aku akan memberikan mu lebih, jika aku tak menepati janjiku, maka ikuti saja terus keberadaanku."
"Baiklah baiklah Nona, tepati janjimu!" Tikus itu menghampiri Helen yang masih duduk dilantai dengan gaun yang kotor dan penuh darah. Hewan kecil itu perlahan menggigit-gigit borgol besi yang menempel ditangan Helen. Helen mengedipkan matanya dengan cepat saat mengetahui tikus itu memakan habis borgol besi tadi.
"Ini enak Nona, seperti ada rasa asin asin."
"Dasar gila." Helen menghela nafas pelan, ia menatap jendela yang terbuka itu, dia menyeringai dan menggenggam tikus itu bersama nya.
"Tunggu Nona aku tidak mau pergi!"
Baru saja Hele memanjat jendela ia, aktivitasnya terhenti mendengar perkataan tikus tersebut. "Jadi kamu gak mau keju?"
"Lain kali saja Nona, aku sudah kenyang." Ucap tikus itu dan segera melompat dari tangan Helen. Ia kembali memasukkan tubuhnya kedalam lubang di ujung dinding.
Helen tertawa kecil, dia menatap tangannya yang kotor, dia harus keluar sebelum Lucian kembali ke rumahnya, dia dengan berani melompat dari lantai dua.
Napasnya terengah engah, dia merasakan kakinya terluka, tapi dia berusaha, dia menginjakkan kakinya dipasir, walau sepertinya itu patah.
Seorang kakek yang melihat gadis itu dengan cepat menghampirinya. "Astaga, anda baru saja melompat dari lantai dua!"
Helen menatap kakek pendek didepannya, ia dengan mata lemas nya tersenyum pelan. "Bisakah aku meminta tolong, untuk.. menginap-"
Tubuh gadis itu terjatuh begitu saja, membuat Kakek itu semakin panik, ia kemudian mengambil sebuah gerobak disudut pantai, dia memanggil salah satu pemuda yang sedang bermain dipantai, meminta pemuda itu untuk membantunya.
🌊🌊🌊
•
•
•
MAAP YAA KARNA UDAH GAK UP BEBERAPA HARI. jadi beberapa hari ini aku lagi sakit dan gak punya waktu😔 dan lagi lagi aku harus belajar karna ada ujian harian.
dan aku pulang sekolah sore mulu plisss
jadi ya I need a rest cuz I'm only human after all😡
Mohon koreksi jika ada kesalahan kata dalam text atau cerita
dan aku butuh saran dan vote dari kamu, terimakasihhhh 💗💗